Prostitusi Dolly: Dulu Dipajang di Akuarium, Sekarang di Handphone
JawaPos.com Lokalisasi Dolly memang sudah tutup. Tapi, tidak praktik prostitusinya. Praktik itu hingga sekarang masih ada. Tentunya, cara dan modusnya berbeda-beda. Bahkan, bisa dibilang mengikuti zaman. Jawa Pos pun menelusuri menggeliatnya bisnis esek-esek di sana dengan beragam modus.
Cobalah Anda melintas di Jalan Jarak saat malam. Di sana sejumlah pria duduk di depan gang. Tapi, akan berbeda halnya jika Anda berkendara pelan sambil menoleh ke kanan-kiri seolah mencari sesuatu.
Jangan kaget apabila kemudian seorang pria akan melambaikan tangannya. Nggolek (cari, Red) cewek ta, Mas, ucap seorang pria dengan nada lirih dari pinggir jalan.
Budi, nama lelaki itu, sudah tahu betul apa yang harus dilakukannya saat ada kendaraan yang berhenti. Dia akan menggiring pengendara ke dalam gang. Nggak enak, Mas, nak pinggir jalan. Masuk gang ae ya, ucapnya malam itu. Saat itulah perbincangan mengenai prostitusi akan dimulai.
Tentu kondisinya jauh berbeda dengan yang dulu ketika Jarak masih dikenal sebagai pusat prostitusi. Para penjaja seks komersial (PSK) tidak lagi duduk di sofa dengan berbatasan kaca bening layaknya akuarium. Koleksi PSK rupanya disimpan Budi dari handphone-nya.
Bisa dibilang mirip katalog digital PSK Dolly. Perempuan cantik, menor, dan seksi ditawarkannya melalui galeri foto di gadgetnya. Budi pun hafal nama, usia, dan servis siapa yang oke. Iki lho mas tak kasih seng sip, pelayanane yo sip, penak pokoe, ucapnya.
Jika kemudian pria hidung belang pada akhirnya tak menyukai selera Budi, kesepakatan bisa batal. Yang tak kalah penting, dia pun memastikan transaksi aman. Tidak ada razia, apalagi penggerebekan oleh petugas.
Kalaupun ada, bisik Budi, petugas hanya lewat dan berfoto untuk laporan, lalu pergi. Yang pasti, tidak ada istilah penggerebekan saat eksekusi terjadi. Bujukan yang menggiurkan. Dia tidak henti-hentinya membuka koleksi perempuan dari galeri gadgetnya. Pastinya, semua seksi. Apalagi ditambah janji servis yang memuaskan.
Pukul 22.00 WIB, bagi Budi, masih sore. Pelanggannya pun disuruh cepat memilih mana yang cocok. Khawatirnya, telat sedikit sudah di-booking hidung belang yang lain.
Lantas, di mana para PSK Dolly itu bisa melayani tamunya? Lokasinya sekitar 100 meter dari gapura Jalan Putat Jaya Timur III B. Tamu akan dibawa masuk ke sebuah rumah. Lokasinya berada di kampung padat penduduk. Di dalamnya, terdapat empat bilik kamar. Masing-masing ukuran 2 x 3 meter.
Para PSK di Jarak tidak tinggal di wisma sebagaimana dulu. Mereka indekos di sekitar Jalan Jarak. Jadi, apabila mau, perlu menunggu sekitar 15 menit. Sebut saja namanya Jeje. Senyumnya memang menggoda. Apalagi gaya bicaranya. Lembut dan langsung membuat tamu akrab.
Camat Sawahan Amiril Hidayat mengatakan bahwa antisipasi praktik tersebut sebetulnya sudah dilakukan. Yakni, dengan mengadakan patroli rutin siang malam di Jarak dan sekitarnya. Termasuk upaya persuasif kepada pengurus RT dan RW setempat. Kita tahu sendiri, mereka kucing-kucingan dengan petugas, ucapnya Senin (31/10) petang.
Amiril menegaskan bahwa pihaknya juga melakukan patroli hingga masuk ke gang. Hanya, di lapangan petugas tidak menemukan indikasi tersebut. Memang tidak mudah memberantas praktik prostitusi terselubung semacam itu. Terlebih butuh bukti kuat untuk melakukan penindakan. Sebab, modusnya juga beragam. Salah satunya melalui media sosial.
Dari Rumah Musik Bisa Berlanjut ke Kamar Kos
TAK jauh dari Jalan Raya Jarak, ada Jalan Putat Jaya Lebar B yang juga hidup lagi. Ketika melintas di sana, suara musik terdengar lamat-lamat. Suara itu datang dari beberapa rumah musik yang beroperasi. Dari sana, pengunjung juga bisa meminta pemilik mencarikan perempuan untuk menemani.
Sepintas, bangunan berlantai dua di jalan itu tak berbeda dengan bangunan yang lain. Seperti rumah tinggal pada umumnya. Yang agak membedakan, bagian tengahnya diubah menjadi parkir motor.
Akses ke lantai 2 rumah musik tersebut sekilas tidak terlihat. Di balik pintu kecil, terdapat tangga kayu menuju lantai atas.
Di lantai 2 itu, beberapa meja sudah tertata. Termasuk sound system dan proyektor. Karaoke di tempat tersebut bisa dibilang masih jadul. Tidak semua lagu bisa dipilih pengunjung.
Begitu juga minuman keras yang disediakan. Jenisnya hanya beberapa bir. Tapi, tamu bisa menambah layanan tambahan, yakni teman perempuan untuk menemani karaoke atau minum. Tarifnya hanya Rp 50 ribu per jam. Kalau itu, bayarnya langsung ke ceweknya, kata seorang pengelola rumah musik.
Pengelola itu juga bisa mencarikan perempuan. Melalui telepon dia menghubungi satu per satu perempuan. Dia menuturkan, soal lanjut ngamar tidaknya itu urusan pribadi. Tamu bisa langsung nego harga. Biasanya, eksekusi dilakukan di tempat kos sekitar lokasi.
Rata-rata butuh 20 menit bagi pengelola rumah musik untuk bisa mencarikan perempuan. Yang ditunggu pun datang. Ica (nama samaran, Red) langsung menghampiri. Dia juga menawarkan temannya. Sayangnya, temannya tadi sedang pulang kampung. Kalau ngamar itu tergantung individu. Tarifnya sekitar Rp 250 ribu, ucapnya.
Ica juga menerima ajakan ngamar. Namun, dia melakukannya hanya dengan yang dikenal. Eksekusi dilakukan di rumah kos yang tidak jauh dari jalan tersebut. Biasanya, Rp 250 ribu itu sekalian untuk sewa kamar kos Rp 30 ribu. Kalau di kos nggak iso suwe, wedi onok razia, terangnya.
Ica menuturkan, pemilik kos sudah paham dengan sepak terjang para penghuninya. Biasanya, dia berjaga di luar. Jika ada patroli, kode langsung diberikan. Dengan begitu, yang di dalam bisa cepat-cepat. Tampilan perempuan penghibur di sekitar kini sudah berubah. Celana pendek dan baju seksi sudah ditinggalkan. Tujuannya, mengecoh petugas agar tidak curiga.
Perlu Partisipasi Publik Awasi Prostitusi Terselubung
KEPALA Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya Tomi Ardiyanto meminta adanya peran aktif masyarakat untuk ikut mengawasi praktik prostitusi terselubung. Bila memang ada kejadian seperti itu, seharusnya perangkat RT hingga tokoh masyarakat bisa berkomunikasi dengan Pemkot Surabaya.
Pihaknya pun siap mendukung langkah yang dilakukan tim penegak hukum. Kami siap berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah ini. Tentunya sesuai tupoksi kami seperti pendampingan dan sosialisasi ke masyarakat, papar Tomi. Menurut dia, bila dibiarkan, yang jadi korban lain adalah masyarakat sekitar.
Karena itu, dia mendukung perangkat penegak hukum daerah untuk mengambil langkah taktis. Tujuannya, praktik tersebut bisa segera ditanggulangi.
Tomi menyebut dalam kasus itu dirinya mewanti-wanti agar tidak melihat perempuan di sana sebagai pelaku utama, melainkan korban. Sebab, selama ini perempuan dan anak adalah objek yang paling rentan dieksploitasi. Karena itu, posisikan mereka sebagai korban. Kami tidak tahu apa yang melandasi mereka melakukan seperti itu. Bisa jadi karena ada paksaan dan lainnya, paparnya.
Jika ada perempuan Surabaya yang menjadi korban, DP3APPKB sudah memiliki tim khusus untuk mendampingi mereka. Namun, jika dari luar Surabaya, ada mekanisme lain. Misalnya, dengan memulangkannya ke daerah asal.
Wakil rakyat meminta pemkot untuk aktif melakukan pencegahan. Baik melalui tindakan tegas maupun preventif. Upaya ini harus berjalan bersamaan, kata anggota Komisi A Imam Syafii, Senin (31/10).
Tindakan tegas diperlukan sebagai efek jera. Misalnya, menggencarkan patroli oleh petugas satpol PP dan trantib kecamatan. Bukan sebatas patroli. Tapi, juga melakukan razia ke rumah-rumah yang ditengarai menyiapkan layanan prostitusi. Upaya pengawasan bisa juga dengan menambah CCTV di sana, kata Imam.
Penyelesaian secara komprehensif mesti dilakukan. Lintas OPD di pemkot harus berkolaborasi untuk mencari akar permasalahannya. Kenapa sih mereka buka lagi? Ini harus dicari akar permasalahannya, ujarnya.
TEMUAN DI LAPANGAN
Seorang mucikari punya belasan koleksi PSK.
Harga PSK Rp 250 ribu300 ribu sekali kencan.
PSK terima bersih Rp 150 ribu, sisanya untuk mucikari.
Para PSK indekos di sekitar Jalan Jarak. Mereka tidak mengenakan pakaian minim.
Jarak beroperasi mulai pukul 22.00.










