Bandung Lautan Api, Emen Si Tukang Becak Menyabung Nyawa Ledakkan Tank Canggih Inggris
SEORANG tukang becak bernama Emen melakukan aksi heroik saat peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946. Kala itu, rakyat Indonesia melawan pasukan Sekutu dan Belanda (NICA)
Dengan penuh semangat juang, Emen membuktikan jiwa patriotnya membakar tank canggih milik tentara Inggris hingga meledak dan menewaskan pasukan musuh yang ada di dalamnya. Kisah perjuangan Emen itu diabadikan dalam buku "Sekilas Sejarah Peristiwa Perjuangan Bandung Lautan Api" karya HME Karmas.
Saat itu Kota Bandung, Jawa Barat memang membara jadi ‘lautan api’. Sekitar 200.000 penduduk setempat nekat membakar rumah mereka lalu meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan Bandung. Dalam tujuh jam, semua rumah hangus.
Aksi ini dilakukan rakyat agar rumah-rumah mereka tidak dijadikan markas pasukan Sekutu dan Belanda yang saat itu menyerang Bandung dengan peralatan perang yang modern. Sementara rakyat yang kalah secara senjata menunjukkan perlawanan dengan membumihanguskan rumahnya sendiri. Mereka melawan teror pasukan sekutu Brigade MacDonald dan Gurkha.
Cak Imin: PKB Go Public!
Emen sang tukang becak ikut murka dengan pasukan Sekutu. Dikisahkan saat itu Emen ikut bersama para pemuda dan Tentara Republik Indonesia atau TRI (sekarang TNI).
Emen menerjang ke atap tank baja Inggris dan menumpahkan bensin, sekaligus melempar api ke kabin tank. Sontak, tank canggih pemenang Perang Dunia II itu meledak hingga menewaskan kru tank Inggris dan juga Emen sendiri.
Beberapa kejadian yang mencengangkan turut dilakukan para wanita terhadap Inggris. Di antara para kombatan wanita, tersebutlah dua nama legendaris, ‘Zus’ (sebutan wanita pada masa itu) Willy dan ‘Zus’ Susilawati.
‘Zus’ Willy yang tergabung di Kesatuan Laswi (Lasjkar Wanita) memenggal kepala seorang tentara Gurkha setelah menembaknya terlebih dulu dalam pertempuran dekat Ciroyom. Kepala tentara Gurkha itu ditebas dengan Gunto (pedang samurai) dan potongan kepalanya diserahkan pada Komandan Laswi, Ibu Arudji.
Bahkan, yang lebih ekstrem adalah ‘Zus’ Susilawati. Perwira wanita Polisi Tentara ini mengeksekusi kepala seorang Gurkha dan mengarak potongan kepala itu dari Jalan Cibadak sampai ke Markas Divisi III di Regentsweg. Dari situ, potongan kepala Gurkha itu dikirimkan ke Markas TRI di Yogyakarta.
Kisah itu benar adanya dan diungkapkan pula oleh (mendiang) Kolonel Abdoel Haris Nasution, Komandan Divisi III Siliwangi saat itu, dalam buku ‘Indonesian Destiny’, karya sejarawan Amerika Serkat, Theodore Friend.
“Suatu pagi seorang wanita pejuang muda menghentikan kudanya di depan pintu, turun dan menempatkan kepala terputus dari petugas Gurkha di depan saya di atas meja bersama-sama dengan pitanya. Wanita itu dipanggil Susilowati,” beber Nasution.