6 Celetukan Megawati Respons Prahara Konstitusi hingga Peluang Usung Anies Baswedan: Mau Nurut Gak Dia?

6 Celetukan Megawati Respons Prahara Konstitusi hingga Peluang Usung Anies Baswedan: Mau Nurut Gak Dia?

Nasional | okezone | Jum'at, 23 Agustus 2024 - 10:49
share

JAKARTAMegawati Soekarnoputri mengeluarkan sejumlah celetukan soal isu yang berkembang terkait Pilkada 2024. Megawati juga menyoroti tindakan pihak-pihak yang ingin mengatur Pilkada agar sesuai dengan keinginan kelompoknya. Tak hanya itu, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) itu juga mengeluarkan celetukan untuk Anies Baswedan yang digadang-gadang akan diusung oleh partainya di Pilgub Jakarta.

Berikut sejumlah celetukan Megawati merespons berbagai isu terkini yang disampaikannya saat pengumuman bakal calon kepala daerah, di Jakarta, dikutip Jumat (23/8/2024).

1. Mau Nurut Gak Dia?

PDIP berpeluang mengusung Anies Baswedan sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta, setelah Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah soal syarat dukungan partai.  Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengatakan, seseorang tidak bisa sewenang-wenang untuk diusung partai berlambang banteng itu.

Awalnya Megawati mengaku kaget ketika tiba di Kantor DPP PDIP, melihat banyak satgas yang berpakaian hitam, dan meminta agar partainya mengusung Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta.

"Orang tadi kan diomongi Jakarta. Terus kan tadi di depan itu aku kaget toh yo, ada baju merah item, tapi pasang spanduknya itu kan suruh ngegotong Pak Anies ya," kata Megawati.

Megawati kemudian bertanya ke Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun. "Itu katanya saya tanya si Komar, itu satgas apa ya, kok namanya Satgas Hitam ya. Terus katanya Pak Komar oh satgasnya itu memang mau dukung Pak Anies bu," ucapnya.

Kemudian Mega menegaskan, bahwa jika ingin diusung, tidak serta merta melenggang, namun Anies harus menjadi kader dan manut kehendak partai.

"Oh gitu. Eh aku bilang, enak aja ya, ngapain gue suruh dukung Pak Anies. Dia bener nih kalau mau ama PDIP? Kalau mau ama PDI jangan kayak gitu dong ya, ya tinggal mau enggak nurut dia, iya dong," katanya.

"Saya tuh suka jadi garuk garuk kepala lho. Enak aja sekarang kita dicari dukungannya. Bingung saya lho. Lalu kamu kemana ya kemarin sore ya? Lha iya lha. Ayo, mbok jangan gitu dong," sambungnya.

2. Dia Bukan Orang Indonesia

Megawati menegaskan, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) bersifat final dan mengikat. Bila ada yang ingkar terhadap putusan MK, ia menilai, telah terjadi pelanggaran konstitusi dan pelakunya ‘bukan orang Indonesia’.

Mulanya, Megawati menegaskan peran dan fungsi MK yang tercantum dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945. Dalam klausul itu, ia menegaskan, putusan MK bersifat final.

"Pasal 24C ayat 1 (UUD 1945), Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. Final. Final. Kalau kerennya kan, final and binding. Keren toh," terang Megawati.

Ia berkata, ketentuan itu berlaku pada putusan MK yang menguji sebuah produk UU. ). "Berarti UU berada di bawahnya, terhadap UUD," terang Megawati.

Bila ada orang yang menyalahi UUD, kata Presiden ke-5 RI ini, bukan orang Indonesia. Ia pun menyebut orang tersebut telah melanggar konstitusi. "Kalau ada orang yang akan menantang apa yang berbunyi di pasal-pasal ini, maka dia bukan orang Indonesia," kata Megawati.

"Saya enggak mau salah aturan. Hehe hihi gila. Jd apa amanat ini? Tidak bisa ditafsirkan lain. Karena itulah mengingkari keputusan MK, sama saja artinya dengan pelanggaran konstitusi," tandasnya.

 

3. Jangan Melempem!

Megawati meminta para kader untuk tidak melempem. Dia mengingatkan kader partainya harus memiliki semangat yang membara. Awal mulanya para kader partai tak semua bertepuk tangan. Lalu Megawati berteriak.

"Mbok tepuk tangan yang keras, gitu aja melempem jadi kamu tuh siapa tahu? Ibu juga nggak tahan kalau disuruh lembut-lembut gitu aja,"kata Megawati.

Dia mengatakan bahwa dirinya sungguh membara saat membaca pidato. Sehingga seyoguianya para keder juga memiliki semangat yang membara. 

"Tepuk tangan aja itu membara.Saya membaca gini aja membara loh masak kamu nggak pernah ada yang tahu di ceritakan oleh orang tua yang namanya nenek buyut apa dulu pernah yang namanya rakyat saja berpakaian karung goni," katanya.

"Jangan lupa kalian adalah PDI perjuangan, melempem yah udah dah," celetuknya.

4. Ini Republik Apa?

Megawati menyinggung soal amanat konsitus  saat memberikan pidatonya. "Amanat konstitusi ini sangat jelas, dan tegas, jangan coba coba untuk merubahnya kecuali di mana kah boleh terjadi amandemen?" kata Megawati.

Megawati kemudian menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi, dan konstitusi adalah buah karya para pendiri bangsa. Jangan sampai, ada kepentingan lain untuk mengubahnya.

"Apa hal merubah konstitusi negara dengan cara yang sangat tidak wajar," ucapnya.

"Ini republik apa?," tanya Megawati.

Bahkan, Presiden ke-5 RI itu juga menegaskan bahwa konstitusi tidak boleh diganggu gugat. Dia kemudian menyinggung soal putusan Mahkamah Konsitusi (MK) yang bersifat final dan mengikat, dan pengingkaran terhadap putusan MK merupakan pelanggaran terhadap konstitusi.

"Saya engga mau salah aturan. Hehe gila. Jadi apa amanat ini? Tidak bisa ditafsirkan lain. Karena itulah mengingkari putusan MK, sama saja artinya dengan pelanggaran konstitusi," katanya.

 

5. Jangan Enak-Enak Saja, Ini Darurat Konstitusi

Megawati mengaku telah mendapat laporan gerakan elemen masyarakat dalam merespons DPR RI yang akan mengesahkan RUU Pilkada. Menuruntya, gerakan itu terjadi karena untuk selamatkan demokrasi.

"Hari ini saya mendapat laporan begitu banyak pergerakan seluruh elemen masyarakat termasuk civil Society dan mahasiswa. Semua tergerak karena nurarinya dan tentunya untuk menyelamatkan demokrasi," terang Megawati.

Atas dasar itu, di hadapan para kadernya Megawati meminta tidak boleh santau. Pasalnya, kata Megawati, kondisi saat ini felah darurat demokrasi.

"Jadi jangan enak-enak saja ini darurat konstitusi," terang Megawati.

6. Mau Kenalan Juga Deh Sama Raja Jawa

Megawatio mengaku ingin berkenalan dengan raja jawa yang disinggung Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia. Mulanya, Megawati terkejut mengetahui pernyataan Bahlil yang menyinggung adanya ‘Raja Jawa’.

Lantas, Megawati pun bertanya-tanya apakah Bahlil mengerti dan paham dengan raja Jawa. Apalagi, kata Megawati, Bahlil bukan asli dari suku Jawa. "Terus, ih maksud saya gini, kayak-kayak dia ngerti artinya raja Jawa gitu. Karena dia kan orang mana sih, NTT apa mana tuh?" tutur Megawati.

"Oh gitu. Makanya, saya kan langsung sambil sarapan ketawa. Ih bilang ada raja Jawa. Terus aku mikir aku mau kenalan juga deh sama raja Jawa-nya," imbuh Megawati yang langsung disambut tawa peserta.

Megawati pun mempertanyakan sejak kapan adanya raja Jawa di masa kini. "Loh emang bener toh semua orang juga denger. Kapan ada raja Jawa-nya. Opo nggak gile? Aduh apalagi toh yooo," tandas Megawati.

Topik Menarik