Pelopori Antipolitik Pragmatis KIB Pilih Capres Internal

Pelopori Antipolitik Pragmatis KIB Pilih Capres Internal

Nasional | rm.id | Rabu, 29 Juni 2022 - 08:00
share

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk Partai Golkar, PAN, dan PPP memang belum ngomongin capres-cawapres. Namun dipastikan, akan mengutamakan kader dari partai koalisi. Ini demi memelopori koalisi anti politik pragmatis.

Langkah Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto bersama Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan dan Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa bikin KIB sangat jitu. KIB menentukan sikap tak hanya jadi supporter mengantarkan capres yang bukan kadernya sebagai presiden, kata Ketua Fraksi Golkar MPR, Idris Laena kepada Rakyat Merdeka , belum lama ini.

Meski KIB, Golkar, sebagai partai dengan suara terbanyak di koalisi ini akan punya daya tawar yang tinggi. Wajar kalau partai berlogo pohon Beringin itu pede menawarkan Ketua Umumnya, Airlangga Hartarto sebagai Capres dari KIB.

Sementara untuk cawapres, tak perlu susah payah mencari kader di luar partai koalisi. Karena baik Suharso Manoarfa dan Zulkifli Hasan sama-sama kader terbaik di partainya masing-masing.

Ditegaskan, pencapresan Airlangga merupakan keputusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan diperkuat dalam Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar. Sehingga mandat ini harus dijalankan.

Ketua Umum DPP Satuan Karya (Satkar) Ulama Indonesia ini mengakui, dalam penilaian lembaga survei dan orang kebanyakan, capres-cawapres yang ditawarkan KIB kurang menarik.

Namun, bagaimanapun KIB punya tiket untuk mecalonkan pasangan capres-cawapres. Sebab, dalam aturannya, Pilpres di Indonesia mewajibkan pasangan capres-cawapres diajukan partai politik maupun gabungan partai politik dengan menerapkan Presidential Threshold .

Hak ini dmaksudkan agar partai politik memunculkan kader internal terbaik mereka. Kader yang memahami visi misi dan platform partai. Bukan dengan cara pragmatis mencalonkan tokoh yang mempunyai popularitas tinggi.

Bukankah setiap partai politik memiliki target memenangkan kontestasi di berbagai level dengan tujuan bisa mengaplikasikan janji kepada konstituennya melalui instrumen legislatif mau eksekutif, jelasnya.

Karenanya, mencalonkan kader terbaik partai politik adalah suatu keharusan. Sebab, calon yang diusulkan sudah melalui proses kaderisasi panjang. Efek mencalonkan kader sendiri juga positif. Coattail effect dari masing-masing calon akan meningkatkan suara partai, tuturnya.

Selain itu, kehadiran KIB memunculkan potensi terjadi tiga pasangan capres-cawapres dan berpotensi Pilpres digelar dua putaran. Hal ini tak perlu dikhawatirkan, ucapnya.

Memang, lanjut Idris, semua kader berharap pasangan capres-cawapres yang diusung akan menjadi pemenang. Namun, seandainya pun kalah dan terjadi dua putaran, tetap ada peluang mendukung pasangan capres-cawapres koalisi lain.

Cara seperti ini jauh lebih terhormat dibandingkan hanya jadi pendukung calon lain yang bukan kader partai. Golkar berkomitmen selalu mencalonkan kadernya dalam setiap kontestasi agar melahirkan calon-calon pemimpin tangguh, yang paham visi misi serta platform partai, pungkasnya.

Sementara Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro mengapresiasi, koalisi partai yang lebih mengutamakan jualan platform ketimbang pragmatis ngomongin calon. Sebab, selama beberapa hari terakhir, yang mengemuka ke publik hanya soal figur capres-cawapres.

Wacana dan perdebatan calon ini kurang produktif. Karena menjadi sarana bagi elit untuk kembali menjatuhkan satu-sama lain demi mengusung jagoannya masing-masing.

Publik menanti tawaran visi, misi, program, dan inovasi kebijakan. Paltform partainya apa. Platform untuk Pilpres harus mulai dibahas, diuji, dan disimulasikan bersama rakyat Indonesia para tataran pelaksanaannya, papar Agung kepada Rakyat Merdeka , kemarin.

Platform, kata Agung, menjadi jantungnya perubahan, dan hal ini harus mulai dibahas. Misalnya, soal kemiskinan, pengangguran, melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok, ancaman pemanasan global, dan tantangan ke depan.

Topik Menarik