Hari Ini Genap Berusia 193 Tahun, Begini Sejarah dan Asal-mula Penamaan Gunungkidul
GUNUNGKIDUL hari ini genap berusia 193 tahun. Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta ini resmi berdiri pada 27 Mei 1831. Hari jadi Gunungkidul diperkuat lewat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul Nomor 70/188.45/6/1985 yang ditandatangani oleh Bupati pertama Gunungkidul Drs KRT Sosro Hadinungrat pada 14 Juni 1985.
Namun hasil kajian sejarah terbaru disebutkan bahwa Gunungkidul didirikan pada 4 Oktober 1830, setelah pejanjian Klaten dan penandatangan kesepahaman pengakuan kewilayahan Gunung Kidul di Kraton Yogyakarta kala itu.
Terlepas dari dua versi sejarah tersebut, yuk simak bagaimana sejarah dan asal-muasal sampai kabupaten seluas 1.485,36 kilometer persegi ini dinamakan Gunungkidul.
Gunungkidul yang terletak di pesisir Laut Selatan Pulau Jawa atau sisi selatannya berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, ibo kotanya adalah Wonosari.
Gunungkidul berasal dari bahasa Jawa. Artinya gunung di wilayah selatan.
Hal tersebut sesuai dengan lokasi Gunungkidul yang berada di bagian selatan Pegunungan Sewu. Tuprografi Gunungkidul sebagian besar berupa perbukitan dan pegunungan kapur.
Dahulu kala, Gunungkidul hutan belantara. Kemudian ada sejumlah orang pelarian dari wilayah Majapahit menetap di Desa Pongangan yang dipimpin oleh R. Dewa Katong saudara dari Raja Brawijaya. Setelah R. Dewa Katong pindah ke daerah utara. Desa Pongangan dipegang oleh sang anak bernama R. Suromejo.
Semenjak R. Suromejo memimpin Desa Pongangan, desa ini semakin maju dan berkembang. Desa Pongangan semakin hari semakin ramai oleh penduduk yang berdatangan. Setelahnya R. Suromejo memilih pindah ke Karangmojo.
Raja Mataram, Sunan Amangkurat Amral dari Kartosuro mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso.
Ia meminta Senopati untuk membuktikan kebenaran adanya perkembangan di daerah tersebut. Pasalnya, daerah Gunungkidul masih berada di wilayah kekuasaan Sunan Amangkurat Amral.
Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso menasihati R. Suromejo untuk meminta izin kepada Sunan Amangkurat Amral, tetapi ia menolak.
Akhirnya terjadi peperangan yang menewaskan R. Suromejo dan dua anak lainnya.