Memanasnya Koalisi Jokowi di Tengah Heboh Isu Reshuffle Rabu Pon (2)

Memanasnya Koalisi Jokowi di Tengah Heboh Isu Reshuffle Rabu Pon (2)

Nasional | law-justice.co | Senin, 30 Januari 2023 - 10:51
share

Disisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar semua pihak menunggu terkait kejutan yang mungkin terjadi pada Rabu Pon 1 Februari 2023 mendatang.

Lantas, seberapa besar peluang kejutan Rabu Pon itu berkaitan dengan reshuffle kabinet?

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mencoba membeberkan peluang terjadinya reshuffle kabinet pada Rabu 1 Februari 2023 mendatang. Dia menyampaikan peluang itu masih fifty-fifty.

"Saya termasuk yang meyakini Rabu Pon akan ada kejutan spektakuler. Pertama soal reshuffle kabinet yang belakangan menghangat buntut NasDem usung Anies maju Pilpres 2024. Selain Jokowi, PDIP menunjukkan sikap tak happy dengan manuver NasDem. Bahkan secara terbuka PDIP meminta menteri NasDem mundur, dievalusi, dan bahkan diresuffle. Kemungkinan reshuffle 50:50," kata Adi Prayitno saat dihubungi, Minggu (29/1/2023).

Adi membeberkan alasan peluang reshuffle kabinet itu masih berada di angka 50%. Dia menilai Jokowi masih dilematis antara mendengarkan PDIP atau melihat loyalitas NasDem.

"Jokowi sepertinya dilematis antara mendengar keinginan PDIP dan melihat loyalitas NasDem. Rumit dan gelap gulita memang. Apapun judulnya, Jokowi dan (Ketum NasDem) Surya Paloh berteman lama cukup baik," ucapnya.

Namun demikian, Adi mengatakan memang ada tradisi yang dilakukan Jokowi selama ini sebelum mengumumkan reshuffle kabinet. Dia menyebut Jokowi akan bertemu dengan elite partai yang bersangkutan.

"Konon, Jokowi punya tradisi. Ada tidaknya reshuffle pasti dikomunikasikan dengan elite partai yang bersangkutan. Misalnya dipanggil ke Istana dan seterusnya. Jadi, sekalipun Jokowi sudah bertemu Surya Paloh, kemungkinan dua hal. Menginformasikan reshuffle atau tidak reshuffle," ujar dia.

"Jika tak ada reshuffle, keduanya (Jokowi dan Surya Paloh) pasti kangen-kangenan saja. Bicara romantisme dan lain sebagianya. Dan pertengkran PDIP dan NasDem selama ini tak berarti karena tak berujung reshuffle," lanjutnya.

Terlepas dari itu, Adi melihat Rabu 1 Februari tetap mengejutkan seandainya tidak terjadi reshuffle kabinet. Dia menilai itu pertanda bahwa Jokowi dan Surya Paloh sudah `rujuk`.

"Kejutan yang tak ada kejutan apapun. Tak ada reshuffle, tak ada pula rombak kabinet. Yang ada hanyalah perang oponi antar elite yang tak berkesudahan. Pertemuan Jokowi dengan Surya Paloh berarti melahirkan `rujuk politik`, bukan konfrontasi, seperti yang dipersepsikan publik selama ini. Itu artinya, penonton pasti kecewa yang berharap Jokowi lakukan reshuffle," tutur dia.

Rabu Jadi Hari Perceraian Jokowi dengan Nasdem?

Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam mengatakan, saat ini Surya Paloh sedang berhitung.

Akan terus melawan dengan konsekuensi pecah kongsi dengan Jokowi, sehingga menteri asal Nasdem ikut digeser, atau bertahan sebagai koalisi pemerintah.

"Tentu kalau melihat kebiasaan Jokowi melakukan reshuffle pada hari Rabu, maka Rabu esok (akan menentukan) apakah Nasdem dan Jokowi resmi cerai atau tidak," ujar Saiful.

Akademisi Universitas Sahid Jakarta ini melihat mulai ada gemuruh reshuffle, baik di antara partai pendukung pemerintah maupun dari partai politik (parpol) luar pemerintah.

Hal itu semakin menunjukkan sinyal reshuffle semakin kuat. Apalagi, beberapa waktu lalu, Surya Paloh sudah bertemu dengan Jokowi.

"Kemudian ada desakan-desakan dari partai pendukung pemerintah untuk mendepak Nasdem dari koalisi pemerintahan. Dengan adanya tanda-tanda itulah bisa jadi Rabu esok menjadi akhir (koalisi) antara Nasdem dengan Jokowi," kata Saiful.

Dengan perceraian itu, lanjut Saiful, semakin memperjelas peta pertarungan partai politik pada 2024.

"Saya lihat akan ada penentuan akhir koalisi Nasdem dengan pemerintahan Jokowi, bisa jadi Rabu nanti Nasdem dan Jokowi resmi bercerai dari koalisi," pungkas Saiful.

Topik Menarik