Bedah Buku KH Muh As'ad Umar di Jombang, Pelopor Pendidikan Pesantren
JOMBANG, iNewsMojokerto.id - Dialog interaktif, bedah buku terbaru bertajuk Pemikiran KH Muh As’ad Umar: Pendidikan Pondok Pesantren di Era Modern karya Rohmadi digelar di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang, Jawa Timur, Sabtu (14/6/2025).
Buku itu tidak sekadar menjadi kumpulan tulisan akademik dan sejarah, tetapi juga menjadi jendela yang membuka sisi lain dari As’ad Umar, seorang kiai visioner yang memadukan khazanah pendidikan salaf dengan semangat modernitas.
Kiai As’ad Umar lahir di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang pada 18 Agustus 1933 dari pasangan Kiai Umar Tamim dan Nyai Muzamzamah. Kiai As’ad Umar menjadi figur yang tidak hanya ahli dalam ilmu keagamaan, tetapi juga piawai dalam manajerial kelembagaan.
“Beliau adalah kiai yang sosiologis, bukan sekadar psikologis. Seorang pemimpin yang futuristik, yang dicintai umat, dan memiliki visi besar dalam membangun pendidikan pesantren,” ujar Rohmadi dihadapan ratusan audien dari kalangan akademisi, mahasiswa, santri dan siswa.
Buku setebal 107 halaman tersebut merekam berbagai inisiatif besar yang telah dilakukan Kiai As’ad Umar jauh sebelum wacana reformasi pendidikan digaungkan secara nasional. Salah satu warisan pemikiran terbesarnya adalah lahirnya SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang yang berdiri sejak 1990, jauh sebelum era reformasi pendidikan dimulai. Bahkan, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang ini juga berhasil mendirikan Unipdu Jombang.
Sebagai pembanding dalam forum bedah buku, KH. Zaimuddin Wijaya As’ad atau Gus Zuem, putra pertama Kiai As’ad Umar. Menurutnya, membaca buku tersebut seperti menyaksikan potongan-potongan video tentang ayahnya yang penuh inspirasi.
“Buku ini seperti klip narasi tentang suksesnya transformasi pendidikan pesantren yang beliau bangun. Isinya bukan hanya gagasan, tapi juga potret perjuangan panjang,” ungkap Gus Zuem.
Sementara itu, Yusron Aminulloh, wartawan senior sekaligus penulis buku, yang hadir sebagai pembahas, turut memberikan apresiasi atas keberanian Rohmadi keluar dari zona nyaman sebagai jurnalis untuk menulis buku akademik. Ia menyoroti nilai-nilai inklusivitas yang dijunjung tinggi oleh Kiai As’ad Umar.
“Beliau dikenal mudah bergaul, terbuka dengan siapa pun tanpa memandang latar belakang agama, budaya, atau ras. Bahkan dalam banyak kesempatan, beliau tak segan berguru kepada non-Muslim soal pengelolaan pendidikan,” katanya
Salah satu terobosan penting yang dikenang adalah keberanian Kiai As’ad Umar untuk memadukan kurikulum pesantren dengan pendidikan umum, di saat banyak pesantren lain masih mempertahankan pola tradisional. “Hal tersebut ia lakukan bukan untuk menghapus identitas pesantren, melainkan justru untuk menguatkannya agar relevan di tengah zaman yang terus berubah,” ujarnya.
Yusron menambahkan, bedah buku itu menjadi momen reflektif sekaligus penghormatan terhadap tokoh pendidikan yang telah meletakkan fondasi besar bagi kemajuan pesantren di Indonesia. Kiai As’ad Umar tidak hanya meninggalkan warisan lembaga, tetapi juga nilai, semangat, dan pemikiran yang terus hidup dalam gerak perubahan zaman.