Ende adalah Rahim Pancasila, di Sinilah Bung Karno Dibuang dan Dijauhkan dari Rakyatnya tapi Kemudian Justru Tercerahkan dan Menemukan Pancasila

Ende adalah Rahim Pancasila, di Sinilah Bung Karno Dibuang dan Dijauhkan dari Rakyatnya tapi Kemudian Justru Tercerahkan dan Menemukan Pancasila

Nasional | koran-jakarta.com | Rabu, 1 Juni 2022 - 16:37
share

ENDE- Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyerukan bahwa Ende adalah rahim Pancasila, dan bahwa pemerintah saat ini sudah sangat serius melakukan proses pengamalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikian disampaikan Benny Susetyo dalam acara Simposium Nasional Dalam Rangka Perayaan 77 Tahun Hari Lahir Pancasila dan HUT III Gerakan Pembumian Pancasila dengan tema: "Pancasila Rumah Kita: Dari Ende untuk Indonesia", hari Senin (30/5) di Hotel Flores Mandiri, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagaimana rilis pers yang diterima redaksi Rabu (1/6).

Benny, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa Ende menjadi saksi kebangkitan Soekarno dalam perjalanan politiknya di masa penjajahan Belanda.

"Bung Hatta mengatakan bahwa saat Bung Karno dibuang ke Ende, dia mengalami perasaan sedih dan merasa dijauhkan dari masyarakat. Tetapi dari Ende, lewat gerakan dengan pater-pater, Soekarno bangkit, Soekarno tercerah. Sarana perpustakaan dari pater-pater Serikat Sabda Allah yang sekarang menjadi Serambi Soekarno, membuat Soekarno mendapatkan apa arti kemanusiaan, keadilan, ketuhanan, dan persatuan."

"Lewat pater-pater tersebut, dia mendapatkan teman diskusi, menemukan proses berdialog, dan menemukan Pancasila sebagai tatanan budaya baru," ujarnya.

Benny menyatakan ada cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menunjukkan cinta dan melestarikan warisan pemikiran ini.

"Pancasila harus menjadi habitus bangsa. Pancasila harus diimplementasikan kepada pendidikan. Maka, pada tanggal 1 Juni ini, Pak Jokowi akan menjadikan Pancasila menjadi pendidikan resmi dan utama untuk PAUD sampai Perguruan Tinggi ini."

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini pun tidak lupa menyebutkan peran Ketua Dewan Pengarah, Megawati Soekarnoputri dan Buya Syafii Maarif, Alm.

"Ini juga usaha dari Ibu Megawati dan Buya. Mereka mengatakan Pancasila harus menjadi living dan working ideology. Living artinya sudah mendarah daging dalam diri kita. working ideology diwujudkan dalam sila ketiga dan kelima Pancasila. Kesejahteraan dan persatuan bangsa," jelasnya.

Topik Menarik