Singapura Cemas, Pendukung UAS Ancam Pakai Serangan 9/11 di Medsos

Singapura Cemas, Pendukung UAS Ancam Pakai Serangan 9/11 di Medsos

Nasional | law-justice.co | Senin, 23 Mei 2022 - 20:35
share

Menteri Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam, mengatakan pendukung penceramah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) mengancam dengan menyinggung tragedi serangan 11 September di Amerika Serikat.

Tragedi 9/11 adalah aksi bunuh diri teroris membajak dan menabrakkan pesawat ke gedung World Trade Center (WTC) yang menewaskan 2.996 orang pada 11 September 2001.

Komentar itu muncul usai media sosial Kedutaan dan Perdana Menteri Singapura banjir kecaman dari warganet yang mendukung UAS. Shanmugam menilai ancaman tersebut tak boleh diabaikan.

"Paralel dengan [serangan] 9/11, paralel dengan [pemikiran] Singapura yang dipimpin orang non-Islam dan bahwa Singapura harus diserang, kepentingan Singapura harus diserang," kata dia menirukan pernyataan pendukung UAS, seperti dikutip Channel News Asia.

Ia kemudian melanjutkan, "Jadi, saya tak akan meremehkan komentar itu."

Unggahan di media sosial itu kemudian dihapus dan menonaktifkan akun.

Menyoal UAS, Shanmugham punya pandangan sendiri. Ia menilai penceramah itu menggunakan media sosial secara maksimal.

"Dia memanfaatkan publisitas secara maksimal dan dia sekarang, menurut pandangan saya, terlibat dalam aksi publisitas lebih banyak," kata dia.

Para pendukung UAS, kata dia, membanjiri halaman media sosial lembaga pemerintah Singapura, termasuk pejabat politik dan dirinya dengan ancaman.

"Pendukungnya telah menyerukan serangan siber situs pemerintah, media sosial, boikot Singapura, dan agar orang Indonesia berhenti mengunjungi Singapura," kata dia.

Ia kemudian melanjutkan, "Semua karena kami menggunakan hak kami menolak seseorang masuk ke Singapura."

Selain memenuhi media sosial, pendukung UAS, Front Persaudaraan Islam (FPI) juga menggeruduk kedutaan Singapura dan menuntut agar mereka meminta usai menyebut UAS ekstremis dan pemecah belah.

Sebelumnya, UAS menjadi perhatian publik usai mengklaim dirinya dideportasi Singapura. Pernyataan tersebut, ia sampaikan melalui media sosial Instagram pada pekan lalu.

Menanggapi penolakan UAS yang ramai menjadi perbincangan publik, Kementerian Dalam Negeri Singapura menyebut penceramah itu ekstremis dan menyebarkan segregasi.

Sikap yang demikian tak bisa diterima di wilayah yang multiras dan multi agama.

Singapura tak menoleransi dan tak berpihak terhadap segala bentuk ujaran kebencian dan ideologi yang memecah belah.

"Itu tak ditujukan pada individu tertentu atau agama tertentu, atau kebangsaan tertentu. Posisi kami berlaku sama untuk semua orang," ungkap Shanmugam.

Topik Menarik