BPS: Cabai Merah Picu Inflasi Riau 1,86 Persen pada Juni 2022

BPS: Cabai Merah Picu Inflasi Riau 1,86 Persen pada Juni 2022

Nasional | republika | Minggu, 3 Juli 2022 - 03:05
share

REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat terjadinya inflasi sebesar 1,86 persen pada Juni 2022 yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas seperti cabai merah.

"Selain cabai merah, komoditas yang memberikan andil peningkatan harga pada Juni 2022 juga bawang merah, telur ayam ras, cabai rawit, ikan serai, angkutan udara, cabai hijau, dan tarif rumah sakit," kata Kepala BPS Riau, Misfaruddin.

Ia mengatakan, inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sembilan indeks kelompok pengeluaran. Yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,28 persen.

Selanjutnya, kelompok kesehatan sebesar 0,83 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,60 persen, kelompok transportasi sebesar 0,50 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,46 persen. Kemudian, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,36 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,17 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,10 persen dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09 persen.

"Inflasi di Riau sebesar 1,86 persen itu diikuti pula dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,44. Inflasi Tahun Kalender Januari-Juni 2022 sebesar 5,30 persen dan inflasi tahun ke tahun Juni 2021-Juni 2022 sebesar 6,46 persen," kata Misfaruddin.

Dari tiga kota IHK di Riau, semua kota mengalami inflasi yaitu, Kota Pekanbaru sebesar 2,00 persen, Dumai sebesar 1,56 persen dan Tembilahan sebesar 0,79 persen.

Di sisi lain, terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen. Komoditas yang memberikan andil penurunan harga, antara lain daging ayam ras, ayam hidup, bawang putih, dan lainnya. Sedangkan, kelompok pendidikan relatif stabil dibanding bulan sebelumnya.

Dari 24 kota di Sumatra yang menghitung IHK, tercatat 22 kota mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 2,72 persen, diikuti oleh Pekanbaru sebesar 2,00 persen dan Dumai sebesar 1,56 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Lhokseumawe sebesar 0,45 persen.

Sementara itu, deflasi terjadi di dua kota, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 0,22 persen diikuti Kota Tanjung Pandan sebesar 0,03 persen.

Topik Menarik