Apa Bedanya Dsb, Dst, dan Dll?

Apa Bedanya Dsb, Dst, dan Dll?

Nasional | lampung.rilis.id | Jum'at, 19 Agustus 2022 - 11:15
share

SAAT menulis, ada saja dilema dalam memilih satu istilah tertentu, karena kita menemukan satu istilah lain yang dirasa maknanya tak jauh berbeda. Misalnya, pada penggunaan ungkapan dan sebagainya (dsb.), dan seterusnya (dst.), serta dan lain-lain (dll.).

Pada saat kapan kita seharusnya menggunakan salah satu dari singkatan tersebut? Banyak orang sering menggunakannya dengan mengacu prinsip arbitrer (manasuka). Pilih saja sesuka hati karena dianggap tak ada bedanya. Ada pula yang menggunakannya atas dasar prinsip keberagaman: di satu tempat kita pakai dll., sementara di tempat lain kita pakai dst., hanya agar tulisan kita tampak kaya kosakata.

Ternyata, dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2 Edisi Kedua (2007) terbitan Pusat Bahasa (sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) tercatat ada perbedaan makna dari ketiga ungkapan tersebut.

1. Ungkapan dan sebagainya (dsb.) digunakan pada perincian yang bentuknya sejenis. Misalnya: Hadiah yang diperebutkan pada sayembara itu adalah televisi, radio, kamera, dsb.

2. Ungkapan dan lain-lain (dll.) digunakan pada perincian yang beragam atau berbeda. Misalnya: Asap tebal itu berasal dari hutan yang terbakar, juga berasal dari kendaraan bermotor, cerobong pabrik, dll.

3.Ungkapan dan seterusnya (dst.) digunakan pada perincian yang berjenjang atau yang berkelanjutan secara berurutan. Misalnya: Seluruh mahasiswa diminta mempelajari buku Bahasa Indonesia dari Bab I, II, III, dst.

Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V (2020), ketiga ungkapan tersebut tercatat memiliki makna yang sejalan dengan prinsip yang ada dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia. Dalam KBBI, ungkapan dan sebagainya (dsb.) dinyatakan sebagai ungkapan yang digunakan untuk menyatakan perincian lebih lanjut yang bentuknya sejenis; ungkapan dan seterusnya (dst.) dinyatakan sebagai ungkapan untuk menyatakan perincian yang berjenjang atau berkelanjutan secara berurutan; serta ungkapan dan lain-lain (dll.) dinyatakan sebagai ungkapan yang menyatakan perincian yang beragam.

Selain ungkapan dst., dsb., serta dll., dalam ragam tutur, mungkin Anda kerap mendengar penggunaan ungkapan dan lain sebagainya. Ungkapan dan lain sebagainya tidak tercantum dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan KBBI. Ungkapan dan lain sebagainya tidak dianjurkan untuk digunakan dalam komunikasi resmi karena ungkapan itu rancu serta merupakan gabungan dari dan lain-lain dengan dan sebagainya. Bila ungkapan dan lain-lain disepakati untuk menyatakan perincian yang beragam dan ungkapan dan sebagainya digunakan untuk menyatakan perincian yang sejenis, maka gabungan keduanya menjadi ungkapan yang berjukstaposisi dan bertentangan maknanya.

Masalah dalam Membedakan Dsb. dan Dll.

Pembedaan penggunaan dst. dengan yang lain cukup mudah karena fungsinya yang khas dalam merinci urutan saja. Namun, pembedaan antara dsb. dan dll. agak sulit dilakukan dan kalau tidak cermat dapat bersifat subjektif. Ungkapan dsb. memang fungsinya merinci yang sejenis, sementara dll. untuk merinci yang beragam. Namun, sejenis dan tak sejenis itu amat bergantung pada konteks yang melingkupi uraian. Misalnya, Anda dapat mengelompokkan kuda, harimau, singa, jerapah, gajah, dsb. dalam konteks hewan-hewan yang Anda lihat di kebun binatang. Sementara dalam konteks lain, misalnya jenis hewan pemakan daging, selain harimau dan singa tidak dapat diuraikan dengan dsb.. Oleh karena itu, dalam membedakan dsb. dengan dll. perlu kecermatan dalam memahami konteks uraian yang hendak diungkapkan.

Masalah Penulisan

Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), ungkapan dst., dsb., serta dll. harus ditulis dengan disertai tanda titik (.) di akhir karena merupakan singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih. Namun, pedoman tersebut tidak menjelaskan bagaimana aturan pemakaian tanda titik penutup singkatan ini jika diikuti oleh tanda baca lain. Ivan Lanin, seorang pegiat bahasa Indonesia dalam salah satu artikel website-nya mengungkapkan pendapatnya terkait problematika tersebut.

Menurut saya, jika tanda baca yang mengikutinya juga berupa tanda titik (pada akhir kalimat biasa), cukup satu tanda titik saja yang digunakan. Sebaliknya, jika yang mengikuti tanda titik penutup singkatan ini adalah tanda baca lain (tanda tanya, tanda seru, tanda titik dua, dsb.), tanda titik dan tanda baca lain tersebut tetap ditulis berurutan.

Bila ditinjau dari aspek kefektifan penulisan istilah, pendapat Ivan dapat memberikan alternatif dalam penulisan ungkapan dst., dll., serta dsb. yang sejauh ini memang kaidahnya belum disusun secara lebih komprehensif dalam pedoman yang ada.

Pertanyaan Lain

Bicara tentang kaidah kebahasaan, khususnya bahasa Indonesia, akan selalu membentuk ruang diskusi baru di antara pedoman yang tampak gagap dalam mengimbangi perkembangan bahasa seiring berjalannya waktu. Tentang penggunaan ungkapan dst., dsb., serta dll. yang tampak sederhana saja masih terdapat celah munculnya problematika dalam penerapannya. Pertanyaan lainnya yang mungkin lebih mendasar: seberapa mendesak bagi kita untuk menggunakan singkatan-singkatan itu dalam perincian? Jangan-jangan ungkapan itu ada hanya karena kita malas menulis atau mengungkapkan seluruh isi rinciannya. (*)

Topik Menarik