Stafsus Presiden Ingatkan Bahaya Perubahan Iklim: Ini Bukan Ancaman Masa Depan, tapi Saat Ini
JAKARTA - Staf Khusus (Stafsus) Presiden Diaz Hendropriyono menyampaikan buruknya dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang sudah dapat dirasakan saat ini. Hal itu disampaikannya saat jadi memberi kuliah umum dengan tema Dangerous Humans: Towards Zero eMissions di Universitas Wahid Hasyim
Ancaman akibat global warming dan climate change ini bukanlah ancaman masa depan, melainkan ancaman saat ini. Sudah banyak sekali kekeringan, banjir, hingga turbulensi pesawat yang terjadi sekarang diperparah oleh perubahan iklim, ucap Diaz, dikutip Rabu (14/8/2024).
Diaz menekankan bahwa dibutuhkan upaya luar biasa besar untuk menahan laju kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat celcius dan upaya membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celcius.
Diaz menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia sudah melakukan banyak upaya melalui kebijakan dari beragam sektor. Upaya ini juga dibantu dengan inovasi dari banyak ecopreneurs di sektor energi, transportasi, agrikultur, konstruksi, bahkan pengelolaan sampah pun turut memiliki visi ke arah bisnis ramah lingkungan untuk pengurangan emisi.
Saat dimintai pendapat oleh mahasiswa terkait langkah kecil bagi masyarakat untuk mengurangi emisi, Diaz ajak mahasiswa untuk tidak konsumtif.
Langkah kecil ini hanya dua kata, jangan konsumtif. Untuk kurangi emisi, kita tidak perlu beli baju banyak-banyak yang akhirnya hanya menumpuk di lemari, tidak perlu 1 orang 1 kendaraan, mau makan beli secukupnya saja jangan sampai hanya terbuang, handphone juga secukupnya saja. Dengan seperti ini kita tidak akan menjadi Dangerous Humans, ucapnya.
Kuliah umum ini dimoderatori oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dr. Hasan, S.e., M.Sc., serta dihadiri oleh ratusan mahasiswa, termasuk mahasiswa asing dari Afghanistan, Pakistan, dan India secara offline dan online.
Kuliah Umum ini diawali oleh sambutan dari Wakil Rektor IV Prof. Dr. H. Helmy Purwanto, ST., MT., IPM, Kami juga ada proyek ECoGreen yang bekerja sama dengan Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Trisakti Jakarta, dan Universitas Surabaya (Ubaya) Surabaya, ucapnya.
Dia mengatakan, proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh Uni Eropa, jadi terdapat dua universitas di Eropa yang turut menjalin kerja sama, Universitas Wageningen Belanda dan Universitas Hasselt Belgia.