Penyebab Utama Keruntuhan Kerajaan Cirebon: Sejarah, Dampak, dan Peninggalan Bersejarah Lengkap

Penyebab Utama Keruntuhan Kerajaan Cirebon: Sejarah, Dampak, dan Peninggalan Bersejarah Lengkap

Nasional | sindonews | Minggu, 18 Mei 2025 - 09:25
share

KerajaanCirebon adalah salah satu kerajaan Islam terkemuka di pesisir utara Pulau Jawa yang memainkan peranan penting dalam penyebaran agama Islam dan perkembangan budaya lokal.

Terletak di wilayah Jawa Barat, Kerajaan Cirebon dikenal karena posisi strategisnya dalam perdagangan dan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain, termasuk Kesultanan Demak dan Kerajaan Banten.

Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon didirikan sekitar abad ke-15 oleh Pangeran Cakrabuana, yang merupakan putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Ia menyerahkan tampuk kekuasaan kepada keponakannya, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, Cirebon berkembang menjadi pusat pemerintahan, dakwah Islam, dan perdagangan.

Menurut Sri Margana, sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), "Kerajaan Cirebon berperan besar dalam memadukan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal, menciptakan identitas baru bagi masyarakat pesisir utara Jawa."

Sunan Gunung Jati dikenal sebagai anggota Wali Songo dan menjadi tokoh sentral dalam penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat.

Setelah wafatnya, Kerajaan Cirebon mengalami masa-masa sulit yang kemudian mengarah pada keruntuhan.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Cirebon

1. Konflik Internal Keluarga Kerajaan

Salah satu penyebab utama keruntuhan Kerajaan Cirebon adalah konflik internal dalam keluarga kerajaan. Setelah wafatnya Sunan Gunung Jati, muncul perselisihan di antara keturunan beliau terkait perebutan kekuasaan.

Konflik ini menyebabkan Kerajaan Cirebon terpecah menjadi empat kesultanan: Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan. Perpecahan ini secara drastis melemahkan kekuatan militer dan politik kerajaan.

Menurut Prof Oman Fathurahman, Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, "Fragmentasi politik di tubuh kerajaan Islam seperti Cirebon sering dimanfaatkan oleh kekuatan asing, seperti VOC, untuk memperkuat dominasi mereka."

2. Intervensi Politik Eksternal dan Kolonialisme Belanda

Faktor eksternal juga berperan besar. Kerajaan Cirebon menjadi korban politik devide et impera yang diterapkan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). VOC memanfaatkan konflik internal dengan memberikan dukungan kepada salah satu faksi.

Pada pertengahan abad ke-17, Sultan Amangkurat I dari Mataram turut berperan dalam melemahkan Cirebon.

Panembahan Ratu II, pemimpin Cirebon kala itu, dipanggil ke Surakarta dengan tuduhan makar. Ia wafat di pengasingan pada tahun 1667, dan kekosongan kekuasaan semakin memperburuk keadaan.

3. Pengaruh Kerajaan Banten

Selain Mataram dan VOC, Kerajaan Banten juga memiliki pengaruh terhadap nasib Kerajaan Cirebon. Sultan Ageng Tirtayasa sempat mencoba menyelamatkan Kerajaan Cirebon dari pengaruh Mataram dan VOC, namun intervensinya justru memperumit keadaan politik.

4. Ketergantungan Ekonomi pada Perdagangan Laut

Kerajaan Cirebon sangat bergantung pada pelabuhan dan perdagangan laut. Ketika jalur perdagangan dialihkan oleh Belanda ke Batavia, perekonomian Cirebon mulai melemah. Hal ini menurunkan kesejahteraan rakyat dan menggerus legitimasi kekuasaan kerajaan.

Dampak Keruntuhan Kerajaan Cirebon

Keruntuhan Kerajaan Cirebon berdampak luas pada struktur sosial dan budaya masyarakat pesisir utara Jawa Barat. Berikut beberapa dampaknya:

1. Politik: Kekuasaan politik di wilayah Cirebon menjadi terfragmentasi. Muncul empat kesultanan yang masing-masing memiliki kekuasaan terbatas.2. Ekonomi: Perdagangan menurun drastis. Daerah pelabuhan yang dulu ramai menjadi sepi dan tidak kompetitif dibanding pelabuhan yang dikuasai Belanda.3. Budaya dan Agama: Meskipun kerajaan runtuh secara administratif, nilai-nilai budaya dan Islam tetap bertahan, dilestarikan melalui tradisi dan lembaga pendidikan seperti pesantren.

Peninggalan Bersejarah Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon meninggalkan sejumlah peninggalan bersejarah yang masih dapat disaksikan hingga kini. Beberapa di antaranya:

1. Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan adalah pusat pemerintahan dan budaya Cirebon yang masih terpelihara. Bangunan ini menampilkan arsitektur perpaduan antara Jawa, Sunda, Arab, dan Cina.

2. Keraton Kanoman, Kacirebonan dan Kaprabonan

Tiga keraton lainnya mencerminkan perpecahan kekuasaan namun tetap mempertahankan nilai budaya dan sejarah lokal.

3. Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid ini dibangun pada masa Sunan Gunung Jati dan menjadi saksi penyebaran Islam di wilayah Cirebon. Arsitekturnya mencerminkan pengaruh Hindu-Buddha dan Islam.

4. Makam Sunan Gunung Jati)

Makam ini menjadi pusat ziarah dan simbol spiritual masyarakat Cirebon. Ribuan peziarah datang setiap tahunnya.

5. Tradisi dan Kesenian

Tradisi seperti Panjang Jimat, Rajaban, dan Muludan masih dilaksanakan. Seni Tari Topeng, Batik Cirebonan, dan musik tarling memperkaya warisan budaya.

6. Artefak dan Manuskrip Sejarah

Museum Pusaka Keraton Kasepuhan dan Museum Negeri Cirebon menyimpan berbagai artefak bersejarah, termasuk naskah-naskah seperti "Babad Cirebon" dan "Wawacan Suhunan Gunung Jati".

Kerajaan Cirebon merupakan bagian penting dari sejarah Nusantara, khususnya dalam penyebaran Islam dan perkembangan budaya lokal. Keruntuhannya disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal yang kompleks.

Namun demikian, warisan budaya dan spiritualnya tetap hidup dalam masyarakat Cirebon hingga kini.Sebagai bagian dari sejarah bangsa, mengenal lebih jauh tentang Kerajaan Cirebon adalah langkah penting untuk memahami akar budaya dan dinamika politik di masa lalu.

Dengan memahami penyebab keruntuhan ini, generasi sekarang dapat mengambil pelajaran berharga untuk masa depan.

Sumber referensi: - Margana, S. (2010). Kerajaan Islam di Jawa: Sejarah Politik dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.- Hardhi. TR. 2014. Dakwah Sunan Gunung Jati dalam Proses Islamisasi Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta- Fathurahman, O. (2008). Filologi Islam Nusantara. Jakarta: Prenadamedia Group.- Erwantoro. (2017). Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon. Jurnal Ilmu Sejarah Indonesia, Vol. 12 No. 3.- Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Kota Cirebon Dalam Angka.- Museum Negeri Cirebon. (2021). Koleksi Peninggalan Kesultanan Cirebon.

Topik Menarik