Penguasa Tuban Non Muslim yang Berkontribusi Penyebaran Islam di Akhir Masa Majapahit

Penguasa Tuban Non Muslim yang Berkontribusi Penyebaran Islam di Akhir Masa Majapahit

Nasional | okezone | Kamis, 22 Mei 2025 - 05:43
share

KERAJAAN MAJAPAHIT mencakup wilayah di pesisir utara Pulau Jawa, termasuk Tuban. Tuban menjadi salah satu daerah yang memiliki peran penting dalam perdagangan dan pelayaran. Musafir Portugis, Tome Pires mengisahkan Tuban menjadi tempat kedudukan raja. 

Meski secara perdagangan dan pelayaran dikisahkan Tome Pires, Tuban tidak berperan seperti di Gresik. Tetapi konon Tuban memiliki keraton yang mewah, begitu pun bangunan kotanya, meskipun tidak besar sekali, mempunyai pertahanan yang tangguh. 

Menariknya, meski keluarga raja sudah mulai memeluk agama Islam pada pertengahan abad ke-15. Konon Tuban mengadakan hubungan baik dengan Maharaja Majapahit di pedalaman. Tapi sebagian penduduk Tuban pada zaman Tome Pires masih belum memeluk agama Islam, sebagaimana dikutip dalam "Babad Tanah Jawi" dari Soedjipto Abimanyu. 

Menurut musafir Portugis itu, Raja Tuban pada waktu itu disebut Pate Vira. la bukan seorang Islam yang taat, meskipun kakeknya sudah masuk Islam. Dari kata Vira, dikenal kata Wira, yang sering menjadi bagian dari nama Jawa. 

 

Tetapi, dapat juga Vira dihubungkan dengan Wila-Tikta. Menurut tambo-tambo Jawa Tengah dan Jawa Timur, Raja Tuban yang memerintah sekitar tahun 1500 M itu memakai gelar Aria Wila-Tikta. Cerita sejarah lokal Tuban dibukukan menjadi Babad Tuban, suatu naskah yang terutama hanya memuat urutan nama para penguasa kota tersebut, tetapi sayang tanpa memuat tahun-tahun kejadian. 

Menurut Babad Tuban, Aria Wila-Tikta itu anak dan pengganti Arya Teja, yaitu seorang ulama keturunan Arab yang berhasil meyakinkan Raja Tuban, Arya Dikara, untuk masuk Islam. Kemudian, ia mendapat putri Arya Dikara sebagai istri. Nama Arya Teja dalam bahasa Arab adalah Abdurrahman. 

Kisah ini sesuai sekali dengan cerita Tome Pires yang mengatakan bahwa penguasa Tuban sekitar tahun 1500 M itu adalah cucu raja Islam yang pertama di tempat itu. Keduanya boleh dipercaya. Nama-nama yang disebutkan dalam Babad Tuban itu ternyata gelar Adikara (Sanskerta: adhikara), yaitu gelar yang dicantumkan pada bagian akhir nama jabatan gubernur di daerah-daerah penting, atau pejabat-pejabat tinggi keraton. 

 

Mereka juga berhak memakai gelar Arya. Pada kata wilotikta, dikenal kata Wilwatikla, terjemahan Sanskerta untuk Majapahit. Jadi, nama-nama yang dituturkan itu memperkuat berita-berita tentang hubungan yang sudah lama ada antara Keraton Majapahit dan keturunan para penguasa Tuban.

Pada kaitannya dengan penyebaran agama Islam, berdasarkan legenda-legenda tentang orang suci Islam di Jawa, anggota dinasti Raja Tuban memiliki kontribusi besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa Timur. 

Seorang Adipati, yaitu Adipati Wilatikta, atau mungkin yang mendahului Pate Vira, sebagaimana disebut Tome Pires telah memberikan seorang putrinya sebagai istri kedua kepada Raden Rahmat dari Surabaya, yang kelak terkenal sebagai Sunan Ampel Denta. 
 

Topik Menarik