Kisah Jenderal Dulunya Penulis Pidato KSAD Jadi Atasan Panglima TNI

Kisah Jenderal Dulunya Penulis Pidato KSAD Jadi Atasan Panglima TNI

Nasional | BuddyKu | Rabu, 23 Agustus 2023 - 08:09
share

JAKARTA - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lulusan terbaik Akademi Militer 1973 karier militernya mentok sebagai kepala staf teritorial ABRI dengan pangkat letnan jenderal pada 1998-1999. Ia memang sempat gagal menjadi Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD ).

Nasib berkata lain, SBY juga menjadi atasan Panglima TNI. Bahkan, Kapolri sekalipun. Ia menjadi Presiden Republik Indonesia pada periode 2004-2009 dan 2009-2014.

Melansir sindonews, mpian SBY menjadi KSAD pernah musnah karena Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur kala itu (1999) lebih memilih Jenderal TNI Tyasno Sudarto untuk menjadi orang nomor satu di matra Angkatan Darat.

Panglima TNI memang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Presiden. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rekam Jejak SBY

SBY banyak dikenal sebagai \'jenderal di balik meja\'. Predikat sebagai perwira intelektual membawanya pada banyak jabatan sebagai sosok pemikir strategis di TNI.

Semasa masih perwira menengah, perain lencana Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama itu juga diandalkan KSAD dan wakil KSAD sebagai pembuat naskah pidato.

Mendiang Ani Yudhoyono, istri SBY mengisahkan paruh pertama dekade 90-an merupakan jalan mulus bagi karier suaminya. SBY menjadi perwira koordinator staf ahli Dinas Penerangan TNI AD.

Tugas itu membuat mereka hijrah ke Jakarta. Ani dan SBY tinggal di rumah mungil dalam kompleks perumahan di Bekasi yang telah mereka beri secara mengangsur sejak 1980-an.

"Salah satu tugas suamiku adalah membuat naskah pidato untuk Kepala Staf TNi AD Jenderal TNI Edi Sudrajat dan Wakil KSAD Letjen Wismoyo Arismunandar," kata Ani dalam buku biografinya \'Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit\' (hal 334).

Ani menuturkan, jabatan tersebut membuat SBY berhubungan dekat dengan Jenderal Edi Sudrajat maupun Letjen Wismoyo. Selang beberapa bulan kemudian, prajurit asal Pacitan itu mendapat promosi sebagai koordinator staf ahli KSAD.

"Tugas ini makin memperat kedekatan Pak SBY dengan Pak Edi Sudrajat," cerita Putri mantan komandan RPKAD Sarwo Edhi Wibowo.

Pengabdian militer SBY banyak di Baret Hijau Kostrad. Periode 19741976, anak tentara ini dipercaya sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad.

Pada 1976, dia mendapat kesempatan belajar di Airborne School dan US Army Rangers, American Language Course (Lackland-Texas), Airbone and Ranger Course (Fort Benning) Amerika Serikat. Balik ke Indonesia, berbagai jabatan diembannya. Sebagian besar masih di Pasukan Cakra alias Kostrad.

SBY mendapatkan jabatan mentereng sebagai pemegang tongkat komando kewilayahan diperolehnya pada 1996-1997 yakni sebagai Pangdam II/Sriwijya. Tapi setelah itu mantan Korspri Pangab (1993) ini kembali ke balik meja. Sus, panggilan masa kecil SBY, bertugas di Senayan sebagai Asospol Kassospol ABRI/ Wakil Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Umum MPR 1998).

Kemudian, dirinya menjabat Kassospol ABRI/ Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) dan akhirnya Kepala Staf Teritorial ABRI (19981999). Pada masa menjabat Kaster TNI inilah nama SBY diusulkan menjadi KSAD oleh Panglima TNI Jenderal TNI Wiranto.

SBY dianggap Panglima memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu baik dari sisi kematangan, pengalaman jabatan, maupun lamanya pangkat Letjen yang disandang.

Namun Gus Dur tidak menerima usulan itu. Belakangan sejarah menulis Tyasno Sudarto yang dipilih mantan ketua umum PBNU tersebut untuk menjabat KSAD.

"Saya tidak tahu mengapa saat itu Presiden menolak mentah-mentah saran saya dengan alasan bahwa Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terlalu kental dengan urusan-urusan politik," ujar Wiranto dalam buku \'Bersaksi di Tengah Badai\' dikutip.

Karier militer SBY mentok lebih awal karena Gus Dur menyodori jabatan menteri pertambangan dan energi (mentambem). Itu lah akhir pengabdiannya sebagai anggota TNI karena praktis setelahnya mantan dosen seskoad itu menjadi orang sipil.

Dari mentambem, SBY selanjutnya diplot sebagai menteri koordinator politik sosial keamanan. Jabatan itu terus melekat padanya meski rezim berganti. Presiden Megawati Soekarnoputri kembali mempercayai sebagai menteri koordinator politik dan keamanan.

Saat MPR mengamendemen konstitusi yang membuka ruang pemilihan langsung presiden-wakil presiden, momen ini menjadi loncatan sejarah bagi SBY. Masih sebagai menteri, dia mulai memikirkan untuk terjun ke politik praktis.

Pada 2001, SBY mulai merancang pendirian partai politik. "(Pada) 12 Agustus 2001 sebuah pertemuan berlangsung di Hotel Hilton (kini Hotel Sultan) yang dipimpin langsung SBY. Dalam pertemuan itu mencuat keinginan untuk mendirikan partai politik," tulis Akbar Faizal dan Dwitri Waluyo dalam buku \'Partai Demokrat & SBY: Mencari Jawab Sebuah Masa Depan\' (hal 43).

Partai Demokrat akhirnya berdiri dengan SBY sebagai ketua umum. Saat pemilihan presiden 2004, lembaran sejarah kembali dituliskan mantan Kasdam Jaya itu. SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla menjadi pemenang.

Topik Menarik