FIB UI Dukung Pengembangan Desa Agrowisata yang Ramah Lingkungan

FIB UI Dukung Pengembangan Desa Agrowisata yang Ramah Lingkungan

Nasional | sindonews | Rabu, 11 Juni 2025 - 19:30
share

Di tengah geliat pembangunan pedesaan yang semakin gencar, Desa Mekar Rahayu di Sumedang, Jawa Barat, tengah menapaki jalan panjang menuju transformasi menjadi desa agrowisata yang berdaya dan lestari. Visi besar untuk menjadikan desa ini sebagai Desa Wisata kini mulai menampakkan hasilnya.

Pengembangan kebun anggur, kebun durian, dan kebun jeruk menjadi tumpuan harapan baru, tidak hanya untuk mendongkrak ekonomi lokal, tetapi juga untuk membangun kebanggaan masyarakat terhadap tanah kelahiran.

Baca juga: Kementan Serahkan 2 Agroeduwisata di Cianjur ke Kelompok Tani

Kini, wisatawan sudah dapat merasakan pengalaman memetik buah anggur langsung dari kebun dan menikmati panorama indah dari Puncak Rahayu, puncak alami yang menyuguhkan pemandangan khas pedesaan dengan udara segar dan hamparan kebun hijau.

Di balik potensi besar itu, Desa Mekar Rahayu di bawah kepemimpinan Kepala Desa Asep Suherman juga menghadapi tantangan serius. Berdasarkan data tahun 2023, dari total 3.714 penduduk, sekitar 60 bekerja sebagai buruh di luar kampung, sementara hanya sekitar 2-30 yang masih bertahan sebagai petani.

Minimnya lapangan pekerjaan lokal menyebabkan banyak pemuda meninggalkan desa demi mencari penghidupan di tempat lain. Selain itu, persoalan kemiskinan, pengangguran, dan stunting turut membayangi kehidupan masyarakat desa.

Dalam konteks inilah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mengambil bagian melalui program pengabdian masyarakat yang bertujuan mendampingi proses pengembangan Desa Mekar Rahayu sebagai desa agrowisata berbasis lingkungan.

Baca juga: Daya Tarik Agrowisata Kebun Kurma Pertama di Indonesia yang Bikin Sandiaga Uno Takjub

Tim pengabdi FIB UI yang terdiri atas empat orang, yaitu Dr. Dhita Hapsarani sebagai ketua tim, Dr. Rias Antho Suharjo, Dr. Andriyati Rahayu, dan Indonesia Putri Reza Fauzi, menyadari bahwa keberhasilan desa wisata tidak hanya ditentukan oleh atraksi alam dan pertaniannya.Tetapi juga oleh kesiapan masyarakat dalam mengelola dampak lingkungan yang ditimbulkan dari meningkatnya aktivitas wisata.

Salah satu inisiatif awal dari tim FIB UI adalah menyosialisasikan kesadaran lingkungan melalui pelatihan pengolahan limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah. Pada Februari 2025, tim mengadakan pelatihan pembuatan sabun ramah lingkungan dari minyak jelantah bagi ibu-ibu PKK Desa Mekar Rahayu.

“Awalnya kami tidak menyangka kalau minyak jelantah yang biasa kami buang begitu saja bisa diolah jadi sabun cuci. Sekarang, kami bisa pakai sendiri dan sedang terus berlatih supaya sabunnya bisa dijual sebagai oleh-oleh kepada pengunjung,” kata Ketua PKK Eni Wartini dalam keterangan tertulis, Rabu (11/6/2025).

Pelatihan ini bukan hanya mengajarkan teknik daur ulang sederhana, tetapi juga memperkenalkan paradigma baru bahwa limbah tidak selalu berarti sampah. Jika dikelola dengan tepat, maka limbah dapat menjadi sumber penghematan rumah tangga dan bahkan peluang ekonomi baru.

Sabun minyak jelantah ini juga memiliki potensi sebagai produk lokal unggulan yang bisa dipasarkan di gerai UMKM desa atau sebagai suvenir khas Mekar Rahayu.Pengembangan agrowisata yang tidak dibarengi dengan kesadaran lingkungan berisiko menciptakan masalah baru. Volume sampah dari pengunjung, penggunaan plastik sekali pakai, dan limbah dari kegiatan kuliner desa bisa menjadi ancaman nyata terhadap kelestarian alam jika tidak ditangani dengan baik.

Pengelolaan sampah menjadi aspek yang sangat penting dalam pembangunan desa wisata. Upaya daur ulang minyak jelantah hanyalah langkah awal. Ke depan, diperlukan sistem pengelolaan sampah yang terpadu, edukasi berkelanjutan bagi warga, serta kolaborasi erat antara pemerintah desa, masyarakat, dan mitra seperti FIB UI untuk mewujudkan desa yang bersih, sehat, dan menarik bagi wisatawan.

Dengan adanya agrowisata dan kegiatan pemberdayaan yang menyertainya, Desa Mekar Rahayu diharapkan akan menarik kembali para pemuda yang harus mencari nafkah di perantauan.

Dalam visinya mengembangkan desanya sebagai Desa Wisata, Asep Suherman berharap akan tumbuh pekerjaan terkait wisata, seperti pemandu wisata, pelaku UMKM, petani hortikultura, atau pengelola homestay. Dengan begitu, pembangunan ini akan menjadi magnet untuk menarik kembali para pemuda dari perantauan.

“Kami ingin anak-anak muda punya alasan untuk kembali dan dapat berkarya di desa mereka sendiri,” ujar Pak Asep.

Dukungan dari institusi pendidikan seperti FIB UI menjadi salah satu faktor penting dalam proses ini, membawa pengetahuan, keterampilan, dan harapan baru ke tengah masyarakat. Dari pelatihan sabun minyak jelantah yang sederhana, perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil.

Topik Menarik