Wow! Pemuda Ini Keliling 23 Negara Hanya Modal `Nebeng`, Naik Kapal Kargo hingga Truk
APA yang terlintas di pikiran Anda, ketika seseorang melakukan perjalanan jauh antar negara tanpa menggunakan pesawat atau kapal laut?
Ya, Anda tidak salah baca karena memang itulah kenyataannya. Seorang remaja berusia 20 tahun memulai petualangannya dengan cara unik.
Pemuda bernama Ganesha Balakrishnan, asal Singapura nekat melakukan perjalanan panjangnya dengan backpacking melintasi 23 negara sebelum sampai Kanada, negara tujuannya tempat ia kuliah.
Melansir Vice , Ganesha menceritakan awal perjalanan panjangnya mengunjungi 23 negara yang dilakukan kebanyakan dengan bermodal nebeng.
Kunci utama yang dilakukan Ganesha selama melakukan perjalanan adalah dengan estafet (nebeng). Ia estafet (nebeng) dengan tujuan menghemat biaya. Pria asal Singapura ini, banyak mencari tebengan dari orang lain, entah itu truk ataupun kapal kargo.

Memegang uang harian sebesar 25 dolar Singapura (sekitar Rp264 ribu ), sehingga selama melakukan perjalanan Ganesha bergantung pada Couchsurfing atau penginapan gratis. Couchsurfing adalah layanan digital oleh komunitas traveler dunia untuk memberi pelayanan sukarela bagi para pelancong.
\'\'Couch-surfing sifatnya untung-untungan. Terkadang saya tidak menemukan tempat sama sekali. Kalau sudah begitu, saya akan mencari hotel murah, atau menyewa tenda jika biaya penginapan melebihi uang harian. Saya kadang-kadang tidur di stasiun kalau lagi malas pasang tenda, ujar Ganesha mengawali cerita.
Bahkan, saat di China ia nekat berkemah di Tembok Besar China karena tidak memiliki tempat menginap. Ganesha bukan tak mampu membeli tiket pesawat, bahkan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan ini jauh lebih besar dibanding harga tiket pesawat.
Bukan tanpa alasan dirinya melakukan perjalanan ini. Ia sengaja karena ingin melakukan sesuatu yang menantang diri.
Ketika masih kecil, Ganesha bermimpi menjelajahi dunia setelah menonton acara traveling di televisi. Ia sempat ke Eropa sebelum mendaftar wamil (wajib militer). Di sanalah, ia menumpang mobil orang untuk pertama kalinya.
Saya terpaksa menumpang karena kerampokan di Amsterdam, kota pertama yang saya kunjungi di Eropa. Saya mengantongi beberapa Euro saja waktu itu. Saya merasa itu sebuah petunjuk. Ternyata enak juga menumpang mobil orang. Saya jadi ketagihan," ungkap lelaki yang kini sudah 22 tahun.
Pengalaman tersebut secara tidak langsung mempersiapkan Ganesha sebelum memulai perjalanan sembilan bulannya dari negara kelahirannya Singapura ke Kanada, negara tujuannya.

Mendapatkan ide setelah beberapa minggu, ia pun memutuskan berangkat dan memulai perjalanan pada November 2018, sambil menggendong ransel yang berisi laptop, kamera DSLR, dan beberapa pakaiannya.
Bepergian dari satu tempat ke tempat lain hanya menggunakan kereta, bus, mobil, dan kapal, ia bercerita telah mengunjungi 23 negara hingga Agustus 2019.
Bertolak dari Singapura menuju Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam. Ganesha mengarungi Sungai Mekong dengan perahu sampai ke Tiongkok. Dari sana, ia jalan-jalan ke Korea Utara, lalu balik lagi ke Tiongkok untuk menjelajahi Asia Tengah.
Setelah itu Ganesha pergi ke Eropa. Sesampainya di Jerman, ia naik kapal kargo untuk melintasi Samudera Atlantik menuju Amerika Serikat. Ganesha kemudian bertemu orangtuanya di New York, dan berkendara ke Montreal. Ia sampai di Kanada tepat sebelum hari pertama kuliah.
Ganesha masih ingat betul betapa gerahnya menunggu berjam-jam di bawah panas terik sampai dapat tebengan. Menurutnya, sebagian besar pengalaman couchsurfing sangat menyenangkan. Ia bisa menemui dan berkenalan dengan orang baru.
Banyak yang masih saling kontakan dengannya sekarang. Ganesha juga menceritakan, ada kalanya tuan rumah bersikap menyebalkan.
Bahkan ada juga yang membahayakan. Seperti saat ia berada di Tajikistan, tuan rumah sepertinya cemburu Ganesha janjian bertemu orang lain.

Orang itu mengurungnya di kamar dan memutus jaringan hotspot selulernya. Namun, peristiwa itu tidak membuatnya takut untuk melanjutkan perjalanan. Ia memilih fokus pada segala hal yang dilihat sepanjang perjalanan, sekaligus mempelajari budaya dari orang-orang setiap negara yang disinggahinya.
Memori perjalanan panjang ini ia tumpahkan ke dalam sebuah buku yang diterbitkannya berjudul \'The Long Direction: A Flightless Journey from Singapore to Canada\' pada akhir tahun lalu. Ganesha juga membagikan foto-foto perjalanannya di akun media sosial pribadinya, baik Instagram maupun Facebook.









