Empat Kali Terpilih Menjadi Wakil Rakyat, Ini Profil Meutya Hafid yang Penuh Inspiratif
JAKARTA, iNewsMedan.id- Dalam kancah politik Indonesia, Meutya Hafid merupakan sosok yang tak hanya dikenal luas, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang. Perjalanan kariernya yang mencakup berbagai bidang—dari jurnalisme hingga politik—menunjukkan ketangguhan dan dedikasinya dalam mengabdi untuk bangsa.
Sejak pertama kali terpilih menjadi anggota DPR RI pada tahun 2010, Meutya telah berhasil menjalani empat periode kepemimpinan, menjadikannya salah satu wakil rakyat yang paling diperhitungkan di Senayan.
Keberhasilannya dalam menavigasi karier dari dunia media ke dunia politik adalah contoh nyata dari semangat dan komitmen yang tak pernah pudar. Di tengah dinamika politik yang terus berubah, Meutya tetap teguh menjalankan tugasnya, memperjuangkan hak-hak masyarakat, serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan legislasi di Indonesia.
Namanya semakin mencuat setelah disebut-sebut sebagai calon menteri dalam kabinet Presiden Terpilih Prabowo Subianto, menegaskan relevansi dan pengaruhnya dalam menentukan arah kebijakan publik di negeri ini.
Dengan latar belakang pendidikan yang solid dan pengalaman mendalam di dunia jurnalistik, Meutya telah menunjukkan kualitas kepemimpinan yang luar biasa. Dari peliputan bencana besar hingga perjuangan dalam dunia politik, setiap langkah yang diambilnya mencerminkan integritas dan dedikasi untuk menciptakan perubahan.
Sejarah hidupnya, yang penuh dengan tantangan dan keberhasilan, tidak hanya menjadi catatan pribadi, tetapi juga pelajaran berharga bagi generasi mendatang.
Awal Karier Jurnalistik: Dari Tsunami Aceh Hingga Penyanderaan di Irak
Selepas menamatkan pendidikan S1 di bidang Manufacturing Engineering dari Universitas New South Wales Australia dengan beasiswa Presiden Habibie, Meutya memulai karier di bidang yang jauh dari latar belakang akademiknya, yakni jurnalistik. Meski begitu,
kariernya di dunia jurnalistik berkembang dengan pesat. Awal kariernya di Metro TV membawanya pada berbagai pengalaman berharga, termasuk menjadi salah satu jurnalis yang meliput bencana tsunami Aceh pada 2004. Liputannya tak hanya mendapat apresiasi, tetapi juga mengangkat namanya sebagai jurnalis yang tangguh dan berdedikasi.
Namun, peristiwa yang paling dikenang masyarakat adalah ketika Meutya, bersama kameramennya Budiyanto, disandera oleh pasukan Mujahidin di Irak saat mereka meliput Pemilu Irak tahun 2005. Selama 168 jam, Meutya dan Budiyanto mengalami tekanan fisik dan mental yang luar biasa. Namun, berkat doa dan upaya diplomasi dari pemerintah serta masyarakat Indonesia, keduanya akhirnya dibebaskan.
Pengalaman mengerikan ini dituliskan Meutya dalam buku berjudul "168 Jam dalam Sandera", yang kemudian menjadi salah satu karya paling penting dalam sejarah jurnalistik Indonesia.
Sebagai penghargaan atas dedikasi dan ketangguhannya, Meutya dianugerahi berbagai penghargaan, termasuk Elizabeth O'Neill Award, yang semakin mengukuhkan reputasinya sebagai jurnalis dengan reputasi internasional.
Memasuki Dunia Politik: Langkah Besar di Senayan
Ketua PBNU: Hoaks Muktamar Luar Biasa NU
Karier politik Meutya Hafid dimulai pada tahun 2010, saat ia ditunjuk sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) di DPR RI setelah meninggalnya Burhanudin Napitupulu. Masuknya Meutya ke parlemen bukanlah kebetulan, tetapi hasil dari pengalaman dan jaringan kuat yang ia bangun selama karier jurnalistiknya. Ia mulai bekerja di Komisi XI DPR RI yang membidangi keuangan dan ekonomi makro.
Di sana, Meutya langsung membuat gebrakan dengan mengangkat isu-isu penting, seperti kebangkrutan Merpati Air dan skandal Citibank, yang menunjukkan keberaniannya untuk bersikap kritis terhadap berbagai persoalan.
Tak lama kemudian, Meutya dipindahkan ke Komisi I DPR RI yang membidangi urusan luar negeri, pertahanan, komunikasi dan informatika, serta intelijen. Di sini, ia menunjukkan kapasitas kepemimpinan yang luar biasa, termasuk saat melakukan kunjungan ke Gaza pada tahun 2012 untuk memberikan bantuan kepada rakyat Palestina.
Perjalanan ini mempertemukan Meutya dengan tokoh-tokoh penting dunia, seperti (Alm) Ismail Haniyeh dan Mahmoud Abbas, yang semakin memperluas jejaring internasionalnya.
Capaian di Komisi I DPR RI: Ketua Komisi Perempuan Pertama
Pemilu 2014 membawa Meutya kembali ke DPR RI, dan kali ini ia diangkat sebagai Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP). Salah satu prestasinya di posisi ini adalah penyelenggaraan Konferensi Parlemen Asia Afrika tahun 2015, yang untuk pertama kalinya menciptakan forum khusus bagi parlemen dari kedua kawasan ini.
Forum tersebut bertujuan untuk menjembatani berbagai persoalan internasional yang dihadapi oleh negara-negara di Asia dan Afrika.
Puncak karier politik Meutya terjadi pada periode 2019-2024, ketika ia kembali terpilih sebagai anggota legislatif dan kemudian menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR RI. Di bawah kepemimpinannya, Komisi I berhasil meloloskan 13 undang-undang penting, termasuk Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. UU ini menjadi landasan hukum yang melindungi hak-hak masyarakat terkait pemrosesan data pribadi di era digital, baik oleh sektor publik maupun swasta. Capaian ini dianggap sebagai salah satu tonggak penting dalam reformasi regulasi di Indonesia.
Tak hanya itu, di masa pandemi COVID-19, Meutya mengambil peran aktif dalam upaya penanggulangan krisis. Ia secara rutin berkoordinasi dengan berbagai kementerian, seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, serta Badan Intelijen Negara, untuk memastikan WNI di luar negeri mendapat perlindungan dan berbagai program vaksinasi berjalan lancar.
Selain itu, melalui kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Meutya menggalakkan edukasi online kepada masyarakat mengenai pemberdayaan UMKM, ekonomi digital, hingga pengembangan kreativitas content creator di tengah keterbatasan akibat pandemi.
Kehidupan Pribadi: Perjuangan Menjadi Seorang Ibu
Di tengah kesibukannya sebagai politisi, Meutya Hafid juga mengalami perjuangan pribadi yang mendalam. Setelah 10 kali percobaan bayi tabung dan tiga kali keguguran, Meutya dan suaminya akhirnya dikaruniai seorang putri cantik bernama Lyora Shaqueena Ansyah pada tahun 2022. Perjalanan panjang dan penuh perjuangan ini menjadi salah satu kisah inspiratif yang dituangkan dalam buku "Lyora: Keajaiban yang Dinanti" karya Fenty Effendy.
Kisah pribadi ini memperlihatkan sisi lain dari Meutya Hafid yang penuh keteguhan dan kepercayaan diri, baik sebagai seorang ibu maupun sebagai seorang tokoh publik yang tak pernah berhenti berjuang.
Penghargaan Tahun 2024: Alumni of The Year
Berkat dedikasi, kerja keras, serta kontribusinya di berbagai bidang, pada tahun 2024 Meutya Hafid dianugerahi penghargaan "Alumni of The Year" oleh Pemerintah Australia. Penghargaan ini menjadi bentuk pengakuan atas kiprah Meutya yang tak hanya berpengaruh di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.
Meutya Hafid adalah contoh nyata bagaimana keberanian, dedikasi, dan ketekunan mampu membawa seseorang meraih puncak pencapaian, baik dalam karier profesional maupun kehidupan pribadi.