Hadapi Quarter Life Crisis, Penyebab dan Kiat Mengatasinya

Hadapi Quarter Life Crisis, Penyebab dan Kiat Mengatasinya

Nasional | jawapos | Sabtu, 25 Juni 2022 - 22:08
share

JawaPos.com Istilah quarter life crisis dewasa ini makin banyak digunakan, terutama di kalangan generasi milenial. Quarter life crisis atau krisis seperempat abad ini merupakan periode saat seseorang berusia 18-30 tahun mulai merasa bingung akan arah hidupnya, baik itu terkait relasi, percintaan, karier, dan kehidupan sosial.

The Guardian menyatakan dalam penelitian bahwa, 86 persen milenial mengalami quarter life crisis. Survei juga dilakukan oleh badan riset dari Linkedln, dimana hasilnya menunjukkan bahwa quarter life crisis yang terjadi pada generasi milenial banyak dialami perempuan sebesar 61 persen.

Pemicu quarter life crisis sangatlah bervariasi, diantaranya 57 persen merasa kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion, 57 persen mengalami tekanan karena belum memiliki rumah, dan 46 persen mengaku tertekan akibat belum memiliki pasangan. Kondisi-kondisi tersebut membuat milenial merasa insecure, kecewa, kesepian sampai depresi.

Berangkat dari persoalan tersebut, Forum Milenial MADJOE yang diiniasi Ira Koesno menggelar webinar bertajuk Quarter Life Crisis: Ketika Menjadi Dewasa Tidak Semudah yang Dibayangkan pada Sabtu (25/6/2022). Ini merupakan webinar ke-empat sejak forum ini didirikan pada November 2021 lalu.

Direktur Utama IKComm, Ira Koesno, mengatakan, webinar ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada generasi milenial dalam menyikapi quarter life crisis sehingga tidak sampai berujung pada depresi. Diharapkan, peserta webinar dapat menghadapi tantangan dan melalui masalah ini dengan lebih bijak.

Peserta webinar diberikan kesempatan untuk langsung bertanya pada pakarnya. Selain itu, success story dari Founder Sunyi Coffee & House, diharapkan mampu menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi seluruh peserta.

Yang menarik dari Mario Gultom adalah kisahnya yang menjadikan kegelisahan diri menjadi hal positif. Jebolan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Prasetya Mulya ini memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di Astra Otoparts pada 2019 lalu, dan mendirikan usaha sendiri.

Saya mengikuti passion untuk menjadi social enterpreneur yang mandiri dan bebas mengkreasikan ide. Passion utama saya sebenarnya dari sisi kemanusiaan. Saya berprinsip bahwa bukan nilai kamu yang 9 tapi 9 orang yang kamu tolong. Passion kemanusiaan ini pernah ditertawakan oleh guru, ujarnya.

Ia juga pernah mengalami periode quarter life crisis, dimana saat itu Mario merasa tidak percaya diri dan menganggap orang lain di sekitarnya lebih pintar. Akan tetapi, rasa insecure ini yang membuatnya mengambil keputusan untuk melanjutkan studi S2 Marketing Science di Universitas Indonesia.

Sementara itu, Psikolog Klinis Dewasa Olphi Disya Arinda mengatakan, quarter life crisis adalah kondisi yang biasanya terjadi mulai usia 20 tahun. Sebab, mulai dari usia itulah banyak perubahan hidup seperti lulus kuliah, baru bekerja, melanjutkan pendidikan, menikah, pindah tempat tinggal, dan punya anak.

Perubahan hidup tentunya harus disikapi dengan bijak. Sebab, banyak kasus terjadi ketika quarter life crisis berujung pada depresi, bahkan kematian. Sebenarnya,, apa saja tanda orang yang mengalami quarter life crisis?

Dalam paparannya, Disya mengatakan, sering merasa bingung mengenai masa depannya menjadi salah satu tanda bahwa seseorang mengalami krisis seperempat abad. Tanda lainnya adalah merasa terjebak dalam situasi yang tidak disukai, sulit membuat keputusan ketika dihadapkan dengan beberapa pilihan, kurang motivasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari, sulit menentukan apakah harus menjalani hidup sesuai dengan keinginan diri sendiri atau sesuai dengan tuntutan keluarga dan masyarakat, khawatir akan tertinggal dalam ketidakpastian hidup seorang diri, dan merasa iri dengan teman sebaya yang sudah lebih dulu mencapai impiannya.

Dalam kesempatan ini, Disya juga membagikan beberapa tips menghadapi QLC. Pertama, eksplorasi diri. Cari tahu dan pahami diri sendiri dan banyak ikut kegiatan, mengembangkan diri dan banyak belajar, tuturnya.

Selain itu, agar terhindar dari QLC, Disya menyarankan untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Coba juga untuk tidak selalu memendam masalah sendirian, berbicaralah atau curhat dengan orang lain. Dan jika diperlukan, cari bantuan profesional, ujarnya

Topik Menarik