Licinnya Perburuan Saudara Ipar Pangeran Diponegoro Dalang Perlawanan ke Belanda di Madiun
BELANDA dibuat pusing oleh pengejaran Sosrodilogo, yang merupakan saudara ipar Pangeran Diponegoro. Sejumlah serangan didalangi oleh pria bernama Raden Tumenggung Sosrodilogo tersebut. Hal tersebut membuat Belanda memasukkannya sebagai kategori diburu.
Pelarian Sosrodilogo memang cukup licin dan luas. Ia kerap kali berhasil menghimpun kekuatan lokal untuk melakukan perlawanan ke Belanda, dan pemerintah atau pejabat pribumi yang pro terhadap Belanda. Kemampuan ini pula yang membuat Sosrodilogo juga menjadi buruan beberapa adipati atau kepala daerah yang memihak ke Belanda.
Pada 25 Februari, Sosrodilogo terlihat sedang berada di uta-ra Keresidenan Madiun saat ini. Dia tampaknya berusaha pergi ke arah Rajegwesi (Bojonegoro) melalui Kendung, 126 Padas, 127 dan Krompol. Pada saat itu, dia menjadi buronan baik di Madiun maupun di Bojonegoro. Hal ini membuatnya terus bergerilya di hutan jati Pegunungan Kendeng.
Rekaman Percakapan Agustiani Tio dan Saeful Bahri Diputar, Singgung Perintah Ibu dan Garansi Saya
Meskipun tentara Belanda dan barisan para bupati terus mencarinya, dia selalu lolos dan berhasil melarikan diri. Dia tampaknya berhasil melalui Caruban, Tunglur, dan Berbek, yang kini masuk wilayah Nganjuk. Sang saudara ipar Pangeran Diponegoro ini kerap kali keluar masuk hutan lebat yang jarang terjamah manusia.
Dikutip dari buku "Antara Lawu dan Wilis : Arkeologis, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934 - 38", konon wilayah pelariannya juga berada di Pegunungan Wilis, Desa Cermo, Kecamatan Kare, kemudian berlanjut ke kawasan Pegunungan Ngebel, yang masuk wilayah Ponorogo, berlanjut ke Pacitan.
Sosrodilogo bahkan konon beberapa kali bisa bergabung kembali ke markas Pangeran Diponegoro di Kulon Progo, untuk menghimpun kekuatan pasukan dan melaporkan keadaan di Madiun, saat masa Perang Jawa melawan kompeni Belanda.
Konon kegesitannya dalam melarikan diri tak lepas dari bantuan Bupati Berbek Raden Tumenggung Sosrokusumo dan Patih Madiun Raden Ngabehi Sosrodirjo. Kebetulan sang penguasa wilayah itu memang cukup pro perjuangan Pangeran Diponegoro, dan kontra terhadap kebijakan - kebijakan dari Belanda.