Pidato Singkat Tentang Idul Fitri: Bersedih di Hari Raya

Pidato Singkat Tentang Idul Fitri: Bersedih di Hari Raya

Nasional | BuddyKu | Selasa, 11 April 2023 - 15:02
share

JAKARTA, iNews.id - Teks pidato singkat tentang Idul Fitri bisa menjadi referensi naskah ceramah di akhir bulan Ramadhan atau saat sholat ied di hari raya. Sebagaimana diketahui, Ramadhan 2023 kali ini sudah berjalan setengah bulan lebih.

Idul Fitri 2023 akan jatuh antara tanggal 22-23 Maret. Menjelang hari raya Idul Fitri, umat muslim dapat mengisi kajian-kajian dengan tema lebaran.

Hari raya Idul Fitri tidak hanya momentum kemenangan setelah menahan diri selama bulan puasa. Lebih dari itu, Idul Fitri adalah suatu hari yang harus dibanggakan, lantaran pada hari tersebut Allah telah menjanjikan ampunan.

Pada hari ini, umat muslim di seluruh dunia berbahagia dan bersukacita. Kebahagiaan dan kegembiraan tersebut tidak lain karena Allah SWT akan menganugerahkan pahala dan ampunan bagi mereka yang berhasil menyempurnakan ibadahnya.

Allah berfirman, Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Yunus: 58).

Hari raya Idul Fitri juga merupakan hari yang baik. Ini karena hari raya Idul Fitri hendaknya diisi dengan dzikir, rasa syukur, serta ampunan. Sebab, itulah ciri-ciri yang membedakan antara hari raya pada masa jahiliyah dengan hari raya pada masa Islam.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika beliau sampai di Madinah, Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ab Dawud dan An-Nasai).

Berikut adalah contoh pidato singkat mengenai Idul Fitri yang naskahnya ditulis oleh Ustadz Aris Munandar.

Pidato Singkat Idul Fitri: Bersedih di Hari Raya Idul Fitri

Kaum Muslimin dan Muslimah Rahimani wa Rahimakumullah,

Tentu satu hal yang telah kita ketahui bersama mengenai Hari Raya adalah hari di mana semua umat Muslim bergembira. Dan kaum Muslimin mempunyai dua hari raya dalam satu tahunnya yakni Idul Fitri dan Idul Adha.

Maka di hari tersebut selayaknya kaum Muslimin memang harus bergembira. Akan tetapi, ternyata kita jumpai di antara para ulama terdahulu ada yang malah bersedih di hari kemenangan tersebut.

Apakah yang menyebabkan mereka bersedih di hari yang selayaknya dan umumnya kaum Muslimin bersukacita? Bahkan kita jumpai di sekeliling kita orang-orang yang tidak puasa dan tidak mengisi Ramadhan dengan amal shalih pun ikut gembira pada hari raya Idul Fitri. Mari kita simak apa yang menyebabkan beliau bersedih di hari raya Idul Fitri.

: : .

Ada salah satu ulama Salaf, nampak pada dirinya kalau beliau bersedih dan itu pada hari Idul Fitri (nampak raut mukanya sedih, susah, padahal orang-orang gembira dan tertawa). Maka ada seorang yang menegurnya dan menyapanya, Hari ini adalah hari Idul Fitri, di hari Idul Fitri ini kita bergembira dan bersukacita, kenapa Anda bersedih? Dia menjawab, Benar, hari raya Idul Fitri adalah hari gembira, hari bersukacita, demikianlah pada dasarnya. Akan tetapi aku adalah seorang hamba yang Tuhanku memerintahkan kepadaku supaya aku beramal untukNya. Namun saat ini aku tidak tahu apakah amal yang kulakukan di bulan Ramadhan itu adalah amal yang diterima olehNya ataukah tidak?

Kaum Muslimin dan Muslimah Rahimani wa Rahimakumullah,

Itu ternyata alasan yang melandasi salah satu ulama di masa silam yang malah bersedih di hari Idul Fitri. Ketika ditanyakan kepada beliau, apa yang menyebabkan beliau bersedih?

Beliau sampaikan bahwasanya beliau adalah seorang hamba yang punya tuan. Dan tuannya memerintahkan untuk melakukan berbagai macam amal di bulan Ramadhan. Memerintahkannya untuk berpuasa dan amal yang lainnya. Setelah tugas tersebut dilaksanakan, beliau tidak tahu secara pasti apakah amalannya diterima atau tidak. Karena belum ada kepastian itulah yang menyebabkan beliau tidak bisa menikmati dan tidak bisa mengisi hari tersebut dengan sukacita dan gembira.

Ulama itu sedih karena tidak tahu bagaimanakah amal yang telah dikerjakan selama Ramadhan kemarin. Apakah menjadi amal yang diterima ataupun tidak?

Maka nasihat atau perkataan satu ulama Salaf tersebut merupakan satu hal yang patut untuk kita renungkan. Kita dituntunkan untuk bergembira pada hari raya Idul Fitri, jangan bersedih.

Namun, di satu sisi selayaknya satu hal yang juga kita perhatikan, kita jalan terlalu larut dengan gembira. Ada satu hal yang lebih penting, yakni apakah amal kita selama Ramadhan itu ada nilainya untuk kita persembahkan kepada Allah Subhanahu wa Taala? Apakah itu akan memperberat amal kebajikan kita di sisi Allah Subhanahu wa Taala? Apakah akan menambah tabungan amal kita untuk menghadap-Nya ataukah tidak?

Itu satu hal yang patut direnungkan agar kita tidak terlalu euforia dengan datangnya Idul Fitri. Kita tidak terlalu gembira berlebih-lebihan ketika datangnya hari raya dan lupa dengan tugas pokok seorang hamba.

Maka demikianlah yang bisa kami sampaikan, mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan untuk kita bersama. Wallahualam bissawab

Topik Menarik