Saat Sarwo Edhie Wibowo Pukul Sopir Panser di Depan Mahasiswa

Saat Sarwo Edhie Wibowo Pukul Sopir Panser di Depan Mahasiswa

Nasional | BuddyKu | Kamis, 23 Maret 2023 - 05:17
share

JAKARTA - Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD). Pada 1968 sampai 1970, Jenderal Sarwo Edhie ditugaskan sebagai Panglima Kodam XVII Cenderawasih, Irian Barat, yang saat ini disebut Papua.

Pada saat mengemban tugas tersebut, Jenderal Sarwo disibukkan dengan persiapan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera). Sesuai dengan Perjanjian New York pada 15 Agustus 1962, referendum untuk menentukan bergabung atau tidaknya Irian Barat dengan Indonesia harus digelar paling lambat pada 1969.

Dalam masa tugasnya sebagai Panglima Kodam XVII yang berkaitan dengan Pepera, terdapat cerita menarik yang menunjukan sang Jenderal merupakan orang yang baik dan juga tegas.

Dikutip dari sebuah buku berjudul Sarwo Edhie dan Misteri 1965, disebutkan bahwa Jenderal Sarwo Edhie pernah memukul sopir panser di depan para massa yang didominasi oleh mahasiswa. Hal tersebut terjadi pada tahun 1969, ketika demonstrasi terkait tuntutan mekanisme (Pepera) satu orang satu suara.

Kronologinya, pada Mei 1969, dua bulan menjelang Pepera tersebut terjadi demonstrasi besar-besaran mahasiswa Universitas Cenderawasih. Pada demonstrasi tersebut arak- arakan yang menuju kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) diadang panser AD serta terdapat juga suara tembakan dari panser yang membubarkan para mahasiswa.

Imbas dari hal tersebut, Jenderal Sarwo Edhie muncul dalam kerumunan demonstrasi. Sang Jenderal mendekati panser dan kemudian memerintahkan pengemudinya turun. "Sarwo memukulnya di depan demonstran," kata Pendeta Phil Erari (salah satu mahasiswa pada saat itu) yang dikutip dalam buku berjudul Sarwo Edhie dan Misteri 1965.

Atas aksinya tersebut, ia berhasil membuat para mahasiswa kepincut. Jenderal Sarwo Edhie dinilai tegas dan juga baik bagi masyarakat Papua. Penilaian tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Ikrar Nusa Bhakti, yaitu mantan Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Diketahui lewat penelitian Ikrar, yang dituliskan dalam buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965, Henk Yoku, paman Presidium Dewan Papua Frans Albert Yoku, menyebut Sarwo Edhie sebagai, "Orang baik, penghubung Irian Barat dan Jakarta.

Pernyataan tersebut diucapkan karena berdasar pada seringnya Jenderal Sarwo Edhie merangkul masyarakat Papua dan bertemu tokoh Papua guna berdialog membicarakan Pepera dan mempersuasif masyarakat Papua pada saat itu untuk memilih bergabung dengan Indonesia.

Akhirnya, ketika masa jabatanya sebagai Panglima Kodam XVII Cendrawasih berakhir pada 1970, Jenderal Sarwo Edhie berhasil meninggalkan prestasi dan kesan baik untuk masyarakat Papua. Jenderal Sarwo Edhie sukses menyelesaikan misi yaitu meyakinkan rakyat Papua memilih bergabung dengan Indonesia dalam Pepera yang digelar pada Juli - Agustus 1969.

Topik Menarik