Aneh! Pakai Google Maps, Warga Surabaya Tersesat Jalan di Desa Ponari

Aneh! Pakai Google Maps, Warga Surabaya Tersesat Jalan di Desa Ponari

Nasional | jawapos | Senin, 1 Agustus 2022 - 09:55
share

JawaPos.com- Percaya, tidak percaya. Kejadian aneh dialami Chriss Sukkro, warga Jalan Simpang Darmo Permai, Surabaya. Minggu (31/7), bapak 65 tahun ini tersesat di persawahan Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang. Desa itu tidak lain kampung halaman Ponari, mantan dukun cilik dengan keajaiban batu petirnya.

Ceritanya, seperti dilansir Jawa Pos Radar Jombang, hari itu Chriss ada kegiatan paralayang di Pantai Gemah, Tulungagung, Jatim. Seusai kegiatan itu, dia pun pulang ke Surabaya. Naik Isuzu Panther nopol L 1822 NT. Berangkat dari Tulungagung sekitar pukul 14.00 WIB. Sampai di wilayah Pare, Kediri, sekitar pukul 17.00 WIB.

Chriss kemudian mencari gate tol Kertosono di wilayah Bandarkedungmulyo.

Dia mun menggunakan aplikasi Google Maps di smartphone. Eh, satu jam kemudian, dia malah tersesat. Yakni, di area persawahan Desa Balongsari. Kondisi mulai gelap. Saya tahu-tahu sudah berada di tengah sawah, setelah merasa menabrak polisi tidur, ungkap Chris.

Sebelumnya, Chriss mengaku jalan normal. Kecepatan antara 60-80 kilometer per jam. Jalanan mulus saja. Aspal. Dia pun mengaku masih sempat melihat sejumlah rumah warga di pinggir jalan. Hingga sekitar pukul 18.00 WIB, Chriss baru tersadar mobilnya di tengah persawahan.

Lokasi Chriss tersesat itu berjarak lebih dari 2 kilometer dari perkampung setempat. Yang lebih mengherankan, akses menuju ke tempat tersesat itu hanyalah jalan setapak. Tidak aspalan atau berpaving. Hanya tanah. Lebarnya cukup satu mobil saja. Kurang dari 2 meter. Jadi, tak bisa untuk putar balik kendaraan. Apalagi berbelok. Kanan-kirinya juga berupa sawah dan parit.

Saya cuma bisa berdoa. Karena tidak tahu di mana ini. Sampai akhirnya saya menghubungi sebuah stasiun radio di Kediri, juga teman untuk meminta bantuan, tambahnya.

Akhirnya, petugas dari Polsek Megaluh datang. Mobil Chriss kemudian ditarik dengan bantuan traktor. Proses evakuasi berjalan lumayan lama. Baru selesai sekitar pukul 21.30 WIB. Chris dan mobilnya dibawa ke Mapolsek Megaluh. Kondisi korban selamat. Ban mobilnya pecah. Namun, sudah ditangan. Untuk Pak Chriss, kondisinya masih seperti orang bingung, kata Kapolsek Megaluh Iptu Wawan Purwoko pada Minggu malam.

Sampai akhirnya, setelah kondisi Chriss berangsur membaik, pukul 22.00 WIB, dia melanjutkan perjalanan ke rumahnya di Surabaya.

Desa Balongsari, Desa Asal Ponari

Menyebut nama Balongsari, mengingatkan pada nama Ponari. Lengkapnya, Muhammad Ponari Rahmatullah. Pada 2009 silam, nama Ponari menghebohkan. Saat itu, usia Ponari masih 9 tahun, kelas III SD. Kini, umurnya 21 tahun. Pun sudah menikah dengan gadis pilihan hatinya. Yakni, Zuroh, perempuan asal Desa Jogoroto, Jombang. Bahkan, sudah dikaruniai momongan.

Seperti pernah diberitakan Jawa Pos (22/1/2020), suatu sore, Ponari bermain hujan bersama teman-temannya di kebun belakang rumah. Beberapa kali bunyi petir memekakkan telinga. Nah, belakang rumah gedek, Ponari menemukan batu. Tepatnya, di rerimbunan pohon pisang. Batu itu kira-kira sekepalan tangan anak kecil.

Saat itu, Ponari bercerita kepada neneknya, ada batu tiba-tiba jatuh dari atas. Lalu, menimpa kepalanya. Bersamaan dengan bunyi petir menggelegar kencang. Ponari kemudian mengambil batu itu. Membawanya ke rumah untuk ditunjukkan kepada sang nenek. Mendengar itu, si nenek tidak berpikir aneh-aneh. Sang cucu itu pun diminta cepat mandi.

Nah, saat malam, nenek membuang batu yang dibawa cucunya itu. Dilemparkan begitu saja ke kebun kosong di depan rumah. Ternyata, pagi batu itu ada di meja makan. Sejak saat itu, batu milik Ponari menjadi bahan pembicaraan di kampung setempat.

Hingga suatu saat, ada tetangga yang jatuh sakit. Kabarnya, sudah berobat ke mana-mana. Tapi, tak sembuh-sembuh. Lalu, meminta bantuan untuk meminum air yang sudah dicelupi batu temuan Ponari tersebut. Takdir Tuhan, ternyata sembuh. Keajaiban itupun cepat tersiar. Viral. Sejak saat itu, ramai warga sekitar datang ke rumah Ponari. Minta disembuhkan penyakitnya dengan air yang sudah dicelupi batu itu.

Lama-kelamaan, yang datang bukan hanya warga desa setempat. Namun, juga berasal dari mana-mana. Lambat laun, jumlah pasien Ponari membeludak. Bukan lagi puluhan atau ratusan lagi, melainkan sampai ribuan orang.

Sementara itu, Ponari mengaku tidak ingat kejadian belasan tahun tersebut. Yang dia tahu, saat itu setiap hari tubuhnya terlalu lelah gara-gara meladeni ribuan pasien yang datang ke rumahnya. Ponari menyebutkan, hidupnya saat ini jauh lebih nyaman. Setelah hiruk pikuk tentang batu itu berakhir, dia bisa menjalani hidup sebagaimana teman-teman sebayanya.

Subandi, salah seorang tetangga, mengungkapkan, Ponari bisa kembali bersosialisasi dengan warga setelah gonjang-ganjing batu itu mereda. Warga setempat pun turut mendapat imbas saat masa ketenaran Ponari. Denyut ekonomi desa berjalan begitu cepat. Warga berjualan apa saja ramai.

Keluarga Ponari juga dikenal murah hati. Menyalurkan sebagian uang hasil pemberian pasien untuk desa. Subandi menceritakan, musala yang berdiri di barat rumahnya dibangun dengan uang dari Ponari. Begitu pun perbaikan jembatan menuju dusun. Kalau ke sini tadi di pinggir jalan ada masjid besar. Itu juga biaya renovasinya dari Ponari, tambah Subandi.

Topik Menarik