Hubungan Tak Akur, TB Simatupang Sempat Gebrak Meja di Depan Bung Karno

Hubungan Tak Akur, TB Simatupang Sempat Gebrak Meja di Depan Bung Karno

Nasional | BuddyKu | Kamis, 13 Juli 2023 - 06:08
share

JAKARTA Tahi Bonar Simatupang atau yang lebih dikenal dengan nama TB Simatupang adalah seorang tokoh yang pernah memimpin Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) setelah meninggalnya Jenderal Soedirman. TB Simatupang juga dikenal sebagai salah satu perwira TNI yang berseteru dengan Presiden Soekarno.

Memulai karier militernya di dengan Koninklijke Militaire Academie (KMA) Bandung pada 1940, TB Simatupang baru bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Selama masa perang kemerdekaan, TB Simatupang ikut bergerilya dengan mengisi posisi Kepala Organisasi Staf Umum Markas Besar Tentara oleh Kepala Staf TNI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Dia menjadi satu-satunya perwira yang terlibat perundingan dengan Belanda sejak tahun 1946 sampai akhir 1949.

Hal lain yang dikenal dari TB Simatupang adalah perseteruannya dengan Presiden Soekarno.

Ketidakakuran kedua tokoh ini bermula dari keputusan Soekarno untuk tetap bertahan di Yogyakarta ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948. Padahal, sebelumnya Soekarno sempat mengatakan akan ikut bergerilya.

Simatupang telah menyiapkan satu batalyon untuk mengawal Soekarno selama bergerilya. Namun yang terjadi, Soekarno justru lebih memilih ditangkap Belanda.

Dia juga menyarankan Soekarno untuk tidak mengenakan seragam militer dalam berbagai kegiatan agar memberikan teladan dengan tetap mengenakan pakaian sipil. Namun, saran itu juga tak diindahkan oleh Soekarno yang kerap mengenakan seragam militer dalam berbagai acara negara.

Perseteruan dua tokoh penting Indonesia ini semakin terlihat ketika penentuan visi angkatan perang.

Pada 1952, Soekarno memberikan dukungannya pada Kolonel Bambang Soepeno untuk menggantikan Nasution dari kedudukan Kepala Staf Angkatan Darat. Namun, dukungan itu rupanya diberikan tanpa sepengetahuan Simatupang selaku KSAP (Kepala Staf Angkatan Perang).

Hal ini memicu kemarahan TB Simatupang, yang sempat menggebrak meja dalam sebuah pertemuan dengan Soekarno. Dia mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan Soekarno yang ikut campur dalam urusan internal ABRI.

Sikap Simatupang ini membuat Soekarno marah besar.

Buntut dari konflik TB Simatupang dan Soekarno ini terjadi pada 17 Oktober 1952 dimana Angkatan Darat mendesak Soekarno membubarkan DPRS, salah satunya dengan mengarahkan moncong meriam ke Istana.

Simatupang akhirnya dicopot dari jabatannya sebagai KSAP. Dia dibiarkan bekerja tanpa jabatan dan hanya berkedudukan sebagai penasihat Menteri Pertahanan hingga dipensiunkan dini.

Meski sempat berkonflik dengan Soekarno, pada 2013 TB Simatupang menerima gelar pahlawan nasional dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Topik Menarik