Ketum Muhammadiyah: Serangan Fajar Buat Budaya Politik Buruk, Perlu Dihentikan!
MALANG - Ketua Umum (Ketum) Muhammadiyah Haedar Nashir meminta seluruh elemen bangsa menjaga kondusivitas di masa hari tenang Pemilu 2024. Apalagi secara aturan memang tidak diperbolehkan adanya kampanye langsung atau tidak langsung, termasuk kampanye terbuka dan terselubung atau tertutup.
Haedar Nashir menyebut, kunci dari semua itu adalah kesadaran pada moralitas, para stakeholder, elemen bangsa, termasuk para kontestan Pemilu itu sendiri, serta pendukungnya.
"Kuncinya dalam hal etika, dan moralitas politik seluruh warga bangsa, para kontestan dengan seluruh kekuatan dan pendukungnya, agar tidak melakukan pergerakan apapun," ucap Haedar Nashir, saat berada di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa pagi (13/2/2024).
Hal lain yang ditegaskan Haedar bagaimana agar serangan fajar yang kerap terjadi, tidak dengan mudah diterima masyarakat dan perlu dihentikan. Sebab hal itu kata Haedar justru membuat budaya politik dan berdemokrasi di Indonesia buruk.
"Kalau di masyarakat selama ini ada istilah serangan fajar yang konotasinya seperti diterima, itu sebenarnya budaya politik yang agak buruk, dan perlu dihentikan. Jika kita ingin jadi bangsa yang besar, tahan kalau memang sudah berikhtiar selama masa kampanye jangan ingin lagi nambah-nambah, untuk apa," tuturnya.
Ia pun meminta seluruh warga Indonesia yang telah memiliki hak pilihnya menggunakan hak pilihnya dengan baik, bertanggungjawab, tidak golput, serta tidak memilih berdasarkan materi atau iming - iming materi yang dijanjikan. Menurutnya, hal itu mencerminkan wujud kedewasaan berdemokrasi, dan peningkatan logika berpikir seluruh masyarakat.