Depok dalam Bayang-Bayang Jakarta Tahun 1970-1990
DEPOK, NETRALNEWS.COM - Depok adalah sebuah kota dengan posisi yang strategis. Namun demikian, sejarah mengungkap bahwa Depok bukanlah kota yang mandiri.
Menurut Tri Wahyuning dalan Jurnal bertajuk Kota Setengah Hati di Selatan Jakarta: Depok 1970-1990an, dimasukkannya Depok dalam rencana pengembangan Jabo(de)tabek sebenarnya hanya menjadikan Depok sebagai kota tempat tinggal ( dormitory town ) bagi penduduk Jakarta.
Karena berbatasan langsung dengan Jakarta, maka Depok turut dimasukkan dalam rencana pengembangan Jabo(de)tabek. Ketika Depok dibangun untuk menjadi satelit bagi Jakarta, sebenarnya kota ini hanya dijadikan sebagai kota tempat tinggal bagi penduduk Jakarta.
Pada peresmiannya sebagai kotamadya pada 1999, Depok diharapkan dapat mencukupi kebutuhan warganya dari segala sisi. Secara administrasi, Depok merupakan kota mandiri dari Provinsi Jawa Barat. namun realitanya, Depok menjadi bagian dari "megapolitanisasi" Jakarta yang mana hanya sebatas penampung penduduk.
Namun pada data jumlah penduduk Depok berdasarkan lokasi pekerjaan (1982 dan 1987) oleh BKSP Jabodetabek, terjadi penurunan lokasi tempat kerja yang awalnya sebanyak 46 ribu di tahun 1982, turun menjadi 45 ribu pada 1987.
Hal ini dikarenakan adanya pemindahan kampus Universitas Indonesia (UI) ke Depok pada 1987. Para karyawan dan staff pengajar memilih untuk membeli rumah di Perumnas Depok I.
Para pendatang yang tinggal di Perumnas karena mencari tempat tinggal yang lebih terjangkau dan dekat dengan tempat kerja walaupun harus pindah ke Depok. Sebagian besar penghuni Depok yang merupakan pindahan dari Jakarta adalah pegawai negeri yang bekerja di Jakarta.
Kehadiran UI secara tidak langsung juga memberi dampak pada penyediaan fasilitas pekerjaan di bidang usaha seperti warung makan atau restoran, serta di bidang jasa. Terdapat sebuah perubahan jenis pekerjaan dari yang awalnya didominasi di bidang agraris kini merambah ke non agraris, seperti pedagang, buruh, tukang, jasa, dan industri rumahan.
Sebelum kehadiran Kampus UI, pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian. Namun ketika Depok beralih menjadi daerah urban , sektor ekonomi pun berubah.
Pada tahun 1983, lahan pertanian tanaman pangan mengalami penurunan dalam luas panen. Daerah yang kehilangan banyak lahan yakni Kecamatan Beji. Dibandingkan Beji, Kecamatan Pancoran Mas dan Sukmajaya tidak banyak kehilangan lahan pertanian.
Namun terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa kehadiran UI di Depok tidak berperan secara signifikan, seperti penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat Depok oleh UI.
Hal ini didasari karena fasilitas pendidikan yang masih minim sehingga pelamar hanya menggandeng ijazah tingkat menengah pertama. Hal inilah yang menyulitkan untuk lolos pegawai baru UI.
Di sisi lain, UI juga merupakan titipan Jakarta yang berfungsi untuk melengkapi fasilitas pendidikan bagi orang-orang Jakarta yang tinggal di Depok. UI terletak di daerah kantong dalam wilayah Depok dengan karakteristik Jakarta. Meskipun secara fisik UI berada di Depok, namun secara administratif, UI tetap berkedudukan di Jakarta.
Terdapat pula sebuah keengganan warga dalam kepemilikan domisili sesuai Kartu Tanda Penduduk (KTP). Mereka yang berdomisili di Depok, banyak yang tetap menggunakan KTP Jakarta. Alasannya tidak lain untuk mendapat kenyamanan fasilitas pemegang KTP Jakarta. misalnya seperti fasilitas kesehatan di Jakarta lebih beragam dan lebih baik.
Usaha jasa di bidang restoran di sepanjang Jalan Margonda merupakan usaha milik mayoritas warga Jakarta. Mereka telah mengubah Margonda menjadi serupa dengan kuliner di Jakarta.
Kegiatan untuk menghadirkan fasilitas seperti di Jakarta merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah setempat untuk menyediakan kebutuhan warganya dan juga dapat memutar perekonomian di daerah.
Perkembangan Depok menjadi sebuah kota yang mandiri dipengaruhi oleh kota satelitnya, yakni Jakarta.
Hubungan kedua kota tidak dapat dipisahkan satu sama lain, di mana Jakarta memerlukan Depok sebagai tempat tinggal penglaju yang bekerja di ibu kota, sedangkan Depok memerlukan Jakarta untuk berkembang menjadi kota yang modern.
Sumber:
Irsyam, T. (2018). Kota Setengah Hati di Selatan Jakarta: Depok 1970-1990an. Jurnal Sejarah, 1 (2)111-119.
Mudaryanti, T. W. (2016). Dari Depok Lama ke Depok Baru: Berjuang Menjadi Kota, 1970an1990an. SASDAYA: Gadjah Mada Journal of Humanities, 1 (1), 113-139.
Penulis: Maretha Octaviani NaibahoMahasiswa Universitas Negeri Malang










