Kisah Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Korban PKI Pemegang Legendaris Samurai Jepang
JAKARTA - Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani adalah salah satu pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965. Ahmad Yani dilahirkan pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo.
Ia menempuh pendidikan militer selama masa pendudukan Jepang, termasuk pendidikan Heiho di Magelang dan pendidikan tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Berkat prestasinya yang luar biasa, Ahmad Yani dianugerahi sebuah samurai Katana istimewa (gunto) oleh militer Jepang.
Keahliannya dalam strategi perang dan olahraga Sendai membuatnya lulus dengan cemerlang dan diakui oleh tokoh-tokoh militer, seperti Sarwo Edhie Wibowo.
"Beliau memang seorang prajurit, ahli strategi perang sejak masuk PETA (Pembela Tanah Air) di Bogor. Dia juga pandai main Sendai, olahraga Jepang dengan pedang samurai. Karena pandainya itu, dia bisa lulus dengan baik dan diberi pedang (gunto) yang paling panjang. Itu diakui Pak Sarwo Edhie (Wibowo), cerita Amelia A Yani kepada redaksi Okezone, beberapa waktu silam.
Konferensi INCOILS 2025, Pascasarjana PTKIN Ditantang Cetak Alumni Otoritatif dan Rujukan Publik
Karier militer Ahmad Yani semakin bersinar setelah pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), di mana ia diangkat sebagai Komandan TKR Purwokerto. Pada 1948, ia turut serta dalam menumpas pemberontakan PKI Muso di Madiun.
Saat Agresi Militer Belanda II, Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan Wehrkreise II di daerah Kedu.
Salah satu pencapaian lainnya adalah pembentukan pasukan Banteng Raiders untuk menumpas gerombolan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Tengah.










