Kesaksian Penyintas Tragedi Kanjuruhan di Tribun VIP: Ada Wanita Pingsan Dibopong Buat Minta Bantuan Aparat, Tapi Ditolak, Akhirnya..

Kesaksian Penyintas Tragedi Kanjuruhan di Tribun VIP: Ada Wanita Pingsan Dibopong Buat Minta Bantuan Aparat, Tapi Ditolak, Akhirnya..

Nasional | BuddyKu | Kamis, 6 Oktober 2022 - 10:56
share

Seorang Aremania sekaligus penyintas tragedi Kanjuruhan memberikan kesaksian soal apa yang dilihatnya dalam insiden yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu itu.

Awalnya, ia membahas soal gas air mata yang ditembakkan oleh aparat dalam tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang tersebut.

Baca Juga: Imbas Tragedi Kanjuruhan, Kata Brutal Melekat di Aparat, Nicho Silalahi: Bukan Tidak Mungkin Rakyat Akan Memburu Kalian..

Padahal, dalam regulasi FIFA, senjata gas air mata tidak boleh masuk ke dalam stadion saat pertandingan berlangsung.

Saya melihat cara pandang sebagai seorang supporter bahwa membawa senjata gas air mata ke stadion saja enggak boleh, apalagi itu ditembakkan. Undang-undang regulasi FIFA itu berlaku untuk semua negara, ucapnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube Yayasan LBH Indonesia yang diunggah pada Rabu (5/10/2022).

Ia melanjutkan, Membawa masuk saat pertandingan bola itu enggak boleh ke dalam stadion, tapi faktanya bukan saja membawa gas air mata masuk, tapi ditembakkan membabi buta.

Soal penutupan pintu gate yang membuat banyak Aremania terjebak, pria itu mengaku tidak mengetahuinya karena ia berada di tribun VIP.

Gate 14, 13, 12, 11, 10 kabarnya ada yang tutup, saya enggak tahu waktu itu karena saya posisi di VIP. Akhirnya banyaklah korban berjatuhan, jelasnya.

Dari tribun VIP yang cukup dekat dengan lapangan itu, ia mengaku melihat beberapa orang yang pingsan dan digotong oleh rekan-rekannya untuk meminta bantuan Brimob.

Namun, ia menyebut anggota Brimob tersebut menolak untuk memberikan bantuan, padahal kondisi supporter yang pingsan itu butuh pertolongan.

Baca Juga: Anies Heran Mengapa Formula E Diperiksa KPK, Padahal Sudah Diaudit BPK Sebanyak 3 Kali

Ia mengatakan, Pertama yang saya lihat itu satu orang wanita digotong oleh tiga orang pria. Tiga orang supporter itu menghampiri mobil yang ada di depan bangku pemain, itu dijaga Brimob kurang lebih empat orang. Jadi sudah keadaan genting seperti itu, supporter wanita tadi yang dalam keadaan pingsan, digotong oleh tiga orang Aremania, dibawa ke mobil ambulans itu ditolak sama pihak Brimob, malah didorong-dorong dengan tameng itu.

Saya amati sangat jelas, seolah-olah bahasa mereka (Brimob) kamu tadi bentrok dengan saya, sekarang walaupun saudara kamu wanita ini sedang pingsan, kamu enggak usah minta tolong saya. Saya tahu sendiri ekspresi mereka mendorong jangan dekati mobil saya, si Brimob itu bilang begitu. Akhirnya dia enggak tahu keluar lewat mana, itu pun saya enggak tahu hasil akhirnya dia (supporter wanita yang pingsan) itu selamat atau tidak, lanjutnya.

Setelah supporter wanita pingsan itu, datang lagi orang dari arah tribun Selatan yang pingsan dan dibopong oleh beberapa orang.

Sama seperti yang pertama, mereka juga meminta aparat untuk membantu rekannya mendapat pertolongan, tapi lagi-lagi ditolak.

Terus lagi datang dari arah tribun Selatan itu, datang lagi orang yang dibopong, salah satunya supporter wanita juga. Tujuan mereka sama, mau mengevakuasi dan mempercepat pertolongan pertama, ungkapnya.

Pria itu menambahkan, Dia menuju mobil polisi itu. Sama perlakuan si aparat waktu itu, orangnya (yang menolak) juga sama, mereka menolak dan menghalang-halangi supporter untuk mendekati mobil yang dikira mereka (supporter) adalah mobil ambulans.

Setelah yang kedua, datang lagi orang pingsan yang ketiga dan ditolak kembali oleh aparat tersebut.

Ia menjelaskan, Akhirnya yang ketiga itu evakuasi lagi juga mendekati mobil itu, ditolak lagi. Yang ketiga inilah si supporter itu melawan, bahkan ditendang juga itu tameng. Bukan si aparatnya (yang ditendang), saya tahu.

Baca Juga: Fenomena Crowd Behaviour Disebut-sebut Terjadi di Dalam Tragedi Kanjuruhan, Lalu, Apa Maksud dari Fenomena Tersebut?

Dari percekcokan mulut itu mereka mengatakan kamu (anggota Brimob) tuh enggak punya hati, walaupun tadi bentrok dengan kamu, kamu lihat yang saya bawa ini supporter wanita yang sedang sekarat. Sampai saat itu, barulah di Brimob mulai agak arogan, dan kawan-kawan (Aremania) pun merasa tidak ada yang membantu. Mereka mencari jalan keluar sebisanya, tandasnya.

Sementara itu, Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, sebelumnya sempat menekankan kalau penggunaan gas air mata sudah sesuai dengan prosedur.

Sehingga, para suporter berlarian ke salah satu titik di pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas, tuturnya saat konferensi pers di Mapolres Malang pada Minggu (2/10/2022) pagi.

Topik Menarik