5 Fakta LB Moerdani, Jenderal TNI Kenamaan yang Berjaya di 2 Era Presiden Indonesia
Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benjamin ( LB) Moerdani merupakan salah seorang tokoh militer kenamaan dalam sejarah Indonesia. Tercatat, ia pernah berjaya di 2 era presiden berbeda, yakni Soekarno dan Soeharto.
Moerdani lahir di Blora, Jawa Tengah, 2 Oktober 1932. Biasa disapa Benny Moerdani, ia adalah putra dari pasangan Raden Bagus Moerdani Sosrodirjo yang merupakan pegawai jawatan kereta api serta Jeanne Roech, wanita berdarah Eropa yang berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak.
Sepanjang hidupnya LB Moerdani telah melewati banyak pengalaman dan riwayat menarik. Lebih jauh, berikut ini sejumlah faktanya yang bisa diketahui.
Fakta LB Moerdani
1. Masuk Militer sejak Belia
Saat berusia sekitar 13 tahun, LB Moerdani pernah ikut dalam penyerangan kempetei di Solo pada 12 Oktober 1945. Tak lama setelah itu, ia bergabung dengan Tentara Pelajar.Gunakan Pesawat Garuda Indonesia, Paus Fransiskus Tinggalkan Indonesia Menuju Papua Nugini
Kemudian, Benny masuk Pusat Pendidikan Angkatan Darat (P3AD). Julius Pour dalam 'Benny: Tragedi Seorang Loyalis' menyebutkan bahwa Benny muda memulai pelatihan pada 1951 dan terpilih ikut pendidikan tambahan di Sekolah Pelatih Infanteri (SPI).
Lalu, ia lulus tahun 1952 dengan pangkat Letnan Cadangan (Pembantu Letnan Satu). Sempat ditempatkan sebagai instruktur dalam Sekolah Kader Infanteri, Benny pada 4 Juli 1954 dilantik menjadi Letnan Dua Infanteri dan resmi menjadi perwira militer professional.
2. Dianugerahi Bintang Sakti oleh Presiden Soekarno
Dalam sepak terjangnya di militer, Benny Moerdani telah banyak terjun dalam misi penugasan lapangan. Tak hanya banyak memburu pemberontak, ia ikut juga dalam pembebasan Irian Barat.Berkat kontribusinya, Benny bahkan dianugerahi Bintang Sakti oleh Presiden Soekarno. Tanda penghargaan tersebut tersemat di bawah wing tanda kecakapan pasukan payung dada kirinya.
Pada sambutannya di halaman Istana Merdeka, Bung Karno berpidato dengan menyebut para penerima Bintang Sakti sebagai pahlawan.
"Korbanmu tidak kecil, korbanmu besar sekali. Engkau boleh dinamakan pahlawan, pahlawan bangsa," ucap Bung Karno seperti dikutip dari buku 'Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan' (1993).
3. Sempat Jadi Sosok Kepercayaan Presiden Soeharto
Setelah berganti kekuasaan ke Orde Baru, posisi Benny Moerdani semakin moncer. Berbekal pengalamannya, ia bahkan mulai dikenal sebagai salah satu tangan kanan Soeharto dalam bidang keamanan presiden dan negara.Kedekatannya itu membuat Soeharto turut merestuinya sebagai Panglima TNI (dulu ABRI). Menggantikan Jenderal TNI M Jusuf, Benny menduduki posisi ini pada periode 1983-1988.
Sebelum penunjukannya, ada kisah menarik ketika Soeharto baru menginginkan Benny untuk memegang tongkat komando ABRI. Prabowo Subianto dalam buku biografinya 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto' mengungkap bahwa waktu itu Soeharto menggunakan caranya yang sangat khas: kalem dan halus.
Saat mendapati tiga nama jenderal bintang tiga: Himawan Susanto, Yogie S Memet, dan Soesilo Sudarman, Soeharto justru mencari 'anak emas'-nya yang seakan menjadi sinyal tersendiri. "Benny ada di mana sekarang?" tanya mantan Pangkostrad itu.
Pada akhirnya, Benny tidak hanya dipasrahi jabatan Panglima ABRI. Ia juga diplot sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).
4. Pernah Jadi Menteri Pertahanan
Pada 1988, hubungan harmonis Benny Moerdani dan Soeharto memburuk. Dalam hal ini, ia dianggap terlalu banyak melakukan kritik terhadap pemerintahan.Akhirnya, Try Sutrisno naik menjadi pengganti Benny sebagai Panglima ABRI. Namun, Soeharto tidak lantas langsung membuang Benny.
Presiden ke-2 RI itu menunjuknya menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan. Namun, kembali Benny mendapat tuduhan ingin melakukan kudeta terhadap Orde Baru.
Pada 1993, jabatan Menteri Pertahanan dan Keamanan digantikan oleh Edi Sudrajat. Sementara Benny memilih vakum dari politik.
5. Menjalani Masa Tua dengan Kesepian
Kegemilangan karier LB Moerdani berubah total ketika memasuki usia senja. Mendekati akhir hidupnya, Benny tinggal dengan kesepian.Setelah benar-benar vakum dari militer dan politik, ia banyak menghabiskan waktu untuk sekadar mengobrol bersama kawan-kawannya di CSIS seperti Harry Tjan Silalahi, Clara, dan Jusuf Wanandi. Selain itu, Benny hanya menghabiskan waktu untuk membaca koran dan buku kiriman kawan-kawannya di Amerika Serikat.
Lalu, sisa hidupnya dihabiskan pada kediamannya di Hang Lekir, Jakarta Selatan. Benny hanya ditemani istri, anak tunggalnya, dan juga seorang perawat.
Sementara untuk komunikasi, ia hanya dibantu lonceng karena memang waktu itu hidupnya sudah berada di atas kursi roda. Pada 29 Agustus 2004, Benny meninggal dunia dalam usia ke-71.
Itulah sejumlah fakta tentang LB Moerdani, Jenderal TNI kenamaan yang pernah berjaya di 2 era presiden berbeda.