Media Tak Boleh Lelah Bantu Damaikan Israel Palestina

Media Tak Boleh Lelah Bantu Damaikan Israel Palestina

Nasional | BuddyKu | Selasa, 29 November 2022 - 11:15
share

Media Tak Boleh Lelah Bantu Damaikan Israel-Palestina Catatan: Muhammad Rusmadi Kepala Redaktur Eksekutif Rakyat Merdeka Pada 2 November 1917, Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour, yang dipandang sebagai janji untuk mendirikan tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina. Deklarasi inilah yang bisa dibilang, sebagai pemicu konflik Palestina-Israel hingga hari ini, 105 tahun kemudian.

Konflik tak terelakkan, karena bangsa Palestina merasa, mereka telah ada di wilayah itu lebih dulu, jauh sebelum dideklarasikannya negara Israel pada 14 Mei 1948. Namun klaim itu juga dibantah oleh bangsa Yahudi, yang mengklaim, justru wilayah Palestina sesungguhnya adalah wilayah milik bangsa Israel, sejak ribuan tahun silam sebagai Tanah yang Dijanjikan ( Promised Land ).

Perdebatan tak ada ujungnya memang. Karena bila ditarik ke sejarah masing-masing kitab suci Yahudi dan Islam misalnya, sejatinya dua bangsa ini berakar pada satu Bapak, yakni Ibrahim atau Abraham. Singkatnya, penengahnya kemudian adalah PBB, yang sayangnya hingga hari ini, tak mampu berbuat apa-apa, meski sudah terlalu banyak resolusi PBB yang dilanggar oleh Israel misalnya.

Sejak awal konflik, dan panjangnya rentang waktu konflik ini, tentu telah lama pula menjadi salah satu isu yang menyita perhatian dunia internasional, termasuk bagi negara-negara berpenduduk muslim. Terlebih lagi bagi Indonesia, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Mengingat Palestina juga berpenduduk mayoritas Muslim, di samping kesamaan nasib dengan Indonesia yang juga pernah dijajah, seperti kondisi Palestina saat ini.

Sebagai bentuk solidaritas dan dukungan kepada bangsa Palestina, bahkan hingga kini, Indonesia konsisten menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Sebaliknya, Indonesia juga konsisten menyalurkan aliran beragam bantuan untuk rakyat Palestina, membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, Palestina, hingga membuka kantor Konsulat Kehormatan RI untuk Palestina di Ramallah, Palestina --meski ditolak Israel!

Dukungan Indonesia bagi Palestina dinilai merupakan amanat konstitusi, mengacu pada Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berbunyi, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Sayangnya, hingga hari ini, konflik ini belum jelas kapan berujung. Padahal, di antara kekhawatirkan dari konflik ini adalah turut memicu perlawan dalam bentuk-bentuk kekerasan berikutnya, termasuk seringkali diseret ke isu konflik agama; Islam vs Yahudi. Meski, juga sudah terlalu banyak bantahan oleh pihak Palestina sendiri, bahwa konflik ini adalah konflik politik, bukan agama.

Berbagai kebijakan dan perundingan untuk mendamaikan konflik ini juga telah amat banyak dilakukan oleh banyak negara. Termasuk salah satunya tentu, oleh Amerika Serikat, di samping juga Indonesia.

Israel begitu populer di kalangan orang Amerika sehingga Israel nyaris selalu didukung penuh oleh AS, salah satu alasan besarnya adalah persepsi tentang nilai-nilai bersama. Citra moral Amerika tentang Israel, yakni satu-satunya demokrasi di Timur Tengah, adalah dasar hubungan AS-Israel.

Kelompok agama pun jadi faktor penting lainnya. Yahudi Amerika dan Kristen evangelis adalah dua kelompok yang paling terlibat secara politik di AS. Mereka adalah konstituen utama di partai Demokrat dan Republik, yang keduanya pun sangat pro-Israel. [Lihat; Mengapa AS Terkesan Selalu Pro-Israel?, Kompas.com, 29 Oktober 10 2021]

Terlepas dari itu, dalam berbagai dinamika panjang konflik Israel-Palestina ini, tentunya media juga amat berperan, menjaga stamina kepedulian, terus optimistis, konsisten tanpa lelah dalam melaporkan setiap dinamika yang terjadi dalam hubungan Israel-Palestina.

Tak terkecuali, terus mendorong terciptanya solusi yang dianggap paling realistis terhadap konflik ini, yakni Solusi Dua Negara; berupa opsi yang menyerukan dibentuknya dua negara untuk dua warga Palestina dan Israel. Solusi inilah yang dianggap cukup mewakili keduanya. Masalahnya, kedua belah pihak hingga kini masih juga belum sepakat, mana batas-batas wilayah mereka masing-masing.

Namun sekali lagi, panjangnya rentang konflik ini, tak boleh disikapi dengan rasa lelah atau bosan. Karena perjuangan bangsa Palestina, sebagaimana juga perjuangan semua bangsa yang pernah terjajah, termasuk Indonesia dahulu, tentu perlu dukungan semua pihak. Tak terkecuali dukungan media massa, apapun jenisnya. (*)

Topik Menarik