Dorong Filantropi Islam, Baznas Tantang IKA PMII Bentuk Laz Digital
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Noor Achmad mendorong PB IKA PMII untuk memiliki Lembaga Amil Zakat (Laz) untuk mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat untuk kepentingan umat. Hal tersebut dikatakannya ketika membuka acara seminar nasional bertajuk "Filantropi Islam di Era SDG's" di Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Senin (26/5/2025).
"Potensi zakat di Indonesia luar biasa. Sehingga IKA PMII harus punya Laz (Lembaga Amil Zakat). Coba bayangkan berapa anggota IKA PMII. Kalau mau iuran dan sedekah Rp100 ribuan dan itu ada yang mengurusi dengan baik itu bisa terkumpul hingga Rp10 miliar," ujar Noor Achmad.
Ia kemudian menjelaskan bahwa Baznas RI sangat beradaptasi dengan digitalisasi teknologi sehingga potensi pengumpulan dari zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dapat dioptimalkan dengan baik. Pengalaman saat masa Covid-19, Baznas bisa mengumpulkan dana zakat, infak dan sedekah dari masyarakat yang jumlahnya cukup besar.
"Baznas dengan digitalisasinya ya dimulai yang kecil-kecil Rp50 ribu, Rp20 ribu apalagi zaman Covid meledak digitalisasi. Pada saat itu kita minta diteliti fenomena tersebut ternyata banyak orang yang sedekah saat Covid itu kan pertanda baik sehingga kita bisa menyalurkan dan membantu pemerintah, bahkan penanganan Covid oleh pemerintah termasuk yang terbaik di dunia," urainya.
Dengan demikian, Baznas RI juga mendukung PB IKA PMII di bawah kepemimpinan Ketua Umum Fathan Subchi dan Sekretaris Jenderal M. Nur Purnamasidi untuk dapat merealisasikan Laz dengan memanfaatkan digitalisasi untuk memaksimalkan potensi zakat, infak, dan sedekah dari seluruh anggota dan alumninya.
Sementara itu, Ketua PB IKA PMII Fathan Subchi menyambut baik tantangan tersebut. Ia berharap rekomendasi dari seminar "Filantropi Islam di Era SDG's" ini bisa direalisasikan dengan cepat dan tepat.
Ketua PB IKA PMII Fathan Subchi."Saya kira tema ini cukup strategis dan menantang, kami akan menerima rekomendasi dari para senior dan pakar dengan dinamika dan tantangan filantropi Islam saat ini. Ini menarik, karena potensinya yang sangat besar," tutur Fathan.
Fathan melanjutkan IKA PMII harus mampu beradaptasi dengan tantangan global kekinian dimana keberadaan IKA PMII di tengah-tengah masyarakat harus benar-benar berdampak. "Tentu tantangan digitaliaasi, teknologi, SDM, dan kolaborasi dengan stakeholder serta isu transparansi dan akuntabilitas menjadi isu yang harus kita cermati bersama ke depan," tuturnya.
IKA PMII nantinya diharapkan menjadi lokomotif yang menyalurkan seluruh sumber daya untuk penguatan SDM kader dan alumni. "IKA PMII harus bergerak bersama dengan lembaga Baznas. Apalagi kita memiliki gabungan alumni yang punya kekuatan besar dan kita akan salurkan ke adik-adik mahasiswa sampai program doktor. Tentu karena potensinya besar maka kita harus memanfaatkan teknologi kita," pungkasnya.
Adapun rangkaian kegiatan di Universitas Wahid Hasyim, Semarang ini menjadi bagian dari roadshow PB IKA PMII sebelum pengukuhan personalia PB IKA PMII pada 9 Juli 2025.










