Achmad Zainal Abidin, Guru Surabaya yang Menorehkan Prestasi

Achmad Zainal Abidin, Guru Surabaya yang Menorehkan Prestasi

Nasional | jawapos | Sabtu, 26 November 2022 - 07:48
share

Menjadi seorang guru adalah impian Achmad Zainal Abidin sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sempat memutuskan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas karena tak mendapatkan restu dari orang tua untuk belajar di Mesir. Kini dia merajut karier sebagai guru pendidikan agama Islam.

DIMAS NUR APRIYANTO, Surabaya

ZAINAL tak pernah menyesal ketika memantapkan hatinya untuk menuruti permintaan sang ibu dengan tidak berangkat ke Mesir. Kalau ibu nggak rida, saya takut, katanya kemarin.

Meski Zainal harus mengubur mimpinya untuk berkuliah di Kairo pada 2003, tekadnya menjadi guru tak pupus. Pada 2005, ada tawaran mengajar bahasa Arab yang masuk ke dirinya di MAN Sidoarjo. Mimpinya bangkit kembali. Dia menuntaskan pendidikan sarjananya di S-1 Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Termasuk mencicipi tes sebagai pegawai negeri sipil (PNS) hingga delapan kali. Hingga pada 2010, namanya ternyata lolos dalam tes PNS sebagai guru pendidikan agama Islam (PAI). Kini dia mengajar di SD Negeri Menanggal 601. Latar belakang keagamaan memang kuat dari keluarga. Karena itu, saya mengambil bidang agama Islam, kenang Zainal.

Sebagai guru, Zainal sadar bahwa tugasnya tidak sekadar mengajarkan materi di buku kepada anak-anak didiknya. Apalagi, menurut dia, zaman sudah berubah. Konsep mengajar tak bisa disamakan dengan 1020 tahun lalu.

Dia mengakui, anak di era sekarang lebih variatif. Guru dituntut memahami kondisi tersebut. Anak tak bisa dituntut berdiam di kursi dan melipat tangan di meja, lalu mendengarkan guru saat menyampaikan materi. Ada anak yang belajar dengan tipe auditori, visual, hingga body movement (bergerak), tak bisa diam.

Ada beberapa capaian prestasi yang ditorehkannya. Salah satunya, Zainal terpilih sebagai instruktur nasional teknologi informasi dan komunikasi (information, communication and technology) dari Kementerian Agama pada 2015. Tugasnya memberikan pelatihan kepada guru-guru agama Islam dan pengawas guru agama Islam di beberapa provinsi di seluruh Indonesia. Kala itu hanya ada empat instruktur yang terpilih.

Seleksi dimulai di tingkat nasional. Dicari 50 guru agama Islam untuk disebar di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Di satu titik ada dua pasang guru. Zainal ditugaskan di Sebatik, Nunukan, perbatasan MalaysiaIndonesia selama 10 hari. Tugasnya, mengunjungi hingga mengajar guru-guru agama Islam di sana. Kembali ke Jakarta, diseleksi lagi. Dari 25 orang, dipilih 10 besar, lalu 4 besar, dan saya masuk dua besar, jelasnya.

Selain menjadi instruktur ICT, founder Koperasi Syariah Rezeki Datang (Kopsyah RD) itu juga pernah didapuk sebagai pelatih nasional Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Kemenag RI. Zainal mengaku bahwa dirinya nyaman dan menjalani profesinya dengan senang.

Di matanya, seorang guru bisa melahirkan pribadi unggul. Misalnya, guru dapat mencetak calon pengusaha, dokter, militer, bahkan presiden di masa depan. Kalau ditanya kenapa mau dan bertahan jadi guru, ya itu. Guru bagaikan chef yang siap menghidangkan makanan enak, ungkapnya.

Zainal telah menelurkan tiga buku selama menjadi guru. Yakni, Buku Teks PAI Kurikulum Merdeka Kemdikbud RI, Buku Teks PAI Kemenag RI, dan Modul PAI Moderasi Beragama Kemenag RI. Dia juga pernah terlibat sebagai editor Buku Ajar PAI SLB Kemenag RI.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, dinas berusaha mengakomodasi seluruh permintaan dan keluh kesah para guru. Selama itu positif, pemkot berupaya merealisasikannya.

Topik Menarik