Kaleidoskop 2022: Menilik Tragedi Itaewon dan Kanjuruhan, Banyaknya Korban Jiwa Berhubungan dengan Hipoksia?

Kaleidoskop 2022: Menilik Tragedi Itaewon dan Kanjuruhan, Banyaknya Korban Jiwa Berhubungan dengan Hipoksia?

Nasional | BuddyKu | Jum'at, 30 Desember 2022 - 10:16
share

TAHUN 2022 mengajarkan masyarakat betapa berbahayanya kerumunan yang tak terkontrol, lewat tragedi Itaewon di Korea Selatan dan di dalam negeri, dengan terjadinya insiden Kanjuruhan.

Ratusan orang yang meninggal akibat tragedi Itaewon dan Kanjuruhan menjadi peringatan bagi banyak orang. Insiden yang disebut crowd crush ini, diawali dengan situasi begitu banyak orang yang berdesakan dan terus saling dorong satu sama lain di ruangan terbatas dan membuat kerumunan.

Pertama untuk tragedi di Itaewon, kala itu ribuan anak muda berkumpul di Itaewon di pusat ibu kota Korea Selatan, Seoul dalam momen perayaan Halloween. Itaewon, secara lokasi adalah tempat dengan banyak jalan sempit dan gang yang dipenuhi bar dan restoran. Awalnya suka cita, berujung menjadi salah satu bencana terburuk yang terjadi dalam semalam selama bertahun-tahun, menyebabkan kematian dari 154 orang.

Sementara banyaknya korban yang tumbang di Kanjuruhan, saat pertemuan Persebaya Surabaya dengan tim tim rumah, Arema FC pada 1 Oktober lalu. Laga ini menghasilkan kemenangan untuk tim tamu dan usai pertandingan, banyak orang yang memaksa masuk ke arena pertandingan sehingga aparat harus menembakkan gas air mata.

Alhasil para supporter yang berdesak-desakan saat ingin ke luar area stadion karena panik, bingung dan takut melihat tembakan gas air mata, lalu akhirnya ramai berlarian menuju pintu keluar masuk stadion dan akhirnya berdesak-desakan agar bisa keluar dari stadion.

Data pihak kepolisian per Sabtu 8 Oktober 2022 per pukul 09.00 WIB yang diungkap Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo, mengungkapkan jumlah korban tercatat sebanyak 705 orang. Sebanyak 131 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

"Jumlah korban meninggal dunia 131 dan jumlah korban luka 574," kata Dedi kepada wartawan, Jakarta kala itu.

Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Siloam Hospital Semanggi, dr. Vito A Damay, SpJP menerangkan kondisi medis yang terjadi saat adanya kerumunan yang berhimpit-himpitan tersebut. Menurutnya, kemungkinan banyak orang yang mengalami apa yang disebut dengan Hipoksia.

"Ketika peristiwa di luar negeri itu (Itaewon) berkumpul masuk ke dalam gang yang sempit, lantas banyak yang tidak terselamatkan karena terhimpit yang terjadi adalah hipoksia," ungkap dokter Vito dikutip dari kanal Youtube pribadinya, Jumat (30/12/2022).

Lebih lanjut, ia menjelaskan Hipoksia sendiri adalah kondisi ketika terjadinya kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh. Ketika banyak orang desak-desakan dan berhimpit-himpitan maka orang-orang yang berhimpit tersebut akhirnya kesulitan untuk bisa bernapas dengan baik dan normal.

"Ketika bernapas, dada kita harus kembang kempis, lalu melepaskan napas itu harus kembang kempis dengan lega. Nah ketika berdempet-dempetan pasti akan sulit untuk melakukannya," jelasnya.

Dalam kondisi berhimpitan saat banyak orang yang kesulitan bergerak ke segala arah, bagian dada pun akan terjepit sehingga tidak bisa bernapas dengan baik dan menyebabkan Hipoksia.

"Bayangkan kalau dalam keadaan seperti itu, depan kita ada orang, belakang ada orang, ada yang juga mungkin bergerak ke arah yang sama, maka tubuh akan terjepit, dada pun terjepit, jelas dr. Vito panjang lebar

Tak berhenti sampai situ, kondisi ini bisa berkembang ke organ jantung. Organ jantung, bekerja sebagai pompa yang seharusnya memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang isinya oksigen.

Tapi ketika mengalami kesulitan bernapas, saat kesulitan mendapat oksigen, maka jantung yang merupakan otot yang butuh oksigen imbasnya tidak bisa mendapatkan oksigen dengan baik. Akibatnya? Maka sel-sel jantung sendiri sel-selnya pun akan rusak.

Ini yang sering terjadi, sehingga nafas yang tidak lega membuat hipoksia atau kurang oksigen di dalam jantung pembuluh darah sel-sel tubuh kita," tuturnya.

Kondisi inilah yang mengakibatkan terjadinya gangguan irama jantung, yaitu jantung semakin lambat berdetak atau bahkan berhenti berdetak. Menurut dr. Vito, ada kekeliruan ketika orang berpikir bahwa yang fatal terjadi ketika adanya kerumunan yang berdesakan adalah karena terinjak-injak akhirnya mungkin tulang rusuknya patah.

Padahal, yang paling fatal justru terjadinya hipoksia, karena ada resiko henti jantung pada orang yang sedang berkerumun bahkan ketika orang-orang tersebut sehat, pungkas dr. Vito

Topik Menarik