Belajar Tajwid; Hukum Bacaan Mad Jaiz Munfashil

Belajar Tajwid; Hukum Bacaan Mad Jaiz Munfashil

Nasional | BuddyKu | Kamis, 9 Maret 2023 - 18:16
share

AKURAT.CO Seringkali kita mendengar bacaan murrotal Al-Quran yang begitu indah dan mengesankan hati serta pendengaran. Keindahan tersebut salah satunya muncul karena ilmu tajwid yang dipraktikkan dalam membaca Kitab Suci.

Tajwid merupakan ilmu yang mengajarkan bagaimana cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Secara bahasa, tajwid berarti mengindahkan, memperindah dan secara istilah tajwid berarti mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi pada mustahaknya.

Ilmu Tajwid

Dalam ilmu tajwid terdapat banyak hukum yang diajarkan dalam membaca tiap huruf pada ayat Al-Quran. Salah satunya ialah hukum bacaan mad. Mad sendiri adalah panjang atau pendeknya bacaan huruf. Secara bahasa, mad berasal dari Bahasa Arab al-mad yang berarti memanjangkan suara dengan suatu huruf di antara huruf-huruf mad atau lain (layyin) ketika bertemu dengan hamzah atau sukun.

Pada umumnya mad itu terbagi menjadi dua yakni mad thabii (mad asli) dan mad fari (mad cabangnya) seperti mad wajib muttashil, mad jaiz munfashil, mad badal, mad lin, mad shilah thawilah, mad aridh lissukun dan lainnya masih banyak lagi yang termasuk dalam mad far\'i. Namun dalam pembahasan kali ini, kita akan belajar bagaimana hukum bacaan dari mad jaiz munfashil.

Mad Jaiz Munfashil

Mad jaiz munfashil merupakan salah satu bagian dari mad fari. Secara bahasa mad sendiri berarti Panjang, jaiz itu boleh, dan munfashil berarti terpisah. Berbeda dengan mad wajib muttashil, jika mad wajib muttashil itu mad thabiI bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat. Maka mad jaiz munfashil itu bilamana dalam bacaan tersebut terdapat salah satu huruf mad thabi\'I yang bertemu dengan huruf hamzah di dalam dua kalimat. Maka bacaan tersebut masuk dalam hukum mad jaiz munfashil, biasanya juga sama seperti mad wajib muttashil yaitu terlihat dengan adanya simbol seperti alis. Dan cara membacanya boleh dibaca secara panjang enam harakat melebihi mad wajib muttashil, atau bisa juga dibaca seperti mad thabi\'I dengan panjang dua harakat saja.

Berikut merupakan contoh bacaan mad jaiz munfashil di dalam penggalan ayat Al-Quran:

Penggalan surat Al-Baqarah ayat 25:

"Wa bassyiril ladziina aamanuu waamilus sholiqaati anna lahum jannaatin tajrii min taqtihal anhaar, kullamaa ruziqu minhaa min tsamaratir rizqaan qaaluu haadzal ladzii ruziqnaa min qobli wa utuu bihii mutasyabihaa, walahum fiihaaa azwaajum muthahharatu walahum fiihaa khaaliduun."

Artinya: "Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberi rezeki buah-buahan darinya, mereka berkata, "Inilah rezeki yang diberikan kepada kami sebelumnya." Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang disucikan. Mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah: 25)

Dalam penggalan ayat di atas dapat diketahui terdapat bacaan mad jaiz munfashil dalam kalimat , yakni di mana terdapat huruf mad thabi\'I (alif didahului harakat fathah) yang bertemu dengan huruf hamzah dalam dua kalimat. Maka bacaan haa boleh dibaca sepanjang enam harakat atau dua harakat.

Penggalan surat Al-Baqarah ayat 19:

"Aw kashoyyibim minas samaaai fiihi dhulumaatuw waraduw wabaraq, yajaluuna ashoobiahum fiii aadzaanihim minash showaaiqi hadzaral mauut, wallahu muhiitum bilkafiriin."

Artinya: "Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai berbagai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 19)

Dalam penggalan ayat di atas dapat diketahui terdapat bacaan mad jaiz munfashil dalam kalimat , yakni di mana terdapat huruf mad thabi\'I (ya\' sukun didahului harakat kasrah) bertemu dengan huruf hamzah dalam dua kalimat. Maka bacaan fii boleh dibaca sepanjang enam harakat atau dua harakat.

Penggalan surat Al-Baqarah ayat 13:

"Waidzaa qiila lahum aaminuu kamaaa aamanan naasu qaaluu anu minu kamaaa aamanas sufahaaa, alaa innahum humus sufahaaau walaakilla ya\'lamuun."

Artinya: "Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman," mereka menjawab, "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang picik akalnya itu beriman?" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang picik akalnya tetapi mereka tidak tahu." (QS. Al-Baqarah: 13)

Dalam penggalan ayat di atas dapat diketahui terdapat bacaan mad jaiz munfashil dalam kalimat , yakni di mana terdapat huruf mad thabi\'I (wawu mati didahului harakat dhammah) bertemu dengan huruf hamzah dalam dua kalimat. Maka bacaan "luu" boleh dibaca sepanjang enam harakat atau dua harakat.

Topik Menarik