Jadwal, Rute, dan Sejarah Jalur Rempah, Akan Diklaim ke UNESCO

Jadwal, Rute, dan Sejarah Jalur Rempah, Akan Diklaim ke UNESCO

Nasional | jawapos | Rabu, 1 Juni 2022 - 19:56
share

JawaPos.com Kota Surabaya menjadi titik napak tilas pertama dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022. Surabaya merupakan titik lalu lintas perdagangan komoditas rempah pada masa lampau.

Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud) Hilmar Farid mengatakan, Jalur Rempah bukan hanya kenangan terhadap masa lalu. Tapi memiliki arti penting pada masa sekarang.

Muhibah Budaya Jalur Rempah adalah wujud nyata untuk mengaktualisasi arti penting dari Jalur Rempah bagi kita sekarang ini, kata Hilmar di Surabaya, pada Rabu (1/6).

Bangsa Indonesia, lanjut Hilmar, sudah ribuan tahun mengarungi lautan di nusantara, menghubungkan titik-titik di seluruh nusantara dan menjadikan sebuah wilayah.Kita mengenal jalur laut yang menghubungkan titik yang satu dengan yang lain sebagai Jalur Rempah, karena rempah memainkan peran begitu penting pada masa lalu dalam kehidupan kita, ujar Hilmar.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek bekerja sama dengan TNI AL, pemerintah daerah, serta berbagai komunitas budaya, menyelenggarakan Muhibah Budaya Jalur Rempah Tahun 2022. Laskar Rempah beserta awak KRI Dewaruci mengarungi Jalur Rempah Nusantara dimulai pada Rabu (1/6) di Dermaga Madura Tengah Koarmada II Surabaya, Jawa Timur.

Mereka akan berlayar di atas KRI Dewaruci menelusuri titik-titik jalur rempah Nusantara. Dimulai dari Surabaya ke Makassar, berlanjut ke Baubau dan Buton, lalu ke Ternate dan Tidore, selanjutnya ke Banda Neira, dan ke Kupang. Setelah itu, KRI Dewaruci akan kembali ke Surabaya pada 2 Juli.

Sebagai bagian dari wilayah Kerajaan Majapahit, wilayah Surabaya dahulu menjadi pelabuhan pendamping dan pendukung kegiatan ekonomi pelabuhan era klasik, yakni Tuban dan Gresik. Komoditas rempah dari Maluku dan Banda diangkut dengan perahu kecil menuju Bubat melalui aliran Sungai Bengawan Solo dan Brantas.

Pasar Bubat, tidak jauh dari pusat kekuasaan Trowulan, Mojokerto, merupakan wilayah perniagaan utama Kerajaan Majapahit. Rempah menjadi salah satu primadona yang diperdagangkan.

Meskipun saat ini sudah tidak menjadi pelabuhan utama, Pelabuhan Rakyat Kalimas yang dibangun pada abad ke-14 masih dinilai penting sebagai pelabuhan tradisional yang menampung perahu pengangkut dari dan menuju Jawa. Berdampingan dengan Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Kalimas hari ini masih digunakan para pelayar kecil dan menjadi pelabuhan alternatif bagi nelayan kapal kecil.

Pasar Pabean dekat Pelabuhan Kalimas menjadi pusat perkulakan rempah-rempah dan bumbu dapur. Dari Pasar Pabean, rempah masuk ke pedalaman Jawa bagian timur dan menyeberang ke Madura, ikut mewarnai karakter kebudayaan Jawa Timur yang sangat beragam. Sejak dibangun pada 1849, hingga saat ini, Pasar Pabean masih eksis menjalankan perannya sebagai pasar rempah-rempah.

Jejak Jalur Rempah di Surabaya masih terlihat jelas di area Jalan Panggung, Kapasan, dan Kembang Jepun. Pada masa lampau merupakan sentra dagang bongkar muat dan wilayah peradaban pertemuan berbagai bangsa, seperti Arab, India, dan Tiongkok.

Jalur Rempah bukan hanya perdagangan rempah semata. Tapi juga terjadi pertukaran budaya. Kita berharap para Laskar Rempah dapat menghidupkan kembali pertukaran dan pergaulan budaya seperti yang terjadi ribuan tahun lalu melalui Jalur Rempah, ucap Hilmar.

Topik Menarik