Ikan Menjadi Pangan Bergizi dan Peningkatan Ekonomi

Ikan Menjadi Pangan Bergizi dan Peningkatan Ekonomi

Nasional | okezone | Kamis, 22 Agustus 2024 - 16:22
share

PADA 2021, United Nation Children's Fund (UNICEF) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis laporan bahwa satu dari 12 anak di bawah usia lima tahun di Indonesia mengalami wasting atau kondisi gizi kurang atau gizi buruk pada anak yang ditandai dengan berat badan yang rendah dibandingkan tinggi badannya. Dalam laporan yang sama, disebutkan juga bahwa satu dari lima anak di Indonesia mengalami stunting.

Kasus wasting terjadi akibat adanya penurunan berat badan yang cepat atau gagal bertambah berat badan. "Anak gizi kurang atau gizi buruk mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi, namun dapat diterapi," tulis laporan bertajuk "Menuju Masa Depan Indonesia Bebas Masalah Kekurangan Gizi" yang diakses pada 19 Agutus 2024.

Sementara, stunting dalam laporan tersebut, merujuk pada anak dengan tinggi badan terlalu rendah untuk usianya. Anak-anak stunting dapat mengalami gangguan fisik dan kognitif berat yang tidak dapat diperbaiki, yang menyertai hambatan pertumbuhan linier.

"Dampak buruk stunting dapat berlangsung seumur hidup dan bahkan berdampak pada generasi berikutnya," tulis laporan tersebut terkait stunting.

Baik wasting maupun stunting, dalam laporan tersebut, mempunyai dampak jangka panjang. Anak-anak wasting mempunyai daya tahan tubuh yang lemah, risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak dengan gizi baik. Sementara stunting, menyebabkan gangguan kognitif, prestasi sekolah jelek, penghasilan dan produktifitas rendah, serta meningkatkan risiko menderita penyakit tidak menular saat dewasa.

Wasting dan stunting berhubungan erat, di mana keduanya memiliki faktor penyebab dan risiko yang sama, dankedua bentuk kekurangan gizi ini saling berdampak satu sama lain. Anak wasting berisiko 3 kali lebih besar menjadi stunting dan anak stunting berisiko 1,5 kali menjadi wasting bila dibandingkan dengan anak-anak gizi baik. Anak yang mengalami kedua bentuk kekurangan gizi ini secara bersamaan memiliki risiko kematian 12 kali lebih tinggi dibandingkan anak gizi baik.

Laporan tersebut juga mengingatkan jika gagal menurunkan jumlah anak terdampak kekurangan gizi, maka wasting akan terus menghalangi langkah pemerintah Indonesia dalam mengurangi angka kematian, kesakitan anak, dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Modal Lawan Stunting Negara Maritim

Di tengah ancaman stunting dan wasting terhadap anak-anak Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sudah menekankan pentingnya mengonsumsi ikan. Bahkan, dia menyarankan agar ikan menjadi lauk dalam program makan bergizi. Usul tersebut didasarkan atas sejumlah pertimbangan.

Menurutnya, ikan mengandungan protein yang lengkap, terutama omega 3. Nutrisi tersebut diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan anak serta mencegah stunting. Pertimbangan lain terkait posisi Indonesia sebagai negara maritim, ikan menjadi salah satu komoditas yang terjangkau, baik dari sisi harga maupun ketersediaan.

"(ikan) bisa dipenuhi dari budidaya lokal. Ada (budidaya) biofloc ada indoor dan pinggir pantai," ujar Sakti Wahyu Trenggono pada Juli 2024, silam.

Hadirnya ikan dalam program makan bergizi juga dianggap bisa membantu menghidupkan perekonomian daerah. Terutama, wilayah-wilayah sentra produksi perikanan.

Senada, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo optimistis adanya pertumbuhan ekonomi jika ikan menjadi bagian dari program makanan bergizi.

Hal tersebut berdasarkan asumsi perputaran ekonomi yang dihasilkan apabila program tersebut juga ditujukan untuk menstimulasi masyarakat semakin suka mengonsumsi ikan. Berdasarkan data BPS tahun 2022, terdapat 70.628.925 rumah tangga di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut tersebar di perkotaan sebanyak 39.655.323 rumah tangga dan 30.973.629 rumah tangga berada di perdesaan.

"Jadi bukan hanya bergizi, jika masing-masing rumah tangga berbelanja ikan Rp30 ribu untuk asupan protein perhari, perputarannya sudah Rp2,1 triliun, sebulan Rp63 triliun, dan setahun Rp756 triliun," ujarnya.

Ikan untuk Merdeka Protein

Di bawah komando Menteri Trenggono, KKP terus bergerak agar masyarakat senang dan bangga mengonsumsi ikan. Dirjen PDSPKP Budi Sulistiyo mengatakan transformasi daya saing produk kelautan dan perikanan tak lepas peningkatan konsumsi produk perikanan, baik ekspor maupun dalam negeri. Melalui Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan atau Gemarikan, Ditjen PDSPKP menggandeng para pemangku kepentingan guna mengingatkan pentingnya asupan protein ikan.

Terlebih asupan protein Indonesia di tahun 2023 masih 62,3 gram/kapita/hari. Dari angka tersebut, yang berasal dari ikan baru 9,25 gram/kapita/hari.

"Angka Vietnam mendekati negara maju yang sudah 100 gram ke atas. Seperti Norwegia, Amerika, bahkan yang tertinggi adalah China yaitu 121 gram per kapita per hari," ujar Budi Sulistiyo saat berbincang dengan Okezone belum lama ini.

Mengusung semangat "Merdeka Protein 100 gram", KKP menggandeng Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam upaya menangani permasalahan stunting. Seperti pada peringatan Hari Keluarga Nasional serta sosialisasi Protein Ikan untuk Generasi Emas dan Edukasi Kesehatan Reproduksi Anak Remaja di Kantor KKP.

"Menatap target Indonesia Emas 2045, berarti kan 21 tahun lagi, artinya anak-anak dan balita sekarang yang nanti masuk usia produktif (pada 2045), nah itu kita kawal," jelas Budi.

Tak hanya dengan BKKBN, KKP juga menggandeng Kementerian Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dalam mengedukasi pentingnya konsumsi ikan dan momentumnya terjadi pada peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2024. Menteri PPPA Bintang Puspayoga pun mengapresiasi langkah KKP yang selalu mengampanyekan gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan). Di mana selama 3 tahun terakhir KKP juga terlibat aktif dalam peringatan Hari Anak Nasional dan memberikan ikan untuk anak-anak pinggiran di Jakarta.

Pada setiap kegiatan, KKP mengenalkan salah satu inovasi produk hilirisasi perikanan berupa hidrolisat protein ikan atau HPI. Budi menjabarkan, HPI merupakan intisari protein ikan, asam aminonya, bisa diekstrak dalam bentuk serbuk. "Ini dicampurkan, difortifikasi kepada bahan baku makanan seperti tepung atau sagu," sambungnya.

Inovasi tersebut pun telah diperkenalkan di Keraton Yogyakarta, pada 27 Juni 2024. Kala itu, Raja sekaligus Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, berharap inovasi ini terus dikampanyekan ke masyarakat agar bisa menjadi bahan tambahan pangan seperti camilan dan lain sebagainya.

Menurutnya, inovasi tersebut semakin memudahkan sosialisasi Gemarikan yang sudah dijalankan sejak 2004. "Dengan HPI, ikan bisa masuk ke berbagai macam olahan makanan, termasuk jajanan cilok yang digandrungi anak sekolah," tuturnya.

Terkini, KKP telah mengusulkan agar ikan hasil tangkapan nelayan maupun hasil budidaya dapat menjadi bagian dalam paket bantuan pangan ke Badan Pangan Nasional (Bapanas). Melui surat bernomor B.2536/DJPDSPKP/KS.320/VII/2024 tertanggal 15 Juli 2024, KKP menyiapkan dukungan terkait sentra-sentra produksi perikanan, termasuk ketersediaan, jenis, volume, serta produk inovasi perikanan.

Budi berharap sinergi dan kolaborasi tersebut turut memperkuat gizi masyarakat, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan protein.

"Ini tentu akan memberikan dampak pertumbuhan eknomi yang bisa langsung dirasakan masyarakat banyak," tutupnya.

Makan Ikan Jadi Berprestasi?

Saat berselancar di dunia maya dengan kata kunci manfaat ikan, maka kalimat selanjutnya tidak jauh dari kata kesehatan hingga mencerdaskan. Benarkah demikian?

Dalam artikel yang sudah dimuat Okezone beberapa waktu lalu, Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, Prof. Dr. Hardinsyah, M.S, mengatakan salah satu manfaat utama ikan, tentu meningkatkan kecerdasan.

Penjelasannya adalah, saat tekanan darah normal dan lancar, butir darah akan menangkap oksigen ke otak sehingga mempercepat cara berpikir dan menangkap pesan. Ikan, bisa meningkatkan pertumbuhan dan kecerdasan, khususnya pada anak-anak. Karena itu, sebisa mungkin, anak dibiasakan mengkonsumsi ikan bahkan saat sejak dalam kandungan ibu karena memiliki segudang manfaat.

Selain itu, sambungnya, ada segudang zat baik seperti protein, DHA (lemak omega-3), vitamin D, mineral, kalsium, zat besi, dan zinc. "Saat pandemi (Covid-19) lalu dicari-cari banyak orang karena menjaga stamina dan membantu pertumbuhan. Selain itu zat-zat yang ada pada ikan dapat mencegah stunting pada anak," ujarnya.

Senada dengan itu, dr. Djoko Maryono mengatakan, Indonesia punya gudang protein tersbesar di dunia. Namun yang menyedihkan, ujarnya, pada tahun 2010 ada laporan 34 persen bayi-bayi yang baru lahir itu mengalami stunting.

Karen itu, kata Djoko Maryono, sejak itu pemerintah dan sejumlah pihak terkait terangsang untuk memperbaiki kurang protein, sebab, dengan memberikan kecukupan protein putih yang berasal dari laut, terbukti bisa menekan stunting. Dan pada 2023 kemarin, angka stunting turun menjadi 21,5 persen.

"Kekurangan protein sangat mempengaruhi kehidupan bangsa kita. Banyak bangsa kita yang menjadi SDM yang lemah, karena IQ rata-rata 98, orang Jepang 110, orang Singapura 109," ujar Djoko kepada Okezone .

SDM yang lemah, menurutnya, bisa menjadi beban negara. Oleh karena itu, dirinya mengajak seluruh masyarakat untuk mengkonsumsi protein dari laut, yang ternyata jauh lebih bagus dari pada protein darat. "Jadi ini jauh lebih bagus dari pada ayam, jauh lebih bagus dari pada kambing atau sapi," imbuhnya.

Ikan, sambungnya, punya asam amino yang tinggi, dan yang paling penting adalah omega 3, 6, dan 9. Omega itulah pembentuk otak dengan dimulai dari saat pembuahan sampai anak berusia dua tahun. Selepas anak dua tahun otak tidak akan terbentuk lagi.

"Jadi kalau ingin anaknya sehat, ibu-ibu sejak hamil harus sudah diberikan protein ikan. Apakah bentuknya ikan atau lainnya, bebas. Orang sekarang ini kan sudah malas untuk membetetin (membersihkan sisik) ikan. Sekarang zamannya sudah ready to eat. Industri perikanan di Indonesia saat ini sudah memulainya dengan mengolah lam bentuk nugget, bakso, bahkan ada campuran untuk roti terbuat dari bahan ikan," tuturnya.

Sejurus dengan yang dijabarkan para ahli itu, asupan protein menjadi salah satu yang digenjot Kementerian Kelautan dan Perikanan agar SDM di negeri ini bisa terus berprestasi. Contoh nyata seperti China yang asupan proteinnya mencapai 121 gram/kapita/hari, membuktikan para atletnya mampu berprestasi di level dunia.

Di mana pada Olimpiade Paris 2024 lalu, China berhasil meraih 91 medali dengan rincian 40 emas, 27 perak dan 24 perunggu. Posisi China berada di peringkat kedua di Bawah Amerika Serikat.

Di sisi lain, strategi Kementerian Kelautan dan Perikatan dengan menggandeng sejumlah pihak terrkait untuk mengolah ikan dalam bentuk lain, seperti nugget misalnya, sedikit banyak berhasil mengajak anak-anak untuk gemar makan ikan.

"Ternyata kalau jadi nugget, enak juga. Apalagi ada kejunya," ujar Bilal, siswa kelas 3 SD di Bekasi.

Ungkapan yang sama juga disampaikan Gilang, sisa kelas 2 SD. Setelah mencoba nugget ikan, langsung menjadi alternatif stok makanan di rumahnya. "Iya, di rumah ku sekarang ada nugget ikan selain ayam. Ibu ku jadi sering beli," ujar Gilang siswa kelas 2 SD.

Topik Menarik