Pabrik Gula Kelapa Tradisional Jadi Tempat Wisata Menarik di Desa Karangrejo Magelang
Dusun Sendaren, Desa Karangrejo, Magelang, Jawa Tengah, kini menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik dikunjungi. Desa ini terdapat pabrik pengolahan gula kelapa tradisional, yang dinamakan Gubuk Kopi.
Setiap pelancong yang datang ke tempat ini dipastikan mendapat edukasi mengenai proses pembuatan gula kelapa tradisional dari Agus Prayitno, sang pemilik. Pengunjung juga akan disuguhi secangkir teh hangat yang dipadukan dengan potongan gula kelapa.
Menurut Agus, produksi gula kelapa di Karangrejo sangat bergantung pada pohon kelapa tua yang ditanam sejak zaman nenek moyang. Beberapa pohon bahkan mencapai usia sekitar 100 tahun, menjulang hingga 15 meter.
Guna meningkatkan produksi gula, sejak beberapa tahun lalu ia dan masyarakat desa mulai menanam pohon kelapa jenis hybrida dengan cara tumpangsari, yakni ditanam tersebar di pekarangan rumah warga, sebagai pembatas jalan atau lahan. Jika ditanam di tanah khusus seperti perkebunan, tidak memungkinkan karena pohon baru bisa diproduksi minimal 5 tahun ke depan.
Kronologi Kecelakaan Truk Terguling di Flyover Jatingaleh Semarang, Sopir Diduga Ugal-ugalan
"Jadi selama jangka waktu itu, sayang jika lahan menjadi tidak produktif,” jelas Agus, dikutip Kamis (15/5/2025).
Dengan terbatasnya ketersediaan bahan baku tersebut, produksi gula kelapa pun tidak bisa ditingkatkan dengan cepat. Padahal seringkali ia diminta oleh wisatawan mancanegara yang datang ke tempatnya untuk mengirimkan dalam jumlah besar secara periodik.
"Karena kerterbatasan produksi, kami tidak bisa melayani permintaan ekspor," ujarnya.
Gula kelapa diproduksi dalam bentuk potongan balok dan serbuk yang bisa digunakan sebagai campuran kopi ataupun sebagai bahan baku untuk memasak. Satu kemasan gula kelapa ini ditawarkan mulai dari Rp20.000 hingga Rp30.000, tergantung varian. Gula-gula ini dikemas unik dari anyaman bambu yang menambah nilai estetika dan sangat cocok dijadikan sebagai oleh-oleh.
"Produksi baru sekitar 70 kilogram sehari, banyak pengunjung yang tidak kebagian. Jadi mereka cuma ngopi-ngopi saja di sini," katanya.
Agus bercerita, ramainya pengunjung ke pabrik gulanya itu tidak lain berkat kehadiran Balkondes (balai ekonomi desa) yang dibangun PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk. Balkondes tidak hanya sebagai pusat pelatihan dan pemberdayaan masyarakat desa, tetapi juga menjadi fasilitas ekonomi dan pariwisata.
Menurut Agus, PGN seringkali membuat event yang bisa menarik banyak wisatawan, seperti Suadesa Festival 2025 yang digelar di Gasblock PGN Karangrejo, pada 10-11 Mei 2025 kemarin. Begitu pun di tahun-tahun sebelumnya seperti Balkonjazz Festival.
"Setiap event yang diselenggarakan meningkatkan pengunjung ke tempat kami dan pelaku usaha lainnya. Tahun ini paling ramai, karena ada efek Waisak dan Suadesa Festival, pengunjung bisa sampai ribuan," katanya.
Triantoro, Sekretaris Desa Karangrejo, mengatakan, sejak berdirinya Balkondes pada 2016, kontribusinya terhadap pendapatan asli desa (PAD) sangat signifikan, yaitu menyumbang hingga 60. Hal tersebut menandai kebangkitan ekonomi lokal yang sebelumnya hanya bergantung pada sektor pertanian dan pariwisata terbatas seperti Punthuk Setumbu.
"Kini, 90 tenaga kerja di sektor pariwisata berasal dari warga lokal, termasuk pengelola parkir, pemandu wisata, katering, hingga pedagang asongan," kata Triantoro.










