Yuk Simak! Ini 3 Khutbah Jumat Menyambut Bulan Suci Ramadhan
JAKARTA, iNewsKarawang. id-Sebentar lagi umat Islam akan menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah.
Terlebih khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan dapat menambah semangat anda dalam menjalani berbagai amalan bermanfaat di bulan yang mulia.
Seperti halnya dengan meningkatkan sholat yang awalnya hanya yang fardu maka ditambah dengan yang sunnah.
Tak hanya itu, umat muslim juga dianjurkan memperbanyak berinteraksi dengan Alquran yang merupakan salah satu sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Ada juga amalan infak dan sedekah di bulan Ramadhan yang diyakini akan dilipatgandakan pahalanya.
Dilansir dari berbagai sumber pada Jumat (21/2/2025) kali ini telah merangkum khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan, sebagai berikut.
1. Khutbah Pertama
اÙÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙÙØ°ÙÙÙ Ø¬ÙØ¹ÙÙÙ Ø§ÙØµÙÙÙÙÙ Ù ØÙصÙÙÙØ§ ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙÙØ§Ø¦ÙÙÙ Ù٠جÙÙÙÙØ©ÙØ ÙÙÙÙØªÙØÙ ÙÙÙÙ٠٠بÙÙÙ Ø£ÙØ¨ÙÙÙØ§Ø¨Ù اÙÙØ¬ÙÙÙÙØ©ÙØ Ø£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø´ÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙÙÙÙ Ø¨ÙØ¹ÙدÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ§Ø¦Ùد٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙ ÙÙÙÙØ¯Ù Ø§ÙØ³ÙÙÙÙÙØ©ÙØ ÙÙØ¹ÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØµÙØÙØ§Ø¨ÙÙ٠ذÙÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙØ¨ÙØµÙØ§Ø±Ù Ø§ÙØ«ÙÙØ§ÙÙØ¨Ùة٠ÙÙØ§ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙØ±ÙجÙÙØÙØ©Ù Ø£ÙÙ ÙÙØ§ Ø¨ÙØ¹ÙØ¯ÙØ ÙÙÙÙØ§Ø§ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ Ø§ÙØªÙÙÙÙÙÙØ§Ø§ÙÙÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙØ§ØªÙÙ ÙÙÙÙØ§ تÙÙ ÙÙÙØªÙÙÙ٠إÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙÙØªÙÙ Ù Ù ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ¯Ù ÙÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ØªÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØªÙابÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙ Ù: ÙÙ°ÙØ§ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙØªÙب٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØµÙÙÙÙØ§Ù Ù ÙÙÙ ÙØ§ ÙÙØªÙب٠عÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙØ¨ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØªÙØªÙÙÙÙÙÙÙÙ
Jamaah shalat Jumat hafidhahullah, Pada siang yang mulia ini al-faqir mengingatkan diri sendiri dan mengajak kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ketakwaan yang tidak sekadar menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya tetapi juga yang mengandung kesadaran bahwa semua itu sebagai bagian dari kebutuhan hidup, bukan tugas formal semata.
Jamaah sholat Jumat hafidhahullah, Alhamdulillah, kita hingga detik ini masih dikaruniai umur untuk berjumpa dengan Ramadhan 1446 H tahun ini serta kemampuan melaksanakan kewajiban puasa dan ibadah-ibadah lainnya.
Ini bukan hanya anugerah semata, tetapi juga sekaligus tantangan yang sangat berat. Tantangan berat tersebut tampak sejak dari redaksi kalimat yang dipilih Allah ketika mewajibkan puasa:
ÙÙ°ÙØ§ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙØªÙب٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØµÙÙÙÙØ§Ù Ù ÙÙÙ ÙØ§ ÙÙØªÙب٠عÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙØ¨ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØªÙØªÙÙÙÙÙÙÙÙ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS al-Baqarah: 183).
Pertama, pada ayat tersebut Allah menyapa orang beriman. Ini menandakan bahwa puasa meniscayakan iman yang kuat sebelum betul-betul sanggup menunaikan kewajiban ini.
Kedua, Allah menggunakan kalimat pasif (fi'il mabni majhul), yakni “kutiba” (diwajibkan), dan bukan kalimat aktif “kataba” (mewajibkan). Tafsir asy-Sya’rawi menyebut redaksi semacam ini bermakna kata kerja yang memberatkan (fi‘lun taklîfiyyun) sebagaimana perintah berperang dalam QS al-Baqarah ayat 216 yang juga menggunakan kalimat “kutiba”.
Jamaah sholat Jumat hafidhahullah, Inti dari puasa adalah menahan, sebagaimana arti shaum secara bahasa adalah imsâk (menahan). Dalam fiqih, puasa dimaknai sebagai menahan dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Jika mengacu pada definisi ini, tampaknya kesan berat dari puasa belum tergambar utuh, apalagi di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, yang sebagian besar penduduknya berpuasa dan menghormati orang puasa. Kondisi lingkungan semacam ini tentu sangat mendukung untuk melalui lapar dan dahaga dengan relatif ringan. Kesannya menjadi lain ketika kita geser makna “menahan” tersebut pada pengertian yang lebih hakiki, yakni menahan diri dari nafsu untuk berbuat buruk.
Artinya, puasa tidak hanya berhubungan masalah perut dan kelamin tapi juga jiwa manusia untuk selalu terhindar dari perbuatan tercela (al-akhlaq al-madzmumah). Karena itu, yang dijaga bukan satu atau dua anggota badan, melainkan seluruh anggota tubuh agar berlaku sesuai tuntunan syariat-Nya.
Konsekuensi dari itu semua adalah tuntutan untuk tidak hanya menjaga mulut dari makanan tetapi juga dari perkataan kotor, ucapan yang menyakiti orang lain, bohong, obrolan sia-sia, ghibah, fitnah, adu domba, dan ungkapan-ungkapan yang bisa merusak hubungan sosial.
Tidak cuma menahan kaki dan tangan dari perjalanan menuju restoran di siang bolong melainkan juga dari perbuatan maksiat dan menzalimi orang lain. Bukan sekadar mencegah telinga dari masuknya benda-benda, tetapi juga dari masuknya gosip, informasi yang tidak berguna, dan seterusnya.
Bukankah menahan anggota tubuh agar tidak terseret kepada perbuatan tercela itu lebih sulit dan berat ketimbang menahan lapar dan dahaga?
Sebab, musuh utamanya bukan lagi semata godaan makan dan minum, melainkan pula ego dan nafsu dari dalam dirinya sendiri. Melawan diri sendiri tentu lebih susah daripada melawan musuh di luar diri.
Rasulullah menyebut perang melawan hawa nafsu ini dengan sebutan jihad akbar (jihad terbesar), lebih dahsyat ketimbang perang fisik yang beliau istilahkan sebagai jihad ashghar (jihad kecil). Sepulang dari perang Badar, Rasulullah berkata di hadapan para sahabatnya:
Ø±ÙØ¬ÙØ¹ÙØªÙÙ Ù Ù ÙÙ٠اÙÙØ¬ÙÙÙØ§Ø¯Ù اÙÙØ£ÙØµÙØºÙر٠إÙÙÙÙ Ø§ÙØ¬ÙÙÙØ§Ø¯Ù Ø§ÙØ£ÙÙÙØ¨Ùر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙØ§ جÙÙÙØ§Ø¯Ù Ø§ÙØ£ÙÙÙØ¨Ùر ÙÙØ§ Ø±ÙØ³ÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ ÙÙÙÙØ§Ù٠جÙÙÙØ§Ø¯Ù اÙÙÙÙÙÙØ³Ù
Artinya: “Kalian telah pulang dari sebuah peperangan kecil menuju peperangan akbar. Lalu sahabat bertanya, ‘Apakah peperangan akbar (yang lebih besar), itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "jihad (memerangi) hawa nafsu.”
Jamaah sholat Jumat hafidzakumullah, uraian tersebut selaras dengan penjelasan Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin yang membagi puasa kepada tiga derajat.
Pertama, puasa umum (shaumul umum), yakni puasa yang hanya sampai pada level menahan perut dan kelamin untuk melampiaskan keinginan-keinginannya. Ini merupakan puasa standar minimum, yang jangkauanya baru sampai pada kemampuan bertahan dari lapar dan dahaga saja.
Kedua, puasa spesial (shaumul khusus), yaitu puasa yang sudah beranjak dari standar minimum, dengan menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh organ jasmani dari perbuatan dosa.
Ketiga, puasa super-spesial (shaumu khususil ).
Ini level yang lebih tinggi dari dua level sebelumnya. Pada derajat ini, seseorang bukan hanya menahan godaan konsumsi, syahwat, dan praktik maksiat, melainkan sudah mampu menahan diri dari keinginan yang rendah, larut memikirkan dunia, dan berpaling ke selain Allah.
Puasa dengan standar ini dianggap “batal” bila pikiran masih melayang-layang kepada selain Allah dan akhirat. Menurut sudut pandang puasa super-spesial ini, memikirkan dunia boleh sejauh itu untuk kepentingan agama. Al-Ghazali juga menyebut praktik puasa jenis ketiga ini sebagai “shaumul qalb” (puasa hati).
Jamaah sholat Jumat hafizhahullah,
Dari penjelasan tersebut menjadi jelas bahwa masing-masing memiliki tingkat beban tersendiri, mulai dari ringan, cukup berat, dan sangat berat. Masing-masing berbanding lurus dengan kualitas puasa orang yang menjalaninya.
Puasa umum hanya dilakukan oleh orang-orang awam yang hanya melakukan puasa secara ala kadarnya. Puasa spesial biasanya dilakukan orang-orang saleh yang selalu berhati-hati dan menghindar dari perbuatan dosa meski kecil. Sedangkan puasa super-spesial dilakukan oleh orang-orang tertentu yang hatinya selalu tertaut kepada Allah, bukan kepada yang lain.
Dengan demikian, jihad yang betul-betul akbar ada pada derajat puasa kedua dan ketiga. Musuh yang diperangi pada derajat ini bersifat tersembunyi, penuh tipu daya, dan tak jarang digandrungi. Godaannya superberat sebab di mana-mana melepas sesuatu yang dibenci nafsu selalu lebih gampang ketimbang melepas sesuatu yang disukainya.
Nafsu senantiasa memoles hal-hal terlarang tampak indah meskipun semu. Hadirin, Imam al-Ghazali hanya mengaitkan tiga derajat puasa tersebut dengan kemampuan menahan, bukan seberapa besar kuantitas ritual ibadah seseorang selama Ramadhan. Artinya, tidak ada jaminan orang yang rajin shalat tarawih saban malam, rutin mengkhatamkan Alquran tiap pekan, atau giat berdzikir sudah pasti berada pada derajat puasa orang-orang khusus. Ibadah-ibadah tersebut tentu sangat dianjurkan, tetapi menjadi rusak ketika seseorang ternyata ia masih gemar menggunjing, bertengkar dengan tetangga, menyimpan dendam, menyebar kabar bohong di media sosial, memprovokasi permusuhan, atau perilaku tercela lainnya.
Jamaah sholat Jumat hafizhahullah, Puasa ini memang berat dijalankan ketika dilihat dari sudut pandang rohani. Namun, seberat apa pun al-faqir mengajak kepada diri sendiri dan kepada jamaah semua untuk mencapai kualitas puasa yang setinggi-tingginya.
Mungkin tidak bisa diraih secara instan, tetapi ikhtiar dan belajar kita secara tahap demi tahap insyaallah akan mendatangkan petunjuk dan kepekaan batin, sehingga kita mampu mencapai derajat puasa orang-orang khusus.
Semoga kesucian Ramadhan tahun ini meningkatkan kesucian hati dan pikiran kita, membersihkan perangai-perangai buruk yang melekat dalam diri kita, dan menghempaskan seluruh godaan berat yang membuat diri kita durhaka dan kufur. Amin.
Ø¨ÙØ§Ø±ÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙاٰÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙØ¹ÙÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙÙØ§ÙÙ٠٠بÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ§Ù°ÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙذÙÙÙÙØ±Ù اÙÙØÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØªÙÙÙØ¨ÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠٠تÙÙÙØ§ÙÙØªÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø§ÙØ³ÙÙÙ ÙÙÙØ¹Ù اÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا ÙÙØ£ÙØ³ÙØªÙغÙÙÙØ±Ù اÙÙÙÙ Ø§ÙØ¹ÙظÙÙÙ٠٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø§ÙØºÙÙÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙÙÙ Ù
I اÙÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ°Ù٠عÙÙÙÙ Ø¥ÙØÙØ³ÙاÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙØ´ÙÙÙÙØ±Ù ÙÙÙ٠عÙÙÙ٠تÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙ ÙØªÙÙÙØ§ÙÙÙÙ. ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø´ÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙØ§Ø¹ÙÙ٠إÙÙÙ Ø±ÙØ¶ÙÙÙØ§ÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØµÙØÙØ§Ø¨ÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ Ù ØªÙØ³ÙÙÙÙÙÙ ÙØ§ ÙÙØ«ÙÙÙØ±Ùا Ø£ÙÙ ÙÙØ§ Ø¨ÙØ¹ÙØ¯ÙØ ÙÙÙØ§Ù اÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙØ§Ø³Ù Ø§ÙØªÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙØ§ Ø£ÙÙ ÙØ±Ù ÙÙØ§ÙÙØªÙÙÙÙÙØ§ عÙÙ ÙÙØ§ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙÙ ÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙØ±ÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù Ø¨ÙØ¯ÙØ£Ù ÙÙÙÙÙ٠بÙÙÙÙÙØ³ÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙÙÙ٠بÙÙ ÙÙÙØ¢ ئÙÙÙØªÙÙ٠بÙÙÙØ¯ÙسÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ÙÙ ØªÙØ¹Ø§ÙÙÙ٠إÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙØ¢Ø¦ÙÙÙØªÙÙÙ ÙÙØµÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ¨ÙÙÙ ÙÙØ¢ اÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙÙØ§ صÙÙÙÙÙÙØ§ عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ ÙÙÙØ§ ØªÙØ³ÙÙÙÙÙÙ ÙØ§. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠اٰÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙØ§Ù Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠أÙÙÙØ¨ÙÙÙØ§Ø¦ÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙØ¢Ø¦ÙÙÙØ©Ù اÙÙÙ ÙÙÙØ±ÙÙØ¨ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø±Ùض٠عÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙØ§Ø¡Ù Ø§ÙØ±ÙÙØ§Ø´ÙدÙÙÙÙÙ Ø£ÙØ¨Ù٠بÙÙÙØ±Ù ÙÙØ¹ÙÙ ÙØ±Ù ÙÙØ¹ÙØ«ÙÙ ÙØ§ÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙ٠بÙÙÙÙÙÙØ©Ù Ø§ÙØµÙÙØÙØ§Ø¨Ùة٠ÙÙØ§ÙتÙÙØ§Ø¨ÙعÙÙÙÙÙ ÙÙØªÙØ§Ø¨ÙØ¹ÙÙ Ø§ÙØªÙÙØ§Ø¨ÙعÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§Ù٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø±Ùض٠عÙÙÙÙØ§ Ù ÙØ¹ÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ±ÙØÙÙ ÙØªÙÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙØ±ÙØÙÙ Ù Ø§ÙØ±ÙÙØ§ØÙÙ ÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠اغÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙÙ ÙØ¤ÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ¤ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙØ§ØªÙ اÙÙØ£ÙØÙÙÙØ¢Ø¡Ù Ù ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ§ÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ ÙÙ Ø£ÙØ¹ÙزÙ٠اÙÙØ¥ÙسÙÙÙØ§Ù Ù ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙذÙÙÙÙ Ø§ÙØ´ÙÙØ±ÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ´ÙرÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØµÙØ±Ù Ø¹ÙØ¨ÙادÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙØÙÙØ¯ÙÙÙÙØ©Ù ÙÙØ§ÙÙØµÙر٠٠ÙÙÙ ÙÙØµÙØ±Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø®ÙذÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø®ÙØ°ÙÙ٠اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù٠دÙÙ ÙÙØ±Ù Ø£ÙØ¹ÙØ¯ÙØ§Ø¡Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙØ§ØªÙÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠ادÙÙÙØ¹Ù عÙÙÙÙØ§ اÙÙØ¨ÙÙÙØ§Ø¡Ù ÙÙØ§ÙÙÙÙØ¨Ùاء٠ÙÙØ§ÙزÙÙÙÙØ§Ø²ÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙØ¡Ù اÙÙÙÙØªÙÙÙØ©Ù ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØÙÙÙ Ù ÙØ§ ظÙÙÙØ±Ù Ù ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙØ§ Ø¨ÙØ·ÙÙ٠عÙÙ٠بÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙØ¯ÙÙÙÙÙÙØ³ÙÙÙÙØ§ خآصÙÙØ©Ù ÙÙØ³ÙØ§Ø¦ÙØ±Ù اÙÙØ¨ÙÙÙØ¯ÙاÙ٠اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠عآ٠ÙÙØ©Ù ÙÙØ§ Ø±ÙØ¨Ù٠اÙÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙ. Ø±ÙØ¨ÙÙÙÙØ§ اٰتÙÙØ§Ù ÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙØ§ ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙ٠اÙÙØ§Ù°Ø®ÙØ±ÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙØ§ Ø¹ÙØ°Ùاب٠اÙÙÙÙØ§Ø±Ù. Ø±ÙØ¨ÙÙÙÙØ§ ظÙÙÙÙ ÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙØ³ÙÙÙØ§ ÙÙØ¥ÙÙÙ ÙÙÙ Ù ØªÙØºÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙØ§ ÙÙØªÙØ±ÙØÙÙ ÙÙÙØ§ ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ®ÙØ§Ø³ÙØ±ÙÙÙÙÙ. Ø¹ÙØ¨ÙØ§Ø¯ÙØ§ÙÙÙÙ ! Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù Ø¨ÙØ§ÙÙØ¹ÙدÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§ÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙØªØ¢Ø¡Ù ذÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙØ´Ø¢Ø¡Ù ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙغÙÙ ÙÙØ¹ÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØªÙØ°ÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø°ÙÙÙØ±ÙÙØ§ اÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ°ÙÙÙØ±ÙÙÙÙ Ù ÙÙØ§Ø´ÙÙÙØ±ÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ²ÙدÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ°ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙ٠أÙÙÙØ¨ÙرÙ
2. Khutbah Kedua
اÙÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙÙØ°ÙÙÙ Ø¬ÙØ¹ÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ±Ù رÙÙ
ÙØ¶ÙاÙÙ ØºÙØ²ÙÙØ©Ù ÙÙØ¬ÙÙ٠اÙÙØ¹ÙاÙ
ÙØ ÙÙØ£ÙØ¬ÙØ²ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ¶ÙائÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ£ÙÙÙØ¹ÙاÙ
ÙØ ÙÙÙÙØ¶ÙÙÙ٠أÙÙÙÙØ§Ù
ÙÙ٠عÙÙÙÙ Ø³ÙØ§Ø¦Ùر٠اÙÙØ£ÙÙÙÙØ§Ù
ÙØ ÙÙØ§ÙصÙÙÙÙØ§Ø©Ù ÙÙØ§ÙسÙÙÙÙØ§Ù
٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ù اÙÙÙÙ
ÙØ¨ÙعÙÙÙØ«Ù عÙÙÙ٠جÙÙ
ÙÙÙØ¹Ù اÙÙØ£ÙÙÙØ§Ù
ÙØ ÙÙØ¹ÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØµÙØÙØ§Ø¨ÙÙÙ ÙÙØ¯Ùاة٠اÙÙØ£ÙÙÙØ§Ù
Ù ÙÙÙ
ÙØµÙابÙÙÙØÙ Ø§ÙØ¸ÙÙÙÙØ§Ù
ÙØ Ø£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø´ÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠تÙÙÙØ±ÙÙØ¯Ù Ø¨ÙØ§ÙÙÙÙÙ
ÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ÙتÙÙÙ
ÙØ§Ù
ÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙÙ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØ¶ÙÙÙ Ù
ÙÙ٠صÙÙÙÙÙ ÙÙØµÙاÙ
٠أÙÙ
ÙÙØ§ Ø¨ÙØ¹ÙØ¯ÙØ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙØ§ÙØ®ÙÙÙØ§Ù٠أÙÙÙØµÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ§ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ø¨ÙØªÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ·ÙØ§Ø¹ÙØªÙÙÙØ Ø¨ÙØ§Ù
ÙØªÙØ«ÙØ§Ù٠أÙÙÙØ§Ù
ÙØ±ÙÙÙ ÙÙØ§Ø¬ÙتÙÙÙØ§Ø¨Ù ÙÙÙÙØ§ÙÙÙÙÙÙ. ÙÙÙ
ÙÙ٠أÙÙÙØ§Ù
ÙØ±ÙÙ٠اÙÙØµÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ±Ù رÙÙ
ÙØ¶ÙاÙÙ. ÙÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ØªÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙاٰÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙ
Ù: ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠اٰÙ
ÙÙÙÙØ§ ÙÙØªÙب٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ
Ù Ø§ÙØµÙÙÙÙØ§Ù
Ù ÙÙÙ
ÙØ§ ÙÙØªÙب٠عÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ Ù
ÙÙÙ ÙÙØ¨ÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ
Ù ØªÙØªÙÙÙÙÙÙÙ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ramadhan merupakan sebaik-baiknya bulan yang Allah berikan kepada umat manusia.
Pada bulan tersebut, Allah memberikan banyak anugerah melebihi bulan yang lain. Allah mengagungkan semua hari yang ada di dalamnya, melebihi hari-hari lain di luar Ramadhan.
Oleh karenanya, mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dengan menjalankan semua yang perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, khususnya di bulan yang sangat mulia ini.
Hadirin rahimakumullah,
Saat ini untuk kesekian kalinya diberi kesempatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk merasakan nikmatnya puasa. Oleh karenanya, mari kita gunakan semua waktu selama satu bulan ini sebaik mungkin.
Para jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah, Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa bagi mereka yang mengetahui keutamaan dan anugerah di dalamnya. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
ÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙ٠٠اÙÙØ¹ÙØ¨ÙØ§Ø¯Ù Ù ÙØ§ ÙÙ٠رÙÙ ÙØ¶ÙاÙÙ ÙÙØªÙÙ ÙÙÙÙØªÙ Ø£ÙÙ ÙÙØªÙ٠أÙÙ٠تÙÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ³ÙÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙÙØ§ رÙÙ ÙØ¶ÙاÙÙ
Artinya, “Seandainya hamba-hamba (Allah) tahu perihal apa yang ada di dalam bulan Ramadhan, maka umatku sudah pasti akan berharap satu tahun penuh adalah bulan Ramadhan semua” (HR Abdullah bin Mas’ud).
Dalam hadits di atas, Rasulullah hendak menyampaikan kepada semua umat Islam, betapa agung dan mulianya bulan Ramadhan.
Bahkan, seandainya mereka mengetahui keistimewaan bulan Ramadhan, sudah tentu akan berharap selama satu tahun berupa bulan Ramadhan. Mendengar sabda Rasulullah tersebut, ada salah satu sahabat dari suku Khaza’ah yang bertanya perihal apa saja yang ada pada bulan tersebut?
Kemudian beliau menjelaskan,
Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙØ¬ÙÙÙÙØ©Ù ÙÙØªÙزÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ±ÙÙ ÙØ¶ÙاÙÙ Ù ÙÙÙ Ø±ÙØ£Ùس٠اÙÙØÙÙÙÙ٠إÙÙÙ٠اÙÙØÙÙÙÙÙØ ØÙتÙÙÙ Ø¥ÙØ°Ùا ÙÙØ§Ù٠أÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠رÙÙ ÙØ¶ÙاÙÙ ÙÙØ¨ÙÙØªÙ رÙÙØÙ Ù ÙÙÙ ØªÙØÙØªÙ اÙÙØ¹ÙØ±ÙØ´ÙØ ÙÙØµÙÙÙÙÙØªÙ ÙÙØ±ÙÙ٠اÙÙØ¬ÙÙÙÙØ©ÙØ ÙÙÙÙÙÙØ¸Ùر٠اÙÙØÙÙØ±Ù اÙÙØ¹ÙÙÙ٠إÙÙÙ٠ذÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ: ÙÙØ§ Ø±ÙØ¨ÙÙ Ø§Ø¬ÙØ¹ÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙ Ø¹ÙØ¨ÙادÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ°Ùا Ø§ÙØ´ÙÙÙÙØ±Ù Ø£ÙØ²ÙÙÙØ§Ø¬Ùا
Artinya, “Sesungguh, surga berhias untuk bulan Ramadhan, sejak awal tahun hingga tahun berikutnya. Jika tiba awal hari Ramadhan, berhembuslah angin dari bawah Arsy, dan menggerak-gerakkan dedaunan surga.
Melihat semua itu, bidadari berkata: ‘Wahai Tuhan, jadikanlah dari hamba-hamba-Mu pada bulan ini sebagai suami yang menyenangkan kami dan kami pun menyenangkan mereka.’”
Tidak hanya itu, dalam hadits lain Rasulullah juga menjelaskan perihal sifat-sifat bidadari tersebut. Imam as-Suyuthi dalam kitab Jam’u al-Jawami’ mengutip hadits tersebut bahwa tidak seorang hamba berpuasa Ramadhan, kecuali akan dinikahkan dengan bidadari surga dalam tenda mutiara yang megah, sebagaimana disifati Allah ‘azza wa jalla dalam firman-Nya,
ØÙÙØ±Ù Ù ÙÙÙØµÙÙØ±Ùات٠ÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙØ§Ù Ù
Artinya: “Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah” (QS Ar-Rahman: 72).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah juga menjelaskan bagian-bagian yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan oleh Imam as-Suyuthi dalam kitab Jam’ul Jawami’, bahwa setiap orang akan mempunyai tujuh puluh perhiasan yang berbeda satu sama lain, diberi tujuh puluh wewangian yang berbeda satu sama lain.
Tidak hanya itu, setiap dari mereka mempunyai 70 tempat tidur. Setiap tempat tidur mempunyai 70 kasur dari sutera tipis, sedangkan bagian atasnya dari sutera tebal, dan di atas 70 kasur itu terdapat singgasana.
Setiap orang dari mereka yang berpuasa pada bulan Ramadhan mempunyai 70 puluh ribu pelayan wanita dan pria. Setiap dari mereka membawa tatahan emas dengan berbagai makanan.
Ia akan mendapatkan kenyaman dan kelezatan suapan berikutnya yang tidak didapatkan pada suapan sebelumnya. Tidak hanya itu, istri orang yang berpuasa di bulan Ramadhan juga akan diberi seperti itu juga. Di atasnya terdapat dua gelang emas yang dijalin dengan yakut merah. Setelah Rasulullah menceritakan semua itu kepada para sahabat, kemudian ia menutup ceritanya dengan mengatakan:
ÙÙØ°Ùا بÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù ØµÙØ§Ù Ù Ù ÙÙ٠رÙÙ ÙØ¶ÙاÙ٠سÙÙÙÙ Ù ÙØ§ عÙÙ ÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØÙØ³ÙÙÙØ§ØªÙ
Artinya: “(Semua anugerah dan pemberian) ini untuk setiap hari puasanya, pada bulan Ramadhan, selain amal kebaikan (pada bulan tersebut)” (HR Abdullah bin Mas’ud). Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin.
Ø£ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ°Ø°ÙØ§ ÙÙØ£ÙØ³ÙØªÙغÙÙÙØ±Ù اÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙØ ÙÙØ§Ø³ÙØªÙØºÙÙÙØ±ÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙØºÙÙÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙÙÙ Ù Khutbah II اÙÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ°ÙÙ ØÙÙ ÙØ¯Ùا ÙÙÙ ÙØ§ Ø£ÙÙ ÙØ±Ù. Ø£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§Ø§ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø´ÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø¥ÙØ±ÙØºÙØ§Ù ÙØ§ ÙÙÙ ÙÙÙ Ø¬ÙØÙØ¯Ù بÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ±Ù. ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯Ù اÙÙØ§ÙÙÙØ³Ù ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙØ´ÙØ±Ù. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠اٰÙÙÙÙ ÙÙØµÙØÙبÙÙÙ Ù ÙØ§ اتÙÙØµÙÙÙØªÙ عÙÙÙÙ٠بÙÙÙØ¸Ùر٠ÙÙØ£ÙذÙÙÙ Ø¨ÙØ®ÙØ¨ÙØ±Ù Ø£ÙÙ ÙÙØ§ Ø¨ÙØ¹ÙØ¯ÙØ ÙÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙØÙØ§Ø¶ÙرÙÙÙÙ٠اتÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ°ÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙØ§ØªÙÙÙ ÙÙØ°ÙرÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙØ§ØÙØ´Ù Ù ÙØ§ ظÙÙÙØ±Ù Ù ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙØ§ Ø¨ÙØ·ÙÙÙ. ÙÙØÙØ§ÙÙØ¸ÙÙÙØ§ عÙÙÙÙ Ø§ÙØ·ÙÙØ§Ø¹Ùة٠ÙÙØÙØ¶ÙÙÙØ±Ù اÙÙØ¬ÙÙ ÙØ¹Ùة٠ÙÙØ§ÙÙØ¬ÙÙ ÙØ§Ø¹Ùة٠ÙÙØ§ÙصÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¬ÙÙ ÙÙÙØ¹Ù اÙÙÙ ÙØ£ÙÙ ÙÙÙØ±Ùات٠ÙÙØ§ÙÙÙÙØ§Ø¬ÙØ¨ÙØ§ØªÙ. ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙÙ ÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙØ±ÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù Ø¨ÙØ¯Ùأ٠بÙÙÙÙÙØ³ÙÙÙ. ÙÙØ«ÙÙÙ٠بÙÙ ÙÙÙØ§Ø¦ÙÙÙØ©Ù اÙÙÙ ÙØ³ÙبÙÙØÙØ©Ù بÙÙÙØ¯ÙسÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠اغÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙØ§ØªÙ ÙØ§ÙÙÙ ÙØ¤ÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ¤ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙ اÙÙØ£ÙØÙÙÙØ§Ø¡Ù Ù ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ§ÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙØ Ø§ÙÙÙ٠ادÙÙÙØ¹Ù عÙÙÙÙØ§ اÙÙØ¨ÙÙÙØ§Ø¡Ù ÙÙØ§ÙÙØºÙÙÙØ§Ø¡Ù ÙÙØ§ÙÙÙÙØ¨Ùاء٠ÙÙØ§ÙÙÙÙØÙØ´Ùاء٠ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙغÙÙÙ ÙÙØ§ÙسÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙØ®ÙتÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙØ§ÙØ´ÙÙØ¯ÙØ§Ø¦ÙØ¯Ù ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØÙÙÙØ Ù ÙØ§ ظÙÙÙØ±Ù Ù ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙØ§ Ø¨ÙØ·ÙÙÙØ Ù ÙÙ٠بÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ ÙÙØ°Ùا Ø®ÙØ§ØµÙÙØ©Ù ÙÙÙ ÙÙ٠بÙÙÙØ¯ÙاÙ٠اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ø¹ÙØ§Ù ÙÙØ©ÙØ Ø¥ÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ¡Ù ÙÙØ¯ÙÙÙØ±Ù Ø¹ÙØ¨Ùاد٠اÙÙÙÙØ اÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù Ø¨ÙØ§ÙÙØ¹ÙدÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ§ÙØÙØ³ÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙØªÙاء٠ذÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙØ´Ùاء٠ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙغÙÙÙØ ÙÙØ¹ÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØªÙØ°ÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙ. ÙÙØ§Ø°ÙÙÙØ±ÙÙÙØ§ اÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ°ÙÙÙØ±ÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ°ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙ٠أÙÙÙØ¨ÙرÙ
3. Khutbah Ketiga
اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙ٠بÙÙÙØ¹ÙÙ
ÙØªÙÙÙ ØªÙØªÙÙ
ÙÙ Ø§ÙØµÙÙØ§ÙÙØÙØ§ØªÙØ ÙÙØ¨ÙÙÙØ¶ÙÙÙÙÙ ØªÙØªÙÙÙØ²ÙÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙØ±Ùات٠ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙرÙÙÙØ§ØªÙØ ÙÙØ¨ÙتÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ØªÙØªÙØÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ
ÙÙÙØ§ØµÙد٠ÙÙØ§ÙÙØºÙاÙÙØ§ØªÙ. Ø£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§Ø´ÙرÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙÙÙÙ Ø¨ÙØ¹ÙدÙÙÙ. اÙÙÙÙ
صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ¨ÙارÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØµÙØÙبÙÙ٠اÙÙ
ÙØ¬ÙاÙÙØ¯ÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ·ÙÙØ§ÙÙØ±ÙÙÙÙÙ. Ø£ÙÙ
ÙÙØ§ Ø¨ÙØ¹ÙØ¯ÙØ ÙÙÙÙØ§ Ø¢ÙÙÙÙÙØ§ Ø§ÙØÙØ§Ø¶ÙرÙÙÙÙ٠أÙÙÙØµÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ¥ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ø¨ÙØªÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ·ÙØ§Ø¹ÙØªÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ
٠تÙÙÙÙÙØÙÙÙÙÙ. ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آÙ
ÙÙÙÙØ§ اتÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙØ§ØªÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ تÙÙ
ÙÙØªÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ ÙÙØ£ÙÙÙØªÙÙ
Ù Ù
ÙØ³ÙÙÙÙ
ÙÙÙÙØ ÙÙØªÙزÙÙÙÙØ¯ÙÙØ§ ÙÙØ¥ÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ²ÙÙØ§Ø¯Ù Ø§ÙØªÙÙÙÙÙÙÙ
Kaum muslimin yang berbahagia.
Dalam mimbar yang mulia ini, al-Faqir ingin mengajak, khususnya kepada pribadi al-Faqir dan umumnya kepada jamaah Shalat Jum’at siang hari ini: Marilah! Kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Alhamdulillah, kita dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan 1446 H. Marilah kita renungkan salah satu sabda Rasulullah Saw: “Puasalah di bulan melatih kesabaran, yakni bulan Ramadhan” (Shum syahr al-shabr Ramadhan). Jika salah satu hikmah berpuasa adalah melatih kesabaran, maka terlebih lagi berpuasa dalam situasi pandemi seperti saat ini.
Kita benar-benar ditempa untuk menjadi manusia yang lebih banyak bersabar dalam menjalankan perintah agama di satu sisi dan menghadapi ujian hidup di sisi lainnya.
Dalam ajaran Islam, sabar adakalanya berhubungan dengan ketentuan takdir Allah, seperti kita sabar menghadapi situasi sekarang ini. Sabar juga ada kalanya berhubungan dengan upaya sekuat tenaga untuk bertahan dan tidak goyah menghadapi rayuan setan yang membujuk manusia agar melanggar perintah Allah dan Rasul-nya. Termasuk sabar pula adalah sabar menjalankan perintah dan beribadah untuk menggapai ridha-Nya Allah Swt, sebagaimana kita sabar di dalam menjalankan puasa di bulan Ramadhan.
Puasa adalah menahan sekaligus meredam hasrat dan hawa nafsu yang terdapat dalam diri manusia. Pada saat seseorang berpuasa dapat dipastikan dirinya sedang bersabar dari segala hal yang dapat membatalkan puasanya, seperti makan, minum, berhubungan badan suami-istri semenjak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Seseorang yang berpuasa pada dasarnya sedang berada di puncak kesabaran yang tidak ada bandingannya, baik di dunia maupun kelak ketika berhadapan langsung dengan Allah Swt pada hari kiamat.
Rasulullah Saw pernah berwasiat kepada para sahabatnya, di antaranya Abu Umamah supaya membiasakan berpuasa. Sebab, tidak ada yang menyamai keagungan ibadah puasa. Begitu agungnya ibadah puasa, hingga Abu Hudzaifah pernah meriwayatkan dari Rasulullah Saw tentang sebuah hadits yang artinya: “Barang siapa ditutup usianya (meninggal dunia) dalam kondisi menjalankan puasa, maka dia masuk surga.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt
Bersabar merupakan sikap terpuji. Orang yang bersabar kedudukannya tinggi di hadapan Allah Swt. Mereka yang sabar adalah sangat dekat dengan Allah Swt dan dijanjikan akan mendapatkan balasan pahala yang tidak terhingga. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-baqarah ayat 15:
ÙÙ°ÙØ§ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ٠اٰ٠ÙÙÙÙØ§ Ø§Ø³ÙØªÙعÙÙÙÙÙÙÙØ§ Ø¨ÙØ§ÙصÙÙØ¨Ùر٠ÙÙØ§ÙصÙÙÙÙ°ÙØ©Ù Û Ø§ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ°ÙÙ Ù ÙØ¹Ù Ø§ÙØµÙÙ°Ø¨ÙØ±ÙÙÙÙÙ
153. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.
Imam al-Thabari dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud kalimat Allah bersama orang-orang yang bersabar adalah bahwa Allah akan menjadi penolong orang yang sabar, Allah juga yang menanggung mereka, dan Allah meridhoi apa yang dikerjakan mereka orang yang sabar. Hal ini sebagaimana perkataan orang: Hai kamu! Lakukanlah sebab aku bersamamu. Maksud ungkapan “aku bersamamu” adalah aku akan menolongmu dan membantumu!
Dengan demikian apabila kita bersabar di bulan Ramadhan sekarang ini, maka kita jangan pernah khawatir. Sebab, Allah selalu bersama kita dan Allah juga yang akan menolong orang-orang yang berpuasa. Allah Swt juga berfirman di dalam QS Az-Zumar ayat 10:
ÙٰذÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙØ§ ØÙسÙÙÙØ©Ù ÛÙÙØ§ÙØ±ÙØ¶Ù اÙÙÙÙ°ÙÙ ÙÙØ§Ø³ÙØ¹ÙØ©Ù ÛØ§ÙÙÙÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙÙÙÙÙ Ø§ÙØµÙÙ°Ø¨ÙØ±ÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ¬ÙرÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØºÙÙÙØ±Ù ØÙØ³ÙØ§Ø¨Ù
10. Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.
Lafal “as-shobirun” dalam ayat ini menurut Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya adalah merujuk kepada orang-orang yang berpuasa. Hal ini cukup beralasan sesui dengan firman Allah dalam hadits qudsi yang berbunyi; “as-shaumu li wa ana ajzi bihi” (puasa adalah untuk Aku dan Aku juga yang akan membalasnya).
Pengertian bahwa secara umum pembalasan selalu setimpal dengan perbuatan, upah selalu menyesuaikan dengan pekerjaan. Akan tetapi, logika kepantasan itu tidak berlaku dalam urusan berpuasa yang memerlukan kesabaran ekstra. Tidak seperti pahala ibadah biasa, khusus pahala berpuasa tidak dapat di matematika. Hanya Allah Swt yang berhak menentukan balasan pahala untuk orang-orang yang berpuasa. Oleh sebab itu beruntunglah kita umat Islam mau bersabar menjalani ibadah puasa Ramadhan.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia
Sebagai umat Islam yang tinggal di Indonesia, selain kita berpuasa untuk melatih diri menjadi orang yang sabar juga dalam rangka memperbanyak syukur kepada Allah Swt. Syukur dalam arti ikhlas menjalankan ibadah karena Allah, cinta kepada Allah, takut terhadap Allah disertai mengharap ridha-Nya Allah, serta banyak berzikir menyebut nama Allah.
Rasulullah Saw bersabda: “Man shama Ramadana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi” (Barangsiapa berpuasa di siang harinya Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu).
Rasulullah Saw juga bersabda: "Man qama Ramadana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi” (Barangsiapa mendirikan shalat di waktu malamnya Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu).
Mudah-mudahan Allah Swt senantiasa menjaga kita, melindungi keluarga kita, agar tetap sehat, aman, dan tentram dalam menunaikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah sunnah lainnya di bulan yang sangat mulia ini. Kita berharap semoga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah Swt.
Ø¨ÙØ§Ø±ÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙØ¢Ù٠اÙÙØ¹ÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙØ¹ÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙÙØ§ÙÙ٠٠بÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø§ÙØ¢ÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙذÙÙÙÙØ±Ù اÙÙØÙÙÙÙÙ٠٠أÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا ÙÙØ£ÙØ³ÙØªÙغÙÙÙØ±Ù اÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ³ÙØ§Ø¦ÙØ±Ù اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø³ÙØªÙØºÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙØªÙÙÙØ¨ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø§ÙØªÙÙÙÙÙØ§Ø¨Ù Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙÙÙ Ù
اÙÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙØ¶ÙÙÙÙÙØ ÙÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ±ÙÙ٠عÙÙÙ٠تÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ù ÙØªÙÙÙØ§ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø´ÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØ´ÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ø§Ù Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙØ اÙÙÙ٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¨ÙارÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØµÙØÙبÙÙ٠اÙÙ ÙØ¬ÙاÙÙØ¯ÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ·ÙÙØ§ÙÙØ±ÙÙÙÙÙØ Ø£ÙÙ ÙÙØ§ Ø¨ÙØ¹ÙدÙ:
ÙÙØ§ØªÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙØ Ø¹ÙØ¨Ùاد٠اÙÙÙÙØ ÙÙØ¨ÙØ§Ø¯ÙØ±ÙÙØ§ Ø¨ÙØ§ÙÙØ®ÙÙÙØ±ÙØ§ØªÙ Ù ÙØ§ Ø¯ÙØ§Ù ÙØªÙ Ù ÙÙ ÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙÙØ³ÙÙØ±Ùة٠ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ±Ùص٠ÙÙØ§ ØªÙØ¯ÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙØÙÙÙØ§Ø©Ù Ø²ÙØ§Ø¦ÙÙÙØ©Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙÙ ÙÙÙ Ø¨ÙØ§ÙÙ٠عÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙØ±ÙÙ٠أÙÙÙ Ø´ÙØ±ÙÙÙÙ
اعÙÙÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙØ±Ù اÙÙØÙØ¯ÙÙÙØ«Ù ÙÙØªÙاب٠اÙÙÙÙØ ÙÙØ®ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ¯ÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù صÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ ÙØ ÙÙØ´ÙرÙ٠اÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙØ±Ù Ù ÙØÙØ¯ÙØ«ÙØ§ØªÙÙÙØ§Ø ÙÙÙÙÙÙÙ Ø¨ÙØ¯ÙØ¹ÙØ©Ù ضÙÙÙØ§ÙÙØ©Ù.
ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ§ÙÙØ¬ÙÙ ÙØ§Ø¹ÙØ©ÙØ ÙÙØ¥ÙÙÙÙ ÙÙØ¯Ùا اÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙØ¬ÙÙ ÙØ§Ø¹Ùة٠ÙÙÙ ÙÙÙ Ø´ÙØ°ÙÙ Ø´ÙØ°ÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙØ§Ø±Ù Ø«ÙÙ Ù٠اعÙÙÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙØ±ÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù Ø¹ÙØ¸ÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ø³ÙØ¨ÙØÙاÙÙÙÙ ÙÙØªÙØ¹ÙØ§ÙÙÙ (Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ§Ø¦ÙÙÙØªÙÙÙ ÙÙØµÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ¨ÙÙÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙØ§ صÙÙÙÙÙØ§ عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ ØªÙØ³ÙÙÙÙÙ ÙØ§)Ø Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙÙ Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¨ÙÙÙÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯ÙØ ÙÙØ§Ø±Ùض٠اÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠عÙÙÙ Ø®ÙÙÙÙÙØ§Ø¦ÙÙÙ Ø§ÙØ±ÙÙØ§Ø´ÙدÙÙÙÙÙØØ§ÙØ£ÙئÙÙ ÙÙØ©Ù اÙÙÙ ÙÙÙØ¯ÙÙÙÙÙÙÙÙØ Ø£ÙØ¨Ù٠بÙÙÙØ±ÙØ ÙÙØ¹ÙÙ ÙØ±ÙØ ÙÙØ¹ÙØ«ÙÙ ÙØ§ÙÙØ ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙØ ÙÙØ¹ÙÙÙ Ø§ÙØµÙÙØÙØ§Ø¨ÙØ©Ù Ø£ÙØ¬ÙÙ ÙØ¹ÙÙÙÙÙØ ÙÙØ¹ÙÙÙ Ø§ÙØªÙÙØ§Ø¨ÙعÙÙÙÙÙØ ÙÙÙ ÙÙÙ ØªÙØ¨ÙعÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§Ù٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙ.
اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø£ÙØ¹ÙزÙ٠اÙÙØ¥ÙسÙÙÙØ§Ù Ù ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙذÙÙÙÙ Ø§ÙØ´ÙÙØ±ÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ´ÙرÙÙÙÙÙÙÙØ ÙÙØ¯ÙÙ ÙÙØ±Ù Ø£ÙØ¹ÙØ¯ÙØ§Ø¡Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙØ ÙÙØ§Ø¬ÙعÙÙÙ ÙÙØ°Ùا اÙÙØ¨ÙÙÙØ¯Ù Ø¢Ù ÙÙØ§Ù Ù ÙØ·ÙÙ ÙØ¦ÙÙÙØ§Ù ÙÙØ³ÙØ§Ø¦ÙØ±Ù بÙÙÙØ§Ø¯Ù اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ Ø±ÙØ¨Ù٠اÙÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø¨ÙØ§Ø±ÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ±Ù رÙÙ ÙØ¶ÙاÙÙØ اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø§Ø±ÙØ²ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙØ§ÙÙØ§ÙØÙØªÙØ³Ùاب٠اÙÙØ¹ÙÙ ÙÙÙ Ø§ÙØµÙÙØ§ÙÙØÙØ اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø£ÙØ¹ÙÙÙÙØ§ عÙÙÙ٠ذÙÙÙØ±ÙÙÙ ÙÙØ´ÙÙÙØ±ÙÙÙ ÙÙØÙØ³ÙÙÙ Ø¹ÙØ¨ÙØ§Ø¯ÙØªÙÙÙØ اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø§Ø±ÙØ²ÙÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙ ÙÙØ¶ÙائÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙØºÙاÙÙÙ ÙÙÙ Ù ÙØ§ ÙÙØ³ÙÙØ±ÙتÙÙÙ ÙÙÙÙØ§Ø اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø£ÙØ¹ÙÙÙÙØ§ عÙÙÙ٠صÙÙÙØ§Ù ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ§Ù ÙÙÙ ÙÙØÙÙÙØ¸Ù Ø£ÙÙÙÙØ§Ù ÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙضÙÙÙÙØ§Ø¹ÙØ (Ø±ÙØ¨ÙÙÙÙØ§ تÙÙÙØ¨ÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØªÙ Ø§ÙØ³ÙÙÙ ÙÙØ¹Ù اÙÙØ¹ÙÙÙÙÙ Ù)Ø Ø§ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø£ÙØµÙÙÙØÙ ÙÙÙÙÙØ§Ø©Ù Ø£ÙÙ ÙÙÙØ±ÙÙÙØ§ ÙÙØ§Ø¬ÙعÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¯ÙØ§Ø©Ù Ù ÙØ¯Ù٠غÙÙÙØ±Ù Ø¶ÙØ§ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ Ù ÙØ¶ÙÙÙÙÙÙÙÙØ اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙ Ø£ÙØµÙÙÙØÙ Ø¨ÙØ·ÙاÙÙØªÙÙÙÙ Ù ÙÙØ£ÙØ¨ÙØ¹Ùد٠عÙÙÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ·ÙاÙÙØ©Ù Ø§ÙØ³ÙÙÙØ¡Ù ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙØ³ÙدÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ Ø±ÙØ¨Ù٠اÙÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙ.
عباد٠اÙÙÙØ (Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù Ø¨ÙØ§ÙÙØ¹ÙدÙÙÙ ÙÙØ§ÙØ¥ÙØÙØ³ÙاÙÙ ÙÙØ¥ÙÙØªÙاء٠ذÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙبÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙØ´Ùاء٠ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ§ÙÙØ¨ÙغÙÙÙ ÙÙØ¹ÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØªÙØ°ÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙ)Ø(ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙØ§ Ø¨ÙØ¹ÙÙÙØ¯Ù اÙÙÙÙÙÙ Ø¥ÙØ°Ùا Ø¹ÙØ§ÙÙØ¯ÙتÙÙ Ù ÙÙÙØ§ تÙÙÙÙØ¶ÙÙØ§ Ø§ÙØ£ÙÙÙÙ ÙØ§ÙÙ Ø¨ÙØ¹Ùد٠تÙÙÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ ÙÙÙÙØ¯Ù Ø¬ÙØ¹ÙÙÙØªÙ٠٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙØ§Ù Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙ Ù Ù ÙØ§ تÙÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙ)Ø ÙÙØ§Ø°ÙÙÙØ±ÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØ°ÙÙÙØ±ÙÙÙÙ ÙØ ÙÙØ§Ø´ÙÙÙØ±ÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ²ÙدÙÙÙÙ ÙØ ÙÙÙÙØ°ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙ٠أÙÙÙØ¨ÙØ±Ø ÙØ§ÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙ Ù Ù ÙØ§ ØªÙØµÙÙÙØ¹ÙÙÙÙÙ.
Itulah informasi terkait khutbah Jumat menyambut bulan Ramadan yang bisa Anda simak, semoga bermanfaat.










