Ditawari Fasilitas Riset Nikuba, Aryanto Misel Menolak dan Sindir Fasilitas Riset BRIN Kalah Canggih Dibanding di Italia
FAJAR.CO.ID Penemu Nikuba Hidrogen Aryanto Misel menolak bantuan dana dan fasilitas riset hasil temuannya yang diberi nama Nikuba. Dia malah menyindir fasilitas riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang kalah canggih dibanding fasilitas di Italia.
Pria asal Lemah Abang, Cirebon, Jawa Barat, itu menolak bantuan BRIN yang ingin mendukung pengembangan Nikuba di fasilitas riset di Cibinong, Jawa Barat.
Sebenarnya, Aryanto Misel telah membawa proyek Nikuba yang mengkonversi air menjadi bahan bakar Hidrogen ke Italia, beberapa waktu lalu. Dia bahkan mempresentasikan proyek Nikuba temuannya di hadapan para petinggi Ferrari dan Lamborghini.
Hanya saja, perjalanannya ke Italia selama 17 hari tak sesuai ekspektasi. Meski sudah melakukan presentasi di hadapan petinggi Ferrari dan Lamborghini selama 4 hari, tak ada pembicaraan terkait harga untuk membeli temuan hasil penelitian Nikuba.
Pria berkacamata itu mengaku tak masalah jika teknologi Nikuba yang sudah dikembangkannya sejak lima tahun lalu itu dibeli oleh negara asing.
Katanya, yang penting ia bisa menghasilkan uang dari hasil riset Nikuba yang rencananya akan dibeli perusahaan penyedia sumber energi untuk Ferrari dan Lamborghini itu.
Ia bahkan menolak bantuan dana dari berbagai pihak, termasuk dari BRIN ataupun pemerintah.
Saya enggak sayang, yang penting kalau saya dapat duit bisa melanjutkan riset kembali, saya nggak mau didanai dari pihak manapun, ungkapnya.
Ia mengaku sudah mengembangkan Nikuba selama lima tahun dengan uangnya sendiri.
Aryanto dengan tegas menolak bantuan BRIN dan pemerintah untuk mendukung riset Nikuba miliknya.
Saya nggak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, kelakar Aryanto.
Fasilitas Riset BRIN Kalah Canggih
Aryanto Misel mengklaim perangkat Nikuba dapat mengubah air menjadi bahan bakar hidrogen itu akan dipakai di Italia.
Ia heran dengan BRIN yang ingin melibatkan diri. Padahal ia mengaku tak punya urusan apapun dengan lembaga pemerintah itu.
Sebetulnya saya udah enek karena saya enggak ada urusan sama BRIN, imbuh Aryanto yang mengaku kecewa adanya kehadiran BRIN di Italia saat dirinya melakukan presentasi hasil temuannya.
Kata Aryanto Misel, jika memang Nikuba miliknya perlu diriset kembali agar dipercaya, ia tak mau menggunakan fasilitas riset milik BRIN.
Kalau nantinya memang mau diteliti, ini kandungannya apa dan ininya apa, dari apapun, di sana (Italia) kan lebih canggih dibandingkan BRIN mah, tutur Aryanto Misel.
Kan barang ini akan dipakai di Italia, kenapa musti melibatkan BRIN, ucapnya menambahkan.
Aryanto Misel mengaku sudah telanjur kecewa dan muak dengan BRIN.
Tahun lalu Nikuba miliknya diremehkan dan tak diakui oleh BRIN, bahkan sampai saat ini.
Tapi setelah ada perusahaan otomotif Italia melirik, tiba-tiba BRIN minta ingin dilibatkan dalam proyek Nikuba.
Nah, hari-hari kita ngobrol pada akhirnya apa? BRIN ini mau dilibatkan di dalam Nikuba. Itu mulai enek saya disitu jujur saja, pungkasnya.
BRIN Akui Teknologi Nikuba
Sebelumnya Kepala BRIN Laksana Tri Handoko telah mengakui teknologi yang diklaim mampu mengonversi air menjadi bahan bakar hidrogen itu.
Namun, saat konferensi pers di Cibinong, Jawa Barat, pihak BRIN tak memberi tahu jika ada perwakilannya yang ikut ke Italia.
Saat itu, BRIN hanya mendukung dan siap memfasilitasi Aryanto Misel untuk meriset dan menyempurnakan Nikuba.
BRIN punya semua fasilitas yang kami sediakan untuk seluruh fasilitas periset di Tanah Air, baik itu di kampus termasuk juga personal seperti yang membuat Nikuba (Aryanto Misel), ujar Laksana di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu, 5 Juli 2023.
BRIN mengklaim telah mengajak pria lulusan Universitas Indonesia itu untuk membuktikan kecanggihan Nikuba yang sudah dia kembangkan.
Pasalnya, sejak viral tahun 2022, BRIN menilai bahwa Nikuba perlu riset lebih lanjut agar benar-benar terbukti secara ilmiah.
Itu salah satu yang sedang kami ajak supaya bisa dibuktikan secara saintifik, itu dulu nomor satu, ungkap Laksana.
Laksana menjelaskan, peranti bernama asli Niku Bayu alias Ini Air itu perlu dikembangkan dengan hati-hati.
Jika sudah terbukti berhasil dapat menggantikan bahan bakar minyak (BBM), Nikuba tak menutup kemungkinan akan diakui komunitas sains.
Kalau di Sains, kita perlu berhati-hati, jadi kita akan melihat bersama-sama, kita kembangkan sampai terbukti secara saintifik bisa diterima oleh komunitas ilmiah, terangnya. (fajar/disway/radarcirebon)










