Suasana Natal di Cilegon, Kota tanpa Gereja
Kota Cilegon yang berada di Provinsi Banten tidak memiliki satupun gereja. Bagaimana umat Kristiani setempat beribadah ketika Natal?
Sebuah gedung yang disebut `Rumah Doa Cilegon` di itangkil, Kota Cilegon, Banten dipenuhi orang-orang yang masuk ke dalamnya untuk melakukan ibadah, Minggu (25/12/2022). Pendeta Paul Kristiyono terlihat sibuk menyalami orang-orang yang masuk tersebut.
Terlihat sejumlah aparat polisi berjaga di sekitar Paul, di halaman dan di area sekitar gedung. Paul lantas masuk ke dalam gedung, ia melewati barisan orang duduk, dan langsung menuju panggung.
"Ibadah akan kita mulai, selamat Natal," kata Paul, dikutip dari CNNIndonesia.
Paul merupakan seorang Gembala Gereja Baptis. Ia dan puluhan jemaat lainnya akan melakukan ibadah yang bertepatan dengan perayaan Natal.
Usai ibadah rampung, Rumah Doa bertambah ramai. Tampak para ibu dan anak-anak warga sekitar masuk ke halaman Rumah Doa.
Sementara itu, di halaman Rumah Doa terlihat beraneka gerobak makanan, mulai dari bakso, siomay, hingga cendol.
"Makan dulu, bu," kata Paul kepada rombongan ibu-ibu berkerudung yang masuk ke halaman.
Rombongan jemaat dan warga sekitar berbaur. Mereka saling bercengkerama dan makan bersama.
Setelah makan, warga menukar kupon yang diberikan kepada mereka sebelumnya. Kupon itu ditukar dengan sembako berisi beras, minyak, gula hingga mi instan.
Mereka pun pulang membawa tentengan sembako. Sebelum pulang, tak sedikit dari mereka yang menyapa Paul.
"Makasih, Pak," ujar seorang ibu.
"Kalau masih ada kuponnya, saya boleh minta satu lagi, Pak?" sahut ibu lainnya.
Paul menjelaskan, kegiatan makan bersama hingga bakti sosial dengan warga sekitar tidak hanya dilakukan pada tahun ini.
"Dari warga juga antusias, menunjukkan kebersamaan, dan saling menerima. Itu yang kami mengucapkan terima kasih juga kepada warga lingkungan yang selalu ada untuk kami," cerita Paul.
Menurut Paul, penolakan terhadap kegiatan ibadah di Rumah Doa selama ini bukan datang dari warga sekitar. Alih-alih menolak, seorang warga sekitar mengaku tak keberatan jika gedung itu nantinya dijadikan gereja.
"Saya pribadi, kalau itu, kan, intinya masing-masing. Yang penting jangan saling mengganggu. Yang penting Islam, Kristen, kan, sama-sama ibadah," kata seorang warga di halaman Rumah Doa Cilegon.
Paul berharap, pemerintah segera bergerak untuk melegalkan gedung itu menjadi gereja. Menurut Paul, mereka telah memenuhi sejumlah syarat yang diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah.
Syarat itu adalah 90 daftar nama dan KTP dari jemaat pengguna rumah ibadah, serta 60 dukungan dari masyarakat setempat yang disahkan oleh lurah/kepala desa.
"Kami berharap legalitas, karena waktu bisa berlalu dengan cepat. Kami harap anak kami tidak merasakan nanti penolakan," pungkas Paul.
Ibadah Natal di Cilegon
Tiadanya gereja membuat umat Kristiani menjalankan Misa Nataldi gedung serbaguna, seperti yang dilakukan Umat Kristen Katolik Paroki St Mikael Kota Cilegon.
Dilansir dari iNews, merekamenjalankan ibadah Misa Natal di Gedung Serbaguna Eks Sekolah Mardiyuana Jalan Jend A Yani, Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon.
Misa Natal bertema `Berjalan Bersama Menuju Betlehem` itu diikuti sekitar 1.300 orang. Adapun penanggungjawabnya adalah Waka DPP Paroki St. Mikael Cilegon Andrianus Nabu.
Sementara itu, kegiatan ibadah jemaat Kristen Protestan yang tergabung Cilegon Baptis Family (CBF) berlangsung di rumah Pendeta Paul Kristiyono, Jalan Lembang Raya Kelurahan Citangkil, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon.
Diikuti sekitar 60 orang jemaat, pendeta Paul menyampaikan tema Renungan Firman Tuhan: Kelahiran Yesus Kristus ke Dunia.










