Jangan Sembarangan Mengeraskan Bacaan Aamiin Saat Sholat Jamaah di Masjid-Masjid India

Jangan Sembarangan Mengeraskan Bacaan Aamiin Saat Sholat Jamaah di Masjid-Masjid India

Nasional | republika | Kamis, 9 Juni 2022 - 07:05
share

KURUSETRA -- Salam Sedulur... New Delhi, ibu kota India memiliki populasi Muslim terpadat di utara Negeri Hindustan. Mayoritas umat Islam di India mengikuti Imam Abu Hanifah atau Mahzab Hanafi.

Bagi umat Islam, perbedaan mahzab terkadang membuat praktik ibadah berbeda. Meski secara kaidah fiqih tetap sama. Seperti ibadah sholat yang terkadang terdapat perbedaan, baik dari segi gerakan, atau pengucapan "aamin" ketika selesai membaca Al-Fatihah.

Seperti pengalaman Mohd. Agoes Aufiya, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) India. Agoes bercerita ketika sholat Maghrib, Isya, atau Subuh berjamaah.

Seperti dinukil dari Muhammadiyah.or.id, Agoes berkata, sudah menjadi kebiasaan Muslim Indonesia ketika salat berjamaah yang bacaan Surah Al-Fatihah imamnya jahr (keras), sebagai makmum tentu akan menjawabnya dengan "aamiin" yang keras pula.

Jadi ketika mahasiswa Indonesia itu Sholat Maghrib berjamaah itu biasanya di-jahr-kan. Surah Al-Fatihahnya dibaca nyaring dan jelas. Nah diujungnya itu kalau di Indonesia kita keras jawab aamiin. Tapi kalau di Mahzab Hanafi tidak dibaca keras, namun waktu itu mahasiswa Indonesia membacanya dengan keras, kata Agoes merawikan.


alt

Peristiwa itu pun membuat para mahasiswa asal Indonesia "gelagapan". Usai sholat, kata Agoes, mereka saling memandang satu dengan yang lain sembari muka dipenuhi tanya dan berakhir dengan tertawa bersama.

Berbekal pengalaman itu, ketika diminta menjadi imam Sholat Maghrib, Isya, atau Subuh, ia dan mahasiswa Muslim asal Indonesia lain tidak lagi mengeraskan bacaan aamiin sebagaimana biasa mereka lakukan di Indonesia.

Di masjid-masjid milik umat muslim India Utara, termasuk di Kota New Delhi akan sangat sulit ditemukan jamaah perempuan yang ikut sholat berjamaah di masjid. Sebagaimana penganut mahzab Hanafi di negara-negara lain, muslim perempuan tidak diwajibkan salat jamaah di masjid.

Karena bagi mahzab Hanafi, perempuan lebih diutamakan untuk salat di rumah. Mereka beralasan, apabila perempuan datang untuk sholat jamaah di masjid akan menimbulkan fitnah. Terlebih waktu Sholat Maghrib, Isya dan Subuh.

Meski Muhammadiyah tidak bermahdzab dan tidak anti mahdzab, Agoes dan mahasiswa Muslim asal Indonesia yang rata-rata menganut mahdzab Syafii sontak kaget dengan hal itu. Namun demikian, mereka tetap bisa saling menerima segala perbedaan yang ada.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam

> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Topik Menarik