Wanita Arab Mulai Buka Jilbab, Muncul Tren Potong Rambut Pendek

Wanita Arab Mulai Buka Jilbab, Muncul Tren Potong Rambut Pendek

Nasional | law-justice.co | Jum'at, 24 Juni 2022 - 08:55
share

Wanita-wanita berambut pendek kini mewarnai jalanan di Saudi. Potongan rambut - dikenal secara lokal dengan kata bahasa Inggris "boy" - telah menjadi mencolok terlihat di jalan-jalan ibukota, dan bukan hanya karena perempuan tidak lagi diharuskan mengenakan jilbab.


Hal ini dilakukan di bawah reformasi sosial yang didorong oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS), putra Raja Salman.

Pelonggaran ini juga membuat banyak wanita memilih untuk memotong pendek rambutnya.

Dokter Safi, yang menolak disebut nama aslinya, meminta penata rambut untuk membabat habis rambutnya yang panjang dan bergelombang sampai ke lehernya. Gaya rambut pendek ini semakin populer di kalangan wanita pekerja di negara tersebut.

Bukan cuma gara-gara alasan kepraktisan, tapi rambut `cepak` ini juga berfungsi sebagai bentuk perlindungan dari perhatian laki-laki yang tidak diinginkan, memungkinkan dia untuk fokus pada pasiennya.


"Orang suka melihat feminitas dalam penampilan wanita," katanya. "Gaya ini seperti perisai yang melindungi saya dari orang-orang dan memberi saya kekuatan."

Gaya-gaya rambut pendek ini juga dilakukan oleh selebriti Arab seperti aktris Yasmin Raeis atau penyanyi Shirene yang telah mengadopsi gaya tersebut.

"Wanita yang memotong rambutnya dengan gaya ini adalah wanita yang karakternya kuat. Tidak mudah bagi wanita untuk memotong rambutnya," kata stylist Mesir Mai Galal kepada AFP.

Nouf, yang bekerja di sebuah toko kosmetik dan juga memotong pendek rambutnya ini juga punya pandangan endiri soal rambut pendek dan girl power.

"Kami ingin mengatakan bahwa kami ada, dan peran kami dalam masyarakat tidak jauh berbeda dengan peran kami di masyarakat, para laki-laki."

Di salah satu salon di pusat kota Riyadh, permintaan untuk potongan "anak laki-laki" telah melonjak - dengan tujuh atau delapan pelanggan dari 30 memintanya pada hari tertentu, kata Lamis, seorang penata rambut.

"Tampilan ini menjadi sangat populer sekarang. Permintaannya meningkat, terutama setelah perempuan memasuki pasar tenaga kerja," katanya.

"Fakta bahwa banyak wanita tidak mengenakan jilbab dan gaya ini populer pada wanita di akhir usia belasan dan dua puluhan."

Pencabutan aturan soal jilbab di Saudi hanyalah salah satu dari banyak perubahan yang telah menata ulang kehidupan sehari-hari bagi wanita Saudi di bawah Pangeran Mohammed, yang dinobatkan sebagai pewaris ayahnya yang berusia 86 tahun, Raja Salman.

Wanita Saudi tidak lagi dilarang dari konser dan acara olahraga, dan pada 2018 mereka mendapatkan hak untuk mengemudi.

Kerajaan juga telah melonggarkan apa yang disebut aturan perwalian, yang berarti perempuan sekarang dapat memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin saudara laki-lakinya.

Reformasi semacam itu, bagaimanapun, telah disertai dengan tindakan keras terhadap aktivis hak-hak perempuan, bagian dari kampanye yang lebih luas melawan perbedaan pendapat.

Mendapatkan lebih banyak perempuan untuk bekerja adalah komponen utama dari rencana reformasi Visi 2030 Pangeran Mohammed untuk membuat Arab Saudi tidak terlalu bergantung pada minyak.

Rencana tersebut awalnya menyerukan agar perempuan menyumbang 30 persen dari angkatan kerja pada akhir dekade ini, tetapi angka itu sudah mencapai 36 persen, kata asisten menteri pariwisata Putri Haifa Al-Saud kepada Forum Ekonomi Dunia di Davos bulan lalu.

"Kami melihat perempuan hari ini di setiap jenis pekerjaan," kata Putri Haifa, mencatat bahwa 42 persen usaha kecil dan menengah adalah milik perempuan.

Topik Menarik