Cerita Relawan yang Selamat dari Tragedi Kanjuruhan

Cerita Relawan yang Selamat dari Tragedi Kanjuruhan

Nasional | jawapos | Selasa, 4 Oktober 2022 - 05:23
share

JawaPos.com Koncoku Yo kenek sisan Cok! Satu kalimat yang dilontarkan pria berseragam itu terus membayangi Eko Prianto, salah satu penonton dan juga relawan yang hadir di pertandingan BRI Liga 1 antara Arema vs Persebaya. Pertandingan pada Sabtu (1/10) itu berakhir menjadi tragedi tatkala kerusuhan terjadi.

Eko tak pernah membayangkan akan pulang menonton pertandingan sambil menggendong jenazah bayi. Saat kerusuhan terjadi, dia berupaya untuk keluar lewat Gate 13 sebagai satu-satunya pintu yang dibuka.

Di Gate 13 banyak anak kecil dan perempuan. Pukulan masal terjadi, cerita Eko saat ditemui pada Senin (3/10).

Saat kerusuhan itu, dia melihat sesama suporter tengah menghancurkan dinding beton. Upaya penghancuran dilakukan karena penonton tak mampu menerima gas air mata yang dilemparkan bertubi-tubi oleh petugas keamanan.

Penonton pun berupaya untuk keluar dari dalam stadion. Sebab gas air mata bukan hanya membuat napas sesak, juga melemahkan kondisi tubuh. Belum lagi kepanikan melanda di mana-mana.

Hanya ada 1 gate yang dibuka. Kami memakai alat seadanya supaya bisa keluar, ujar Eko.

Namun fokus dia dan beberapa suporter lain berubah. Dia melihat banyak anak-anak dan perempuan di gate tersebut. Mereka pun mencoba melakukan evakuasi.

Kami coba evakuasi. Tapi ternyata di bawah (tribun) banyak perempuan anak-anak bertumpukan di sana (dalam kondisi meninggal). Kami ingin evakuasi satu per satu, ucap Eko. Dia pun lari meminta pertolongan. Kemana lagi Eko pergi mencari bantuan bila bukan pada polisi dan TNI?

Namun jawaban yang didapatkannya sangat mengiris hati. Dengan wajah sangar dan menakutkan, petugas itu menghardik Eko.

Aku lari ke petugas dan mereka cuma bilang koncoku yo onok seng kenek Cok ! (Temanku juga ada yang kena!) Sambil mengumpat dan mau pukul saya, ungkap Eko sambil menangis.

Eko kebingungan. Dia melihat sekeliling. Namun pemandangan di stadion malam itu makin membuat hati teriris.

Di Gate 13 ada 200-an orang yang sebagian besar sudah jadi mayat, ujar Eko.

Beruntung, dia bertemu dengan beberapa orang berpakaian hitam dengan tulisan 99. Eko dan beberapa survivor lain ditolong keluar dari dalam stadion.

Namun, pemandangan di luar stadion tak lebih baik daripada di dalam. Banyak tubuh bergelimpangan di sekitar Stadion Kanjuruhan.

Cerita itu disampaikan Dadang, salah satu suporter yang selamat. Sama seperti Eko, dia keluar pasca mencoba menolong penonton lain. Mushala di seberang stadion menjadi tujuannya.

Tapi ya Allah tutuk kono wes onok mayit-mayit dijejerno (sampai sama sudah ada mayat-mayat yang dijajarkan) di masjid. Atiku nelongso (hatiku sedih), ujar Dadang sambil menangis.

Dadang dan Eko merupakan dua dari korban selamat yang hadir dalam pertandingan BRI Liga 1 antara Arema vs Persebaya. Dalam pertandingan itu, Persebaya menang dengan skor 3-2.

Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan. Gas air mata pun dilempar ke arah tribun. Suporter panik dan berupaya keluar dari dalam stadion.

Namun, pintu keluar stadion berkapasitas 40 ribu orang itu tak cukup menampung. Saat itulah kerusuhan terjadi.

Topik Menarik