Ada Ancaman Nyata, Peneliti BRIN Kuak Bahaya 2022: Semua Waspada

Ada Ancaman Nyata, Peneliti BRIN Kuak Bahaya 2022: Semua Waspada

Nasional | genpi.co | Sabtu, 4 Juni 2022 - 11:30
share

GenPI.co - Peneliti ahli madya di Pusat Riset dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin blak-blakan mengingatkan masyarakat perlu mewaspadai potensi terjadinya banjir, longsor, beserta suhu panas sepanjang 2022.

Hal tersebut diungkapkan Erma Yulihastin dalam Webinar Lesson Learned: Banjir Rob di Musim Kemarau yang diadakan oleh Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN.

Erma Yulihastin mengungkapkan, bahwa ada peningkatan di tahun ini dua kejadian bencana bisa terjadi secara bersamaan.

"Cuacanya panas ditambah dengan banjir, longsor dan sebagainya karena hujannya ekstrem. Mungkin itu yang harus kita \'aware\' (waspadai)," kata Erma Yulihastin, Kamis (2/6/2022).

Menurut Erma Yulihastin, dalam menghadapi potensi bencana tersebut, masyarakat dan Pemerintah Indonesia harus mengantisipasi, membangun kesiapsiagaan dan melakukan mitigasi sejak Juni 2022.

Erma Yulihastin membeberkan, bahwa anomali iklim global yang terjadi saat ini berupa La Nina, Dipol Samudra Hindia atau Indian Ocean Dipole (IOD) negatif, Osilasi Dekadal Pasifik (Pacific Decadal Oscillation (PDO) negatif.

Peningkatan suhu permukaan di selatan Indonesia memberikan dampak terhadap peningkatan hujan selama musim kemarau basah, sehingga kejadian banjir dan longsor juga dapat meningkat secara signifikan sepanjang 2022.

Selain itu, menurut Erma Yulihastin, hujan dan angin ekstrem serta hari-hari panas berpotensi terjadi secara bersamaan di Indonesia pada 2022.

Fenomena IOD merupakan fenomena antara lautan dan atmosfer yang terjadi di daerah ekuator Samudera Hindia, yang memberikan dampak kekeringan ataupun peningkatan intensitas curah hujan.

Menurut Erma Yulihastin, IOD negatif berdampak pada peningkatan curah hujan di Indonesia.

Kombinasi antara La Nina dan IOD negatif menyebabkan curah hujan di Indonesia makin tinggi pada musim ini.

Erma Yulihastin menyebutkan, puncak musim kemarau di Indonesia pada 2022 diprediksi terjadi di Agustus 2022.

Namun, pada saat itu, Erma Yulihastin mengingatkan perlu waspada terhadap potensi kejadian banjir dan longsor karena pada Agustus 2022, IOD negatif sangat kuat atau mencapai intensitas maksimum, sehingga meningkatkan curah hujan di Indonesia.

"Ada potensi La Nina, ada IOD negatif yang puncaknya akan mendekati Agustus 2022, mungkin tahun ini kita bebas dari kebakaran hutan, tapi di sisi lain kita harus siap-siap dengan banjir dan longsor," ungkap Erma Yulihastin.

Selain itu, Erma Yulihastin membeberkan perlu juga mewaspadai peningkatan suhu permukaan yang menyebabkan hari-hari panas, khususnya di selatan Indonesia.

"Di anomali bulanan itu sampai September, Oktober, November dari sekarang bulan Juni kita mengalami anomali suhu permukaan yang lebih tinggi dari biasanya, khususnya di selatan Indonesia. Sehingga wajar ketika orang merasa gerah, cuaca panas," kata Erma Yulihastin.(Ant)

Simak video pilihan redaksi berikut ini:

Topik Menarik