Pertemuan Biden dan Xi Jinping Turunkan Tensi Geopolitik Dunia

Pertemuan Biden dan Xi Jinping Turunkan Tensi Geopolitik Dunia

Nasional | koran-jakarta.com | Selasa, 15 November 2022 - 00:04
share

Dunia berharap AS dan Tiongkok menghindari terlibat dalam konflik terbuka.

Pertemuan kedua pemimpin diharapkan mencairkan ketegangan dan mengarah pada upaya penyelesaian beberapa isu krusial.

BADUNG - Mata dunia di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara G20 tertuju pada pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, saat keduanya menggelar pertemuan di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin petang (14/11). Di awal pertemuan, kedua pemimpin negara ekonomi terbesar dunia itu berjabat tangan dan menekankan perlunya mengatasi perbedaan serta menghindari konflik.

Biden dalam pertemuan itu menyambut hangat Xi dan mengatakan bahwa dia ingin agar AS dan Tiongkok mampu mengatasi perbedaan dan mencegah persaingan menjadi konflik.

"Saya berkomitmen untuk menjaga saluran komunikasi tetap terbuka antara Anda (Xi- red ) dan saya secara pribadi, juga pemerintahan kita secara menyeluruh, karena kedua negara memiliki begitu banyak hal sehingga kita memiliki peluang untuk menanganinya," kata Biden seperti dikutip dari Straits Times .

"Dalam pandangan saya, sebagai pemimpin kedua negara, kita berbagi tanggung jawab untuk menunjukkan bahwa AS dan Tiongkok bisa mengatasi perbedaan kita, mencegah persaingan menjadi apa pun yang mendekati konflik dan menemukan jalan untuk bekerja bersama dalam isu-isu mendesak dan global yang membutuhkan kerja sama timbal balik," kata Biden.

Mengenai One China Policy, Biden menegaskan bahwa sikap AS hingga saat ini tidak berubah.

Sementara itu, Xi Jinping di awal menyatakan bahwa dunia telah tiba di persimpangan jalan, sehingga masih terbuka untuk melakukan pertemuan.

Xi menjanjikan pembicaraan yang terbuka dan mendalam dengan Biden soal masalah-masalah yang memicu ketegangan di antara kedua negara.

"Dunia mengharapkan agar Tiongkok dan AS akan menangani hubungan itu dengan baik," katanya.

"Pertemuan kami telah menarik perhatian dunia, jadi kami perlu bekerja dengan semua negara untuk membawa lebih banyak harapan bagi perdamaian dunia, kepercayaan yang lebih besar pada stabilitas global dan dorongan kuat untuk pembangunan bersama," kata Xi.

Hubungan China dan Amerika Serikat telah meregang karena ketegangan yang ditimbulkan oleh perang dagang dan perebutan pengaruh di Indo-Pasifik. Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan dan posisi Beijing mengenai invasi Rusia ke Ukraina menjadi perhatian kedua negara.

Pertemuan Xi dan Biden tidak menghasilkan pernyataan bersama. Namun saat jumpa pers, Biden mengatakan dia akan mengirim Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk menindaklanjuti dialog tadi.

Secara terpisah, Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Nur Rachmat Yuliantoro, mengatakan dalam video pertemuan menunjukkan Xi dan Biden berjabatan tangan, tampak Biden yang mendatangi Xi. "Ini bisa dibaca sebagai, kemungkinan AS yang berusaha memperbaiki hubungan dengan Tiongkok, sementara Tiongkok masih ragu akan sikap AS dalam ketegangan hubungan antara mereka," kata Nur Rachmat.

Menurutnya, Indonesia mendapatkan kredit sebagai tempat pertemuan langsung kedua pemimpin, yang pertama setelah merebaknya pandemi. Sebab, pertemuan Xi-Biden diharapkan bisa memberikan makna penting tidak saja bagi kedua negara, tetapi juga bagi kawasan dan dunia secara lebih luas.

"Pertemuan kedua pemimpin diharapkan dapat mencairkan ketegangan dan mengarah pada upaya penyelesaian beberapa isu krusial. Bagi Indonesia, hasil pertemuan kedua pemimpin dapat menjadi pedoman bagi kebijakan luar negeri yang lebih prudent dalam konteks hubungan bilateral dengan AS dan Tiongkok maupun regional dan multilateral," papar Nur Rachmat.

Turunkan Tensi

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, berharap pertemuan Biden dan Xi itu menurunkan tensi risiko geopolitik. Sebab, panasnya tensi geopolitik membuat perekonomian global terganggu cukup lama.

"Bagaimanapun keterlibatan kedua negara secara tidak langsung dalam perang Russia-Ukraina harus segera diredam agar konflik tidak melebar dan berkepanjangan. Pertemuan ini harus meredakan tensi geopolitik dunia," kata Bhima.

Harapan lainnya adalah soal Taiwan yang saat ini merupakan proxi juga antara AS dan Tiongkok. Apalagi Taiwan sangat penting bagi Indonesia karena memproduksi sebagian besar semikonduktor yang dibutuhkan untuk elektronik dan industri otomotif di Indonesia.

Dalam kesempatan lain, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Suparman, mengatakan langkah Amerika Serikat ini sesungguhnya hanya menyiapkan sebuah perimbangan yang harus diwujudkan agar perdamaian di kawasan Indo Pasifik tetap terpelihara di tengah pergeseran geopolitik yang bisa membahayakan kawasan tersebut.

"AS memang sangat tepat untuk menjadi pengimbang karena masih memiliki kekayaan dan kekuatan militer untuk menjaga agar upaya destabilisasi kawasan Indo-Pacific tidak terjadi," katanya.

Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Brawijaya, Malang, Adhi Cahya Fahadayna, mengatakan dunia hanya dapat berharap pertemuan itu bisa membawa kesejukan dan mencegah dua kekuatan tersebut akan menempuh konflik terbuka.

Dengan memahami stand point masing-masing negara akan sangat penting untuk menjaga stabilitas internasional.

Topik Menarik