Banyak Godaan di Calon Koalisi Pengusung, Analisis Refly Harun Bikin Pendukung Anies Baswedan Ketar-ketir: Bisa Gigit Jari!

Banyak Godaan di Calon Koalisi Pengusung, Analisis Refly Harun Bikin Pendukung Anies Baswedan Ketar-ketir: Bisa Gigit Jari!

Nasional | BuddyKu | Senin, 14 November 2022 - 05:43
share

Batalnya deklarasi Koalisi Perubahan calon pengusung pengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden pada 10 November jadi sorotan.

Meski sudah banyak penjelasan dari internal calon koalisi tersebut, namun publik bertanya-tanya tentang apa yang sebanarnya terjadi, bahkan beberapa anggapan menyebut ada hal-hal penting yang belum disepakati, di antaranya godaan dari pihak lain agar tak bergabung dan juga termasuk soal isu rebutan jatah Cawapres Anies oleh PKS dan Demokrat.

Mengenai hal ini, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun ikut berkomentar. Menurut Refly, Koalisi Perubahan saat ini harus menghadapi godaan yang tak kecil khususnya pada PKS dan Demokrat yang saat ini digoda masuk dalam poros lain.

Saya berpikir mengenai skenario baru Jangan-jangan nanti pasangan berikutnya Prabowo-Aher, jadi Prabowo berkoalisi dengan PKS, jadi Prabowo-Aher, karena kalau menggoda satu takutnya nanti susah digoda. Jadi digoda dua-duanya, jadi mereka berpiki akan mendapatkan Coattail Effect (Efek Ekor Jas), jelas Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Minggu (13/11/22).

Menurut Refly, koalisi antara PKS dan Gerindra bukannya tidak mungkin. Hal ini didasari Refly melihat rekam jejak keduanya yang saling berkoalisi di dua edisi terakhir.

Karenanya Refly menilai situasi Anies Baswedan saat ini sama sekali belum aman, pendukung harus bersiap dengan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

Bagi pendukung PKS, ingatan memilih Prabowo tidak jauh-jauh amat. Maka pendukung Anies Baswedan dan NasDem menjadi gigit jari kalau seandainya tiba-tiba godaan itu berhasil, jelas Refly.

Belum lagi, faktor kekuatan finansial oligarki atau yang disebut Fahri Hamzah sebagai Bandar juga sangat memngaruhi sistem atau ketentuan ambang batas 20% sehingga ada deal-deal politik yang tak mudah dilakukan.

Dengan kondisi tersebut, Refly menilai politik Indonesia tidak lagi sehat.

Politik kita tidak sehat, kenapa? Karena cenderung ditentukan bandar belakang layar, jelas Refly Harun.

Topik Menarik