Deretan `Dosa` Pemerintah China ke Muslim Uighur di Xinjiang Versi PBB

Deretan `Dosa` Pemerintah China ke Muslim Uighur di Xinjiang Versi PBB

Nasional | law-justice.co | Kamis, 1 September 2022 - 20:57
share

Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Hak Asasi Manusia (OHCHR) menjabarkan sejumlah "dosa" Pemerintah China terhadap etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.

Seperti melansir cnnindonesia.com, pelanggaran hak asasi manusia oleh China itu terangkum dalam laporan OHCHR yang dirilis pada Rabu (31/8).

Dalam laporan itu, tertuang soal penghancuran masjid, pemakaman, hingga penyiksaan di tempat yang disebut kamp kejuruan Xinjiang.

China selama ini dituduh melakukan pelanggaran HAM terhadap para tahanan di Xinjiang. Namun, mereka kerap membantah klaim itu.

OHCHR lantas mengunjungi Xinjiang untuk melakukan penyelidikan. Mereka menyatakan terjadi pelanggaran HAM serius di wilayah itu dalam konteks penerapan strategi kontra-terorisme dan kontra-ekstrimisme China.

Berikut sederet `dosa` China terhadap Uighur di Xinjiang versi OHCHR:

1. Penahanan Sewenang-wenang

OHCHR menyatakan China melakukan penahanan sewenang-wenang terhadap Muslim Uighur. Tindakan ini bisa menjadi kejahatan internasional.

"Tingkat penahanan sewenang-wenang dan diskriminatif terhadap etnis Uighur dan kelompok mayoritas Muslim lain di Xinjiang bisa merupakan kejahatan internasional, khususnya, kejahatan terhadap kemanusiaan," demikian bunyi laporan OHCHR.

Dalam laporan itu, Komisaris Tinggi HAM PBB, Michele Bachelete, meminta Presiden Xi Jinping membebaskan semua orang yang ditahan di pusat pelatihan itu.

2. Penyiksaan

Saat diwawancarai OHCHR, para mantan tahanan di pusat penahanan Xinjiang mengaku kerap mengalami penyiksaan ketika masih berada di fasilitas itu.

Dua pertiga dari 26 mantan tahanan mengaku mengalami penyiksaan dan bentuk perlakuan sewenang-wenang, baik di dalam fasilitas kejuruan atau rujukan ke fasilitas kejuruan itu.

Mereka juga mengaku acap kali disiksa saat diinterogasi.

Tidak hanya saat interogasi, mereka juga kerap mendapatkan perlakuan kasar di berbagai kesempatan lain.

Beberapa orang menjelaskan bahwa mereka dirantai selama menjalani masa kurungan di fasilitas itu.

Mereka juga menggambarkan kelaparan terus-menerus, berakibat penurunan berat badan yang parah selama periode mereka di fasilitas tersebut.

3. Pemerkosaan

Aparat memaksa korban melakukan seks oral, melakukan pelecehan seksual, dan memaksa tahanan telanjang saat interogasi.

Mereka menceritakan bahwa perkosaan terjadi di luar asrama, di kamar terpisah tanpa kamera.

Beberapa perempuan mengaku menjadi subjek pemeriksaan ginekologi invasif, dan membuat kepercayaan diri mereka sirna.

Sebenarnya, sudah banyak laporan mengenai pemerkosaan di fasilitas penahanan ini. Namun, pemerintah berulang kali membantah.

"Karena mereka tidak mengerti apa yang terjadi, pemerintah dengan tegas membantah klaim ini," tulis OHCHR.

4. Pemaksaan Ideologi

Dalam laporan OHCHR, narasumber yang mereka wawancara membeberkan perlakuan kasar dan tak menyenangkan selama di fasilitas penahanan.

Salah satu sumber mengatakan mereka tak diizinkan menjalankan ritual keagamaan mereka, seperti salat atau mengaji.

Aparat justru mencekoki mereka dengan ideologi dan ajaran politik yang dipakai China.

"Kami dipaksa menyanyikan lagu-lagu patriotik setiap hari, sekeras mungkin, dan sampai sakit. Sampai wajah kami menjadi merah dan urat-urat kami muncul di wajah kami," kata sumber pertama.

5. Penghancuran Masjid dan Makam

Laporan itu juga menyatakan China menghancurkan situs Islam di Xinjiang.

"Di samping peningkatan pembatasan ekspresi praktik keagamaan Muslim, ada laporan berulang soal penghancuran situs keagamaan Islam, seperti masjid, tempat suci, dan kuburan, terutama selama masa kampanye `Strike Hard,`" demikian bunyi laporan OHCHR.

Strike Hard merupakan kampanye yang memperketat pengawasan terhadap Muslim Uighur.

Sekitar 20.000 dari 35.000 masjid di seluruh China berada di Xinjiang. Namun, banyak dari tempat ibadah itu dihancurkan pihak berwenang.

6. Pemaksaan Menelan Pil Misterius

Sumber lain mengungkapkan aparat China mencekoki mereka dengan pil misterius yang mirip aspirin hampir setiap hari.

Namun, mereka tak menjelaskan soal manfaat pil itu, hanya memaksa mereka menelannya. Pil itu membuat mereka mengantuk.

"Kami berbaris dan seseorang dengan sarung tangan memeriksa mulut kami secara sistematis untuk memastikan kami menelannya," kata sumber dalam laporan OHCHR.

7. Pemaksaan Sterilisasi dan Aborsi

Laporan itu juga mendeskripsikan perempuan dipaksa untuk melakukan aborsi dan fertilisasi.

"Ada indikasi yang kredibel tentang pelanggaran hak-hak reproduksi melalui penegakan paksa kebijakan keluarga berencana," demikian kutipan laporan OHCR .

China menyebut tudingan sterilisasi paksa sebagai "disinformasi".

Mereka menilai orang-orang di Xinjiang secara sukarela memilih untuk menunda pernikahan dan memiliki lebih sedikit anak karena peningkatan biaya pendidikan dan kondisi kehidupan.

8. Tak jelas Kapan Bebas

Pemerintah China mengklaim para peserta kejuruan bebas bergabung atau keluar dari program itu.

Namun, dalam laporan OHCHR, para tahanan tak bisa bebas pergi atas kehendak mereka sendiri karena penjagaan yang ketat.

Banyak tahanan tak tahu kapan bisa menghirup udara segar. Beberapa keluar setelah dua hingga 18 bulan, sementara yang lain nasibnya terkatung-katung.

Di antara mereka banyak juga yang mengalami gangguan psikologis. Beberapa tahanan terisolasi dari dunia luar, bahkan keluarga sendiri, serta hidup dalam ketidakpastian.

"Hal terburuknya adalah Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan dikeluarkan," kata sumber dalam laporan OHCHR.

Laporan ini bertolak belakang dengan aturan China soal Pleatihan dan pendidikan kejujuran di Xinjiang, yang memastikan mereka akan menghormati sepenuhnya hak-hak tahanan.

Topik Menarik