Tata Cara Shalat Mutlak Rebo Wekasan

Tata Cara Shalat Mutlak Rebo Wekasan

Nasional | BuddyKu | Selasa, 20 September 2022 - 18:38
share

JAKARTA, iNews.id - Salah satu amalan baik di malam Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di Bulan Safar adalah melaksanakan shalat mutlak 4 rakaat. Lalu, bagaimana tata cara shalat mutlak di malam Rebo Wekasan?

Tim Asatid Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Muhammad Ajib dalam bukunya berjudul 33 Macam Jenis Shalat Sunnah menjelaskan, shalat mutlak adalah shalat sunnah yang bebas dikerjakan kapanpun kecuali di waktu terlarang dan berapa pun jumlah rakaatnya juga boleh.

Para ulama juga mengatakan bahwa shalat sunnah mutlak yang dikerjakan pada malam hari itu lebih utama dari pada shalat mutlak yang dikerjakan pada siang hari.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits di bawah ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa di bulan haram. Dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam. (HR. Muslim, at-Tirmidzi & an-Nasai).

Para ulama mengatakan bahwa hadits ini berkaitan dengan shalat mutlak. Sebab shalat mutlak adalah shalat yang tidak terikat dengan waktu dan tidak terikat dengan sebab.

Jumlah rakaatnya pun bebas berapa saja. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam ar-Ramli rahimahullah di bawah ini:

Tidak ada batasan untuk jumlah rakaat shalat mutlaq bagi seseorang terserah dia mau mengerjakannya walaupun tanpa niat menentukan jumlah rakaat. Bahkan tidak makruh 1 rakaat.

Ketika hendak shalat mutlak pun niatnya tidak perlu menyebutkan nama shalatnya. Cukup berniat ingin shalat saja sudah sah. Melaksanakan salat sunah secara mutlak dijelaskan dalam hadis:

Sabda Nabi : Shalat adalah sebaik-baik syariat, siapa yang ingin memperbanyak maka perbanyaklah, dan siapa yang ingin melakukan sedikit maka lakukanlah (Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini dinilai sahih oleh Ibnu Hibban. Fath Al-Bari 2/479).

Hadis inilah yang dijadikan dalil oleh Mufti Mesir dalam melaksanakan salat sunah mutlak, namun harus menjaga betul dengan niat salat tersebut agar tidak diniati dengan niat salat yang tidak ada tuntunannya.

Tata Cara Shalat Mutlak Rebo Wekasan

Shalat sunnah mulak di malam Rebo Wekasan kerap disebut masyarakat awam sebagai shalat tolak bala.Dilansir dari Jurnal Theologia IAIN Kudus, KH Abdul Hamid Kudus dalam kitab Kanzun Najah menjelaskan mengenai tata cara shalat mutlak.

Bacaan Niat Shalat Mutlak

Ushollii sunnatan rokataini lillaahi taala.

Aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah Taala.

Tata Cara Sholat Sunnah Mutlak

1. Membaca Niat
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca Doa Iftitah
4. Membaca Surat Al Fatihah
5. Setelah Al fatihah, membaca Surat Al Kautsar 17 kali, al-Ikhl 5 kali, al-Falaq 1 kali, dan al-Ns 1 kali.
6. Ruku dengan membaca tasbih 3 kali
7. I\'tidal
8. Sujud dengan membaca tasbih 3 kali
9. Duduk di Antara Dua Sujud
10. Sujud kedua
11. Berdiri untuk mengulang rakaat kedua
12. Pada rakaat kedua setelah membaca Surat Al Fatihah dianjurkan membaca Surat Al Ikhlas
14. Duduk Tahiyat
15. Salam

Doa Shalat Mutlak

Selesai mengerjakan sholat dianjurkan membaca doa berikut.

. . . . .

Artinya: Ya Allah Tuhanku pemilik nikmat, tiada ada yang bisa memberi nikmat atasMU. Ya Allah pemilik kebesaran dan kemuliaan. Ya Allah Tuhanku pemilik kekayaan dan pemberi nikmat. Tidak ada yang patut disembah hanya Engkau. Engkaulah tempat bersandar. Engkaulah tempat berlindung dan pada Engkau pula tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan. Ya Allah Tuhanku, jika sekiranya Engkau telah menulis dalam buku besarmu bahwa aku adalah orang yang tidak celak, atau terhalang dari nikmatmu, atau orang yang dijauhkan, atau orang yang disempitkan dalam mendapat rizki, maka aku memohon dengan karuniamu, semoga kiranya Engkau pindahkan aku kedalam golongan orang-orang yang berbahagia, mendapat keluasan rizki serta diberi petunjuk kepada kebajikan. Sesungguhnya Engkau telah berkata dalam kitabmu yang telah diturunkan kepada Nabi yang telah Engkau utus, dan perkataanmu adalah benar, yang berbunyi: Allah mengubah dan menetapkan apa-apa yang dikehendakiNya dan padaNya sumber kitab. Ya Allah, dengan tajalli yang Mahabesar pada malam Nisfu Syaban yang mulia ini, Engkau tetapkan dan Engkau ubah sesuatunya, maka aku memohon semoga kiranya aku dijauhkan dari bala bencana, baik yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, Engkaulah yang Mahamengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Dan aku selalu mengharap limpahan rahmatmu ya Allah Tuhan yang Maha Pengasih.

Doa lain shalat mutlak di malam Rebo Wekasan:

. . . . .

Dalam kitab Mujarrabat al-Dairabi al-Kabir yang berbunyi, sebagian orang-orang yang marifat kepada Allah menyebutkan, bahwa dalam setiap tahun akan turun tiga ratus dua puluh ribu malapetaka, semuanya terjadi pada Rabu terakhir bulan Shafar, sehingga hari tersebut menjadi hari tersulit dalam hari-hari tahun itu.

Syaikh Zainuddin Al-Malibari seperti dikutip dari @ushul_fikih, menganggap shalat Rebo Wekasan adalah bidah namun tetap memberi solusi jalan tengah dengan menggantinya dengan salat sunah mutlak.

Syeikh Ibnu Hajar Al Maliki dalam kitab Irsyadul Ibad yang mengatakan bahwa hal itu juga termasuk Bidah madzmumah (tercela). Maka bagi orang yang ingin melaksanakan sholat tersebut sesuai dengan tuntunan syeikh Al-Kamil Farid Ad-Din dalam kitab Jawahir Al-Khamis hendaknya berniat melaksanakan sholat sunnah mutlak dimana sholat mutlak adalah sholat yang tidak dibatasi oleh waktu, sebab dan bilangannya.

Percaya Qadha dan Qadar

Bermuhasabah sesungguhnya tidak memiliki waktu tertentu termasuk di Rebo Wekasan akhir bulan Safar. Sebab tidak ada istilah hari sial dalam pandangan syariat.

Dikutip dari @ulamagaleri, Bulan Safar dalam pandangan Islam, itu sama dengan bulan lainnya. Bukan bulan bala atau bulan yang penuh musibah dan lain-lainnya. Namun menurut sebagian ulama ahli ma\'rifat dari golongan ahli mukasyafah dalam kitab Kanzun Najah Wassurur karya Syekh Abdul Hamid Al Qudsy, menerangkan bahwa:

Setiap tahun Allah menurunkan bala ke dunia sebanyak 320.000 macam bala (malapetaka) untuk satu tahun. Tepatnya bala itu turun pada Rabu terakhir dari bulan Shafar atau yang terkenal dengan sebutan Rebo Wekasan untuk satu tahun ke depan.

Pada waktu itu merupakan hari terberat dari sekian banyak di hari selama satu tahun. Keterangan tersebut sesungguhnya mengingatkan agar semakin mendekatkan diri, ber-taqarrub kepada Allah Swt.

Dari keterangan tersebut mengingatkan jangan sampai meyakini bahwa Rabu Wekasan adalah hari buruk. Muslim dianjurkan bermuhasabah dengan datangnya 300.000 cobaan sebagaimana keterangan dari sebagian Ahli Kasyf di atas.

Namun tetap harus berperasangka baik kepada Allah Swt akan hari tersebut. Tidak meyakininya sebagai hari buruk.

Muslim harus yakin bahwa semua yang terjadi pada Rabu Wekasan apakah itu baik atau buruk merupakan takdir dan kehendak Allah. Seperti tertera dalam rukun iman yang kelima. Yakni meyakini qadha` dan qadar baik dan buruk itu berasal dari Allah.

Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah:

Tidak ada wabah (yang menyebar secara sendirinya), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.

Syaikh Abdurrauf al-Manawi dalam Faidl al-Qadir juz 1, hal.62 menjelaskan:

Walhasil, sesungguhnya segala bentuk kehati-hatian dan penjagaan di hari Rabu atas dasar mitos buruk dan meyakini kebenaran para peramal adalah sangat diharamkan. Sebab semua hari adalah milik Allah. Tidak dapat berdampak buruk dan memberi manfaat dengan sendirinya. Dan dengan tanpa keyakinan akan mitos buruk tersebut, maka diperbolehkan. Barangsiapa meyakini mitos buruk, maka kejadian buruk tersebut benar-benar akan menimpanya. Barangsiapa meyakini bahwa tidak ada yang memberi bahaya dan manfaat kecuali Allah, maka tidak akan terjadi kepadanya keburukan tersebut.

Karena itu, Muslim dilarang meyakini akan adanya musibah yang terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Muslim harus yakin bahwa semua yang terjadi pada Rabu Wekasan apakah itu baik atau buruk merupakan takdir dan kehendak Allah. Seperti tertera dalam rukun iman yang kelima. Yakni meyakini qadha` dan qadar baik dan buruk itu berasal dari Allah.

Wallahu A\'lam

Topik Menarik