Ketika Raja Muda Pimpin Majapahit Bikin Konflik Internal hingga Istana Berantakan

Ketika Raja Muda Pimpin Majapahit Bikin Konflik Internal hingga Istana Berantakan

Nasional | okezone | Jum'at, 30 Mei 2025 - 13:30
share

RAJA KEDUA Majapahit, Jayanagara naik tahta di usia muda. Saat itu usianya masih 15 tahun, setelah menggantikan ayahnya Raden Wijaya yang meninggal dunia. Jayanagara merupakan anak dari Raden Wijaya hasil pernikahannya dengan Dyah Petak, yang merupakan istri terakhirnya yang dinikahinya.

Saat naik tahta, Jayanagara kemudian memakai gelar abhiseka Sri Sundarapadnyadewadhiswarana Maharajabhiseka Wikramottunggadewa. Secara kejiwaan Raja Jayanagara adalah seorang raja yang masih berusia sangat muda ketika tampil dalam tampuk kepemimpinan Majapahit, yaitu kurang lebih berumur 15 tahun dimana emosinya sering tidak terkontrol. 

Saat naik tahta itulah terjadi pertentangan antara Wangsa Rajasa, dan para pendukung setianya yang dipelopori oleh Mahapatih Nambi, sehingga menimbulkan pertentangan internal di istana Majapahit. Memang suasana internal kerajaan saat itu cukup berantakan.

Dikutip dari buku "Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru : Menafsir Ulang Sejarah Majapahit Timur", suasana ketidaknyamanan itu dirasakan antara raja dan patihnya dan di antara keduanya memang mempunyai hubungan yang kurang baik. Kecurigaan kerap timbul di antara kedua belah pihak.

 

Memang tidak bisa menilai dengan detail suasana pertentangan politik, yang terjadi antara Wangsa Rajasa yang ingin memunculkan keturunan Gayatri yang merupakan putri keempat Sri Kertanegara, dengan dukungan Maha Patih Nambi berhadapan dengan Sri Jayanagara yang didukung oleh Wangsa Sinelir dan ibunya Parameswari, maupun kenapa putri kedua dan ketiga Sri Kertanegara tidak memperoleh dukungan dari Wangsa Rajasa. 

Tokoh baru bernama Mahapati, memang tidak mengenal nama tokoh Mahapati, yang pada waktu awal konon perjuangan dan pendirian Majapahit, namun tokoh ini tiba-tiba muncul pada saat Mpu Sora sedang terbelit kasus pembunuhan Kebo Anabrang. 

Akan tetapi, dari perilaku politik, tokoh Mahapati ini selalu bertentangan dan menjatuhkan tokoh-tokoh yang setia dengan Wangsa Rajasa. Oleh karena itu, karena latar belakang ibunda Jayanagara yang dekat dengan Wangsa Sinelir, kita bisa menilai bahwa tokoh Mahapati adalah penasihat utama wangsa ini. 

Demikian juga penggunaan nama Mahapati yang begitu mirip dengan jabatan pelaksana pemerintahan yang dipegang Mpu Nambi, maka paling tidak Raja Jayanagara mulai mempercayakan pelaksanaan pemerintahan secara informal pada tokoh ini, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan terhadap Mpu Nambi sebagai seorang yang resmi menyandangnya.

Topik Menarik