Raja Singasari Wisnuwardhana Tumpas Pemberontak dan Perusuh Ganggu Keamanan Negara
RAJA Wisnuwardhana merupakan raja yang berhasil menyatukan kembali faksi di Kerajaan Singasari . Saat itu memang pemberontakan kudeta dan pembunuhan mewarnai beberapa raja sebelumnya. Di awali dari Ken Arok, yang membunuh Tunggul Ametung ketika masih menjadi wilayah kekuasaan Kediri.
Setelahnya wilayah Singasari penuh dengan tragedi karena diwarnai aksi saling bunuh. Ken Arok yang naik menjadi raja pertama Singasari, sekaligus mendeklarasikan diri wilayah Tumapel kala itu sebagai wilayah berdikari dari Kerajaan Kediri juga harus tewas dengan tragis.
Ken Arok tewas di tangan anak tirinya sendiri Anusapati, yang tahu ulahnya membunuh Tunggul Ametung, ayah kandung Anusapati saat menikahi Ken Dedes. Berlanjut kepada tragedi pembunuhan Anusapati oleh Tohjaya, anak kandung Ken Arok hasil pernikahan dengan Ken Dedes.
Setelah itu beberapa kali muncul faksi di Kerajaan Singasari hingga akhirnya berhasil disatukan dua keturunan itu di masa Raja Wisnuwardhana, sebagaimana dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno". Konon penyatuan dua keturunan Singasari itu dikisahkan pula pada prasasti di Desa Maribong peninggalan Raja Wisnuwarddhana.
Tapi sayang, tak begitu detail menjelaskan apa isi dari prasasti itu. Tapi yang jelas, dalam prasasti itu disebutkan bahwa nama abhisekanya ri Jayawisnuwarddhana Sang Mapaji Smining Rt, dan disebutkan pula kakeknya yang telah menenteramkan dan mempersatukan dunia (swapitmah stawan bhinarantalokaplaka).
Sebuah prasasti lain dari masa pemerintahan Wisnuwarddhana ialah prasasti tembaga dari desa Pakis Wetan (Kedu) yang berangka tahun 1267.40 Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Krtangara, makamangalya perintah Paduka Bhaara Jaya Sri Wisnuwarddhana. Sayang sekali prasasti ini pun hanya ditemukan lempeng permulaannya saja sehingga tidak diketahui apa isinya.
Konon dalam prasasti tersebut dijelaskan, bahwa Kertanagara sudah sudah sebagai raja di Singasari, sebagaimana juga tercantum dalam Kakawin Negarakretagama, yang mengatakan bahwa Wisnuwarddhana telah menobatkan anaknya menjadi raja dalam tahun 1254 M. Apa latar belakang tindakan itu tidak jelas. Beberapa dugaan telah dilancarkan oleh beberapa sarjana, tetapi agaknya tindakan itu tidak lain dari pengukuhan seorang anak menjadi yuwarja atau kumrarja.